" mas... aku ada dimana?" tanya Maya yang baru bangun dari tidur panjangnya.
" may, kamu ada di kamar rumah sakit." balas mas Abrar sambil menggenggam erat tangan maya.
" maafkan maya mas sudah banyak merepotkan mas dan Ulan." ucapnya dengan lembut.
" tidak apa-apa, justru sudah kewajiban mas untuk merawatmu saat ini." balas mas Abrar mencium punggung tangannya maya.
Tingkah mas Abrar terlalu berlebihan padanya, kuyakin saat ini ada benih-benih cinta yang hadir dalam hati mas Abrar kepada maya. Sehingga selama tiga hari maya dirawat jarang mas Abrar untuk menyapaku bahkan menawarkan makan padaku. Mas Abrar hanya akan berbicara ketika ia meminta waktuku untuk menemani maya yang masih belum sadar sembari dia bekerja.
" mas anak kita bagaimana?" tanyanya denga suara yang lesu.
" Alhamdulillah tidak kenapa-napa sayang." balas mas Abrar dengan lembut.
Deg!