Sebuah kegilaan memang ada, kalian tak akan tahu ada seberapa banyak orang gila yang berkerliaran di luar sana. Ya, mungkin salah satunya adalah diri kalian sendiri.
Baiklah, kini saatnya memulai berbagai kegilaan yang berdasar kepada rasa kasih, faktanya memang itu yang terjadi.
Seperti saat ini, Miky sedang menangis dan sedikit membujuk adiknya, Max Ia tak ingin menggunakan berbagai alat yang menurutnya gila dan aneh itu. Karena apa? Karena bahkan adiknya itupun sudah tak lagi memakainya. Lalu mengapa Miky harus selalu memakai hal aneh itu?
Sebenarnya tak seaneh itu tetapi tetep saja rasanya aneh. Biar bgaimanapun itu adalah takdir yang harus Miky hadapi.
"Max, Miky tak mau pakai itu, tidak mau," rajuk Miky. Max hanya diam dan mempersiapkan segalanya yang ia butuhkan dan sudah disediakan oleh Marie sejak tadi.
Kuingatkan sekali lagi, Max dan Miky hanyalah bocah berusia lima tahun, tapi nyatanya Max itu sudah nampak sangat dewasa, bahkan Max sudah paham apa yang harus ia lakukan untuk kakak kembarnya, Miky. Marie yang mengajarinya.
Miky yang melihat adiknya hanya diam tak mempedulikan ucapannya mulai menangis. Katakanlah Miky cenggeng, wajar karena ia hanyalah anak berusia lima tahun, yang tak wajar adalah bagaimana adiknya bisa sangat dewasa melebihi anak seusianya.
Miky mulai takut, lalu saat ia hendak berusaha lari, Max sudah terlebih dahulu menyadari gelagat kakaknya. Jujur Max tak suka saat Miky mulai tak menurut pada apa yang seharusnya ia dapat dan terima.
Max menarik dan menahan tangan kecil nan putih milik Miky, faktanya walau mereka kembar berselang lima menit, tapi Max sangat tinggi dan badannya sudah tegap nan besar dan yang akan semakin tumbuh seiring meningkatnya usianya kelak.
Lalu Miky? Tak, ia hanya berisi tulang dengan kulit putihnya yang terlewat putih. Jika Miky albino sudah pasti seluruh tubunya memanglah sangat putih, bagian istimewanya adalah, Miky memiliki bola mata yang begitu indah, sangat indah bahkan terkesan langka. Hanya ada 1 diantara 1000000 orang di dunia ini yang memiliki mata indah seperti milik Miky, dan Max mengakui betapa kakak kembarnya itu begitu memukau. Malaikat, itu jika kata Marie dan Marvell
Heterochromia Iridium. Adalah sebuah kelainan yang terjadi dengan adanya perbedaan pada iris mata, biasanya sesorang dengan kasus seperti ini sangat langka, mereka yang mengidap kelainan langka namun sayangnya indah ini biasanya memiliki kelainan pada jumlah melamin dan mempengaruhi ribuan juta sel yang membentuk iris mata dengan dua warna yang berbeda, di beberapa kasus mereka dengan kelainan ini juga sangat sensitif dengan cahaya yang terlalu terang.
"Kak, menurutlah padaku, ini semua juga demi kebaikanmu, percayalah," bujuk Max yang masih memegangi kakaknya.
Miky terus menangis, netra kristalnya mengeluarkan airmata. Bagi Max airmata yang keluar dari mata kakaknya sangatlah indah, rasanya seperti kau menemukan sebuah air terjun kecil di kedalaman hutan yang begitu gelap, aliran air yang menyejukanmu. Namun di lain sisi ia tak suka melihat kakanya itu bersedih dan menangis. Huh, aneh memang, tapi itulah adanya.
"Hiks. Max jangan lagi, Miky tak mau itu, Max!" Max abai, ia diam dan membawa tangan kanan Miky ke sebuah pengait di samping ranjang. Benar, sebuah borgol dengan rantai sepanjang satu meter, tenang saja, ini bukanlah borgol besi yang akan membuat tangan Miky sakit dan memerah. Ini hanyalah sebuah borgol dengan bahan bulu yang lembut, namun mampu membuat Miky untuk tetap pada tempat dan posisinya.
"Hiks. Jangan Max!" Miky mencoba menarik-narik borgol di tangan kananya, namun nihil. Ia tak bisa.
Max mulai membuka baju handuk yang dipakai oleh kakaknya, lalu ia kemudian menggantinya dengan sebuah setelan dengan berbahan sutra yang lembut berwarna putih gading. Setelahnya Max membawa sebuah diapers untuk kakaknya, lalu memakaikanya pada Miky yang masih menangis.
Jujur Miky tak mengerti mengapa ia harus menggunakan diapers padahal adiknya saja sudah tak menggunakan hal itu lagi. Lagipula Miky seharusnya sudah bisa menggunakan toilet jika ia ingin buang air.
"Hiks. Max saja tidak pakai ini. Hiks kenapa Miky harus pakai?" Max tersenyum kecil, lalu ia berhenti setalah selesai memasangkan diapers itu pada kakaknya.
Max menatap mata Miky yang lagi dan lagi terlihat begitu cantik. Ah? Sudah berpa kali kukatakan, kedua bola mata kristal milik Miky adalah yang paling indah di dunia, dan mata itu akan menjadi bola mata favorite Max.
"Kak, jangan menangis. Aku adik kakak, kan? Aku tak akan melakukan hal yang akan menyakiti kakak, oke?" Max menatap dalam kedua mata milik Miky. Lalu kemudian ia mengecup kedua mata kakaknya dengan lembut penuh kasih sayang.
Miky masih sedikit menangis, ia juga menatap mata Max lalu berkata, 'hiks, tapi Max, Miky malu kepada Max, Miky kakaknya Max tapi Miky yang malah seperti ini, hiks."
Max tersenyum dengan jawaban kakaknya, ia lalu menghapus sisa lelehan airmata di pipi tembam dan putih milik kakaknya dan mengatakan hal yang setidaknya mampu membuat kakaknya itu sedikit tersenyum.
"Jika kakak menurut dan tak membantah, aku akan bilang pada Mom untuk memberikan jatah ice cream cokelat yang banyak untuk kakak besok sore, bagaimana?" rayu Max seketika mata Miky kembali berseri, perlu kalian ketahui Miky adalah pecinta cokelat, ia sangt suka sensasi bagaimana manisnya setiap lelehan coklat yang akan meleleh di dalam rongga mulutnya.
"Max janji?" tanya Miky memastikan.
"Apa aku pernah berbohong pada kakak?"
"Tidak, Max selalu menempati janji," ucap Miky.
"Bagus, jadi sekarang tidak apa-apa, kan?Kakak harus memakai ini?" tanya Max dengan mengelus rambut silver Miky.
Miky hanya mengganguk, paling tidak ia akan dapat jatah ice cream cokelat lebih banyak di esok hari. Apapun akan dia lakukan demi cokelat tercintanya.
"Oke, Max. Miky mau."
" Bagus."
Lalu dengan segera Max memakaikan celana setengah paha dengan warna senada dengan atasan yang tadi sudah dipakai oleh Miky.
Setelan itu tampak sangat menyatu dengan tubuh putih milik Miky, bahkan lebih terang kulit Miky ketimbang setelah putih gadingbya.
Setelahnya Max memakaikan kaos kaki panjang yang kurang lebih sebatas lutut Miky, hanya kos kaki polos berwarna hitam dengan strip putih di bagian atasnya.
Oke. Miky sudah sangat manis, namun belum cukup.
"Anu, Max. Apa boleh Miky tak pakai itu?" tanya Miky saat Max mencoba memasukan sebuah mitten yang sudah di desain khusus untuk Miky.
"Apa? Ini? Tentu tidak kak, ini untukmu. Wajib, begitu kata Mom."
Max lalu dengan cepat memasangkan mitten dengan warna putih dan hitam dengan bentuk menyerupai kaki kucing, dan kalian tahu? Mitten itu sangat tebal dan yang pasti tak akan membuat Miky tak mampu menggerakkan jari jari mungilnya lagi.
Selain itu, mitten ini dilengkapi dengan gembok kecil sebagai penguncinya. Dan kini Miky sudah tak lagi mampu untuk meraba atau memegang apapun dengan jari jarinya.
Max tersenyum saat selesai memasangkan mitten itu, ia lalu memasukan kunci dari gembok kecilnya ke dalam kantongnya.
"Oke, Kak. Kau sudah sangat manis sekarang, tapi aku tak suka saat kau mampu menggunakan tangani, aku ingin kau selalu mengandalkanku dengan apapun yang kau inginkan, jadi ...."
Max mengambil sebuah strap dengan pengait, lalu memakaikan itu di bagian pinggang kakaknya. Mengikatnya dengan lumayan erat dan menyatukanya dengan kedua tangan kakaknya tadi yang sudah ia pasangkan mitten.
Kini tangan Miky sepenuhnya hanya bisa lurus kebawah, strap itu menahan tangan Miky sehingga untuk mengangkat tangan pun ia tak akan bisa.
Kini, lagi- lagi saat Miky dengan bodohnya mencoba mengangkat tanganya keatas, namun tak bisa, ia mulai menangis lagi.
"Hiks, Max jika seperti ini tangan Miky bisa lupa cara bergerak, hiks. Bagaimana jika tangan Miky tak bisa digerakkan lagi? Hiks."
Miky nampak sangat bodoh, namun Max menyukai hal itu.
"Itu bagus kak, maka aku yang akan merawatmu dengan segala yang kau inginkan," jawab Max dengan rasa percaya diri miliknya.
"Oke kakak, sekarang kau pakai bunga ini ya."
Max mengambil sebuah hiasan kepala dengan ornamen bunga-bunga kecil dan rerumputan kering, yang dirangkai sedemikian rupa, sehingga membentuk seperti mahkota bunga yang indah.
Lalu Max memakaikan itu pada rambut silver Miky, dan tak lupa mengaitkan pengaitnya di bawah dagu kakaknya.
"Kau seperti seorang peri kecil yang manis sekali."
Cup
Setelah Max mencium manis pipi kanan Miky, ia melanjutkan memakaikan sebuah sepatu berwarna putih di kaki Miky yang tadi sudah ia pakaikan kos kaki, lalu melihat hasil karyanya pada dandanan sang kakak.
Jika kalian bertanya tentang semua pakaian yang sudah Max pakaikan kepada Miky, maka jawabannya adalah kebiasaan.
Max dan Marie terbiasa dan memang sangat suka mendandani Miky selayaknya boneka. Miky memang sangat menggemaskan, seperti boneka, Iya Boneka.
"Kak, berjanjilah padaku kau tak akan dilihat oleh siapapun di luar sana, kau begitu indah."
Lagi-lagi fokus utama tatapan Max adalah mata indah milik Miky. Mata Heterochromia yang begitu memikat.
Miky yang memang sangat polos dan bodoh hanya mengangguk, ia ingin mengangkat tangannya dan menyentuh balik wajah sang adik, namun ia tak bisa karena strap di pingganya menahan semua pergerakanya tangan Miky.
"Ah, kau ingin memegang wajahku juga?"tanya Max, lalu Max mendudukan Miky di ranjang, dan ia berlutut di bawah kakaknya lalu mendekatkan wajahnya pada tangan Miky yang terhalang oleh hand resistanya.
"Miky mau pegang wajah Max tapi ini tak bisa digerakan" ucap Miky sedih melihat jari jarinya yang sudah terhalang oleh hand resistan itu
"Jika kau tak bisa aku bisa memegang wajah kakak seperti ini, bukankah sama saja?"
"Tapi Max,"
"Oke sudah cukup kak. Sekarang kau naik ke kursi rodamu, hmm," ucap Max sambil melepaskan borgol yang terpasang di ranjang, lalu membawa Miky untuk duduk di sebuah kursi roda, dia mulai memasangkan strap di bagian perut dan kaki Miky, hal itu membuat Miky sangat menyatu ke kursi roda dan tak lagi bisa berdiri.
"Max, kaki Miky masih bisa berjalan, kenapa setiap pagi hingga mau tidur Miky selalu naik kursi roda?" Ya, Miky punya banyak sekali pertanyaan tentang dirinta dan keluarganya.
"Itu karena kakak adalah malaikat, berlian dan bunga salju disini, kakak begitu istimewa," ucap Max yang langsung dipercayai oleh Miky.
Dasar bodoh.
"Nah oke. Kakak sudah siap."
Max mengamati Miky yang duduk di kursi roda dengan tanpa bisa menggerakan tangan ataupun kakinya, lalu ia lagi lagi jatuh pada warna mata Miky yang bagi Max begitu indah,
Ah, belum kukatakan ya seperti apa mata Miky? Oke, Miky memiliki dua warna mata yang berbeda, dan perbedaan itu sangat kontras, dan kubilang sangat langka, mata bagian kirinya berwarna Ungu dengan sedikit biru yang bercampur, sangat indah seperti sebuah galaksi yang sangat indah , lalu mata kirinya berwarna Jingga seperti musim gugur yang turun saat badai salju, hangat namun dingin.
Max? sebenarnya matanya juga indah, namun mata max tergolong normal, mata tajam dengan warna emas bervampur merah yang seakaan mampu membawa aura menggerikan dan membuatmu mati hanya dengan tatapan tajamnya.
Ya, mereka sangat berbeda, tapi itulah istimewanya, bukankah perbedaan membawa pada sebuah keistimewaan? Ya, palsu.
"Kau sempurna kak, dan aku tak akan membiarkan hal indah seperti kaka hilang apalagi dilihat oleh orang asing," batin Max.
Tak ada yang tahu bagaiman takdir akan dibentuk, diciptakan ataupun dihancurkan, yang perlu kau tahu adalah waktu itu berjala dan roda berputar, tapi bagaimana dengan Miky? Rodanya telah dirantai oleh keluarganya sendiri, mereka membawa Miky dan memisahkanya dari sebuah kehidupan, mendoktrinya selayaknya bonekanmalaikat yang terlalu polos dan bodoh, nantikan bagaimana kelanjutanya di chapter selanjutnya.
"Aku tahu ini salah kak, tapi aku tak mampu membiarkamu pergi melagkah melangkah menjauh, kau milik kamu, selama apaun itu, bahkan jika Tuhan membawa nyawamu pergi tak akan kubiarkan, di berbagai kehidupan naninya kau akan tetap bersamaku, mau ataupun tidak. Itu janjiku kak, kau akan selalu terikat bersamaku. " batin Max.