Chereads / Aku Cerai Setelah Hamil Anaknya (BL) / Chapter 6 - 6. Kabar Sang Mantan Suami

Chapter 6 - 6. Kabar Sang Mantan Suami

Pukul 02.56-pikir Rizky saat melihat jam tangannya. Dia mengambil jam kerja dari Jam 09.00 pagi sampai Jam 07.00 Malam. Di kafe tempatnya bekerja mereka mendapat jam istirahat di jam 03.00 dan Jam 05.30.

Dia melepaskan baju kerja di tubuhnya dan menyimpannya di loker. Kemudian pergi berpamitan kepada teman-teman kerja serta para pelanggan yang sudah akrab dengannya.

Rizky memasuki taksi yang sudah dipesannya tadi. Setibanya dia segera turun dari Taksi dan meminta agar sang supir menunggu sebentar. Kemudian dia berlari masuk sampai ke depan tempat penitipan anak, Ia segera tersenyum ketika melihat bayi gembulnya sedang berdiri dengan mengunyah biskuit sebesar 2 jari ditemani Adi di sampingnya.

"Papa!!" Teriaknya dengan gembira ketika melihat sang papa cerewetnya. Alfik Membawa tubuh gembulnya menuju Rizky. Setibanya langsung melompat ke kaki papanya dan menguburkan kepalanya di celana sang papa.

Rizky terkekeh geli kemudian mengangkat Alfik dengan ke dua tangannya.

"Papa tidak telat kan?" Ucapnya bangga.

Mendengar itu Alfik kecil menyeringai kecil di wajahnya yang menggemaskan. Sangat mirip dengan... Ah sudahlah pikir Rizky.

"Iya papa memang tidak tellambat tapi papa lupa bawa kue coklat vanila kesukaannya Alfik" Alfik menaik turunkan alisnya menggoda papanya.

Rizky tergelak dan kemudian tertawa terbahak-bahak sembari menggelitik putranya dengan kepalanya. Anak dan papa itu tertawa di tengah halaman memancing perhatian dari orang-orang tua lainnya yang menjemput anak-anak mereka. Tak jarang mereka juga ikutan terkikik melihat adegan menggemaskan antara papa dan anak.

"Maaf, Maaf... Papa lupa, tapi kamu jangan marah dulu karena hari ini papa mau bawa kamu ke tempat kerja papa" Rizky membersihkan remah-remah kue di sekitar mulut bayinya dengan tangannya.

"Ayo pa! Alfik mau ketemu sama om Filman, Tante Ayu, Om Santo sama yang lainnya!" Ucapnya sumringah sambil tubuh kecilnya bergerak rusuh di pelukan papanya.

Adi dengan senyuman ramahnya berjalan mendekati papa dan anak itu membuat mereka mengalihkan perhatian keduanya kepadanya. Rizky mengingat sesuatu lalu menyerahkan amplop kecil kepada Adi. Adi mengerenyitkan dahinya melihat tangan Rizky menjulur kepadanya dengan amplop itu.

"Ambil kak, Itu gaji kakak karena sudah menjaga Alfik" Jelasnya seakan mengerti dengan gelagat Adi seraya menyodorkan amplop.

"Tidak perlu menggajiku Riz, Kakak ikhlas menjaga Alfik, Toh bukan cuma Alfik yang kakak jaga, dia dijaga sama teman-temannya di tempat penitipan anak ini. Gunakan uang ini untuk kebutuhan sekolah Alfik nanti" Pria itu menggelengkan kedua tangannya pertanda menolak.

"Soal Alfik kakak tidak perlu cemas, Selama ini Rizky sudah merepotkan Kakak jadi Iky ingin membalas Budi kepada kakak" Rizky berujar dengan mimik wajah sedih.

"Telima Om, Nanti papa malah sama Om telus kita tidak bisa berlmain lagi" Bujuk Bayi kepada Adi dengan suara menggemaskannya.

Di tatap seperti itu oleh papa dan anak yang disayanginya, Adi hanya bisa menghela nafas panjang dan terpaksa menerima amplop di tangan Rizky dengan perasaan enggan.

Mereka berbincang-bincang sebentar sebelum Rizky pamit kepada Adi dengan bayi gembul di pelukannya.

Terkadang Rizky akan membawa Alfik bekerja dan kadang Adi yang akan menjaganya di rumah. Ketika mereka tiba di kafe sontak seluruh pandangan mata itu tertuju kepada papa dan anak itu. Di kafe ini sudah bukan rahasia lagi untuk Rizky yang memiliki anak, Para pelanggan pun hampir keseluruhan sudah tau.

"Kyaaa!!! Imutnya! Terus papanya juga gak kalah GANTENG!" Pekik gemas seorang wanita yang duduk di kafe.

"Sayang anaknya tidak mirip dengan Kak Rizky, Tapi tetap saja tampan!"

"Masih muda udah punya anak, Mas Rizky hebat!"

Rizky hanya menanggapi pujian-pujian itu dengan senyum ramahnya sembari melewati para pelanggan itu dengan Alfik di pelukannya yang tengah mengunyah biskuit.

Rizky heran dengan bayinya, Mengapa Alfik sangat suka makan? Seingat Rizky dulu saat kecil dia bukanlah seorang foody bahkan sampai dewasa, Lantas siapa di keluarganya mantan suaminya

Yang tukang makan? Karena seingatnya si brengsek itu bukanlah foody.

Begitu tiba di Kasir Rizky segera meletakkan Bayi di kursi yang berada di depan meja kasir. Seperti biasa Alfik akan dengan patuh menunggu papanya di kursi itu dengan diam selama dia di beri bayaran berupa Kue ataupun biskuit.

"Kamu tunggu disini, Papa mau ke dalam untuk mengambil Kue milikmu" Peringatnya dan diangguki kepala oleh bayi 3 tahun itu.

Tak lama kemudian Rizky benar-benar kembali dengan kue coklat vanila bentuk sedang. Sontak Bayi yang sedang mengunyah biskuit itu segera mengulurkan tangan memberikan cemilannya kepada papanya, Dia tidak suka membuang makanan jadi Alfik lebih memilih untuk memberikan sisa biskuitnya kepada sang papa.

Rizky terkikik melihat mata penuh nafsu makan bayinya. Di ambilnya satu kursi kayu dan meletakkannya di depan kursi yang diduduki Alfik beserta kue dan sendok kecil, Barulah kemudian mengambil biskuit yang diberikan oleh putranya.

Para pelanggan menatap gemas adegan di depan meja kasir itu, Sudah tidak asing lagi dengan pemandangan seperti itu.

"Kamu diam disini, Papa mau kerja dulu, Jangan nakal sama Om Aufa, Mas titip Alfik sebentar ya" Ucapnya kepada bayi dan Aufa, Penjaga kasir. Alfik mengangguk dengan pipi gembung.

"Ok, Sudah sana kamu kerja, Alfik gak nakal kok" Jawabnya.

Membalas senyum, Dia beranjak ke ruang ganti baju dan kemudian mulai bekerja menjadi pelayan seperti biasanya.

"Zan, Kamu tau gak apa yang aku lihat hari ini?" Kata Ayu bersemangat kepada adiknya.

"Aku mana tahu kalau mbak tidak beritahu" Jawab Zandri malas.

Keduanya sedang duduk di ruang tamu keluarga di Rumah utama (Rumah Ayah dan Ibu Zandri juga Ayu) bersama Ayah dan ibu mereka.

"Aku ketemu mantan kamu!!" Pekiknya membuat Ayah dan Ibunya kaget. Mereka mereka mengelus dada dengan gelengan kepala melihat putri sulung mereka.

Zandri menghela nafas panjang, "Mantan aku banyak Mbak" Cueknya.

Ayu mendengkus, "Ish! Kamu ini, Makanya dengar dulu sampai selesai, Mbak yakin kamu pasti kaget" Ujarnya gemas.

"Apa?" Tanyanya malas, Tangannya asik mengambil cemilan buatan ibunya, Mumpung hari libur jadi dia menyempatkan diri untuk ke rumah orang tuanya, Sebab sudah lama dia tidak pernah kesini karena masalah pekerjaan yang menumpuk.

"Mantan Suami kamu" Jelasnya.

"UHUK!!"

Mata Zandri terbelalak, Tersedak kue yang dimakannya. Ny. Thompson dengan panik mengambilkan segelas air untuk putra bungsunya. Dahlan jujur juga terperangah, untung saja dia sedang tidak minum kopi. Ayu malah tertawa lepas melihat penderitaan adiknya.

Dengan tergesa-gesa Ia menerima air dari ibunya, Setelah minum dia menatap serius ke Ayu.

"Apa maksud mbak dengan mantan suamiku?" Tanya Zandri penasaran.

Ayu bersedekap dada menatap Zandri dengan pandangan remeh, "Iya, Mantan suami kamu, Memangnya kenapa?" Tanyanya dengan alis indahnya yang terangkat tinggi.

"Mbak lihat dia dimana?" Ucapnya menuntut penuh kerinduan dan penyesalan yang terlihat jelas dimatanya.

"Rahasia" Ucap Ayu enteng. Sudut bibir Zandri berkedut-kedut.

"Vila di kota C akan menjadi milikmu" Kata Zandri cepat tanpa berfikir. Mendengar itu, Ayu melompat kegirangan layaknya bocah berusia 5 tahun.

"Kalian ini apa-apaan sih kayak anak kecil saja!" Arisa (Istri Dahlan) menegur anak-anaknya heran.

"Sekarang kasih tau aku dimana Rizky?" Desak Zandri, Tidak peduli dengan teguran mamanya.

"Aku ketemu dia di Kafe milikmu yang berada di kota N bagian Selatan, Tapi..." Ucapnya terpotong. Matanya melirik wajah menyedihkan sekaligus gembira adiknya.

"Tapi apa?" Tuntutnya tidak sabar.

"Yang aku dengar dari teman-teman kerjanya, Dia sudah menikah dan punya anak..." Tukas Ayu namun berikutnya ia, Dahlan dan Arisa terkejut melihat ekspresi wajah Zandri.

Dia tidak menyangka bahwa Rizky sudah menikah bahkan punya anak. Rasa marah, Kecewa, rindu dan penyesalan bercampur aduk di dalam hatinya. Marah karena dia tidak berfikir jernih 4 tahun yang lalu, Kecewa karena Rizky sudah menikah dengan orang lain, Rindu akan kehadirannya dan Menyesal karena sudah membuang suami tercinta.