Chereads / Perjuangan Cinta Dari Kutukan Ular / Chapter 5 - 5. Rencana Jahat Dewi Ambiwati dan Putrinya Bagian II

Chapter 5 - 5. Rencana Jahat Dewi Ambiwati dan Putrinya Bagian II

Keesokan harinya Ibu dan anak itu kembali ke kerajaan, sambil berdiskusi mengatur strategi.

"Ibu, bagaimana kita bisa mengambil kuku dan rambut Putri Sekarwati," tanya Putri Galuh.

"Kita ajak Putri Sekarwati jalan-jalan saja, kemudian kita kasih beras kencur, di minuman itu kita kasih obat bius supaya terlelap, obat bius dari ganja, lalu kita potong rambut dan kuku sang Putri," kata Dewi Ambiwati.

"Baik, aku akan siapkan alatnya, mumpung kita masih di jalan ayo kita cari bahan di pasar untuk membuat beras kencur," kata Putri Galuh.

"Iya, sebentar lagi kita dekat dengan pasar Pringsewu, jangan lupa obat biusnya ,"kata Dewi Ambiwati.

Sampai di dapur istana, Ibu dan anak itu membuat banyak minuman beras kencur yang di bagikan kepada staf istana, tetapi untuk Putri Sekarwati di khususkan di dalam botol cantik yang sudah di beri bius atau di beri perasan ganja. Pada zaman dahulu obat bius menggunakan tanaman ganja.

"Dinda Sekarwati?," panggil Putri Galuh.

"Iya Yunda, ada apa memanggilku?," jawab Putri Sekarwati.

"Apa kau mau ikut bermain bersamaku, kita keluar istana Dinda, melihat alam, sebagai oleh-oleh aku buatkan beras kencur untukmu, kita juga membuat banyak minuman untuk staf istana," kata Putri Galuh.

"Baiklah, terima kasih Yunda, aku juga mau keluar mencari angin segar," kata Putri Sekarwati.

Dewi Ambiwati, Putri Galuh dan Putri Sekarwati akhirnya sampai di hutan, mereka melihat keindahan alam, setelah haus akhirnya mereka berteduh di gubuk sawah dan menikmati minuman beras kencur. Putri Sekarwati akhirnya tertidur pulas akibat ramuan beras kencur itu.

"Dinda, ini beras kencurmu, minumlah selagi haus," kata Putri Galuh.

"Terima kasih Yunda, Botolnya bagus sekali?, aku suka," kata Putri Sekarwati.

"Ambil saja Dinda, di tempat saudaraku masih banyak botol seperti itu," kata Putri Galuh.

"Iya terima kasih Yunda," kata Putri Sekarwati bahagia. 

Beberapa menit kemudian, Putri Sekarwati pingsan. Kemudian mereka melancarkan niat jahat mereka dengan mengambil kuku dan rambut Putri Sekarwati.

"Ibu, sepertinya Putri itu sudah pingsan," tanya Putri Galuh.

"Cepat reaksi obat hanya lima menit, keluarkan pemotong kuku dan rambut serta wadahnya," jawab Dewi Ambiwati.

"Ini ibu, aku yang memotong rambutnya ibu kuku dia," kata Putri Galuh.

"Iya, cepat!," kata Dewi Ambiwati.

"Ini wadahnya, cepat masuk kan," kata Putri Galuh.

"Berhasil, kita tunggu dia bangun," kata Dewi Ambiwati

Setelah berhasil memotong kuku dan rambut Putri Sekarwati, lima menit kemudian terbangun.

"Dinda? kau sudah bangun? kau merasa capek ya jalan-jalan kesini?," tanya Putri Galuh.

"Aku tidak tahu Yunda, sepertinya aku tertidur tak sadarkan diri," jawab Putri Sekarwati.

"Yang penting semuanya baik-baik saja Dinda ,kita juga tak mau membangunkanmu, takut mengganggu tidurmu," kata Putri Galuh.

"Iya Yunda," jawab Putri Sekarwati.

"Anak-anak, saatnya kita pulang, waktu sudah mau sore, sebentar lagi matahari tenggelam," kata Dewi Ambiwati.

"Iya ibu," jawab serentak Putri Sekarwarti dan Putri Galuh.

Ketiganya kembali ke Istana.

"Dari mana saja kalian," tanya Prabu Kamandanu.

"Kami dari jalan-jalan sebentar, kami suntuk di dalam istana terus, hanya mencari angin segar," jawab Dewi Ambiwati.

"Kanapa saya tidak di ajak?," tanya Prabu Kamandanu.

"Maaf Romo sedang keluar, jadi tak sempat kami mengajak Romo," kata Putri Galuh.

"Oh ya sudah, saya senang melihat kerukunan kalian," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo, bukankah kami sudah akur sejak Ibunda Ambiwati menjadi Ratu di sini?," kata Putri Galuh.

"Iya ,syujurlah," jawab Prabu Kamandaanu.

"Romo, ada beberapa jamu di meja, ada beras kencur, ginseng, kunir asam yang mungkin Romo suka, itu oleh-oleh dari kami ketika pergi," kata Putri Galuh.

"Iya Romo ,Jamu buatan Yunda enak sekali, habis satu botol saya sampai tertidur pulas," kata Putri Sekarwati

"Baiklah ,saya mau minum ginseng untuk stamina pria dewasa," kata Prabu Kamandaanu.

"Silah kan Romo, ada di dapur," jawab Putri Galuh.

"Apa itu rasanya pahit?," tanya Prabu Kamandanu.

"Tidak Romo, semua jamu yang kami buat sudah kami racik sedemikian rupa agar rasanya enak," jawab Putri Galuh.

"Dari pada penasaran, lebih baik Kanda cicipi saja sana," kata Dewi Ambiwati.

"Baiklah" kata Prabu Kamandanu.

Setelah mendapatkan kuku dan rambut Putri Sekarwati, Dewi Ambiwati dan anaknya bergegas menemui dukun gelap lagi. Mereka pergi di waktu subuh, mereka beralasan ada urusan keluarga.

"Tok...tok...tok!! Nyai Gelap? kami datang.," kata Dewi Ambiwati.

"Silah kan masuk! ," kata Nyai Gelap.

"Mbah...kami sudah membawa kuku dan rambut Putri Sekarwati," kata Dewi Ambiwati.

"Baiklah, besok malam kita mulai ritualnya, malam Jumat keliwon jatuh padah besok hari, sambil menunggu besok sebaiknya kalian menginap di sini lagi," kata Nyai Gelap.

"Baik mbah, terima kasih," kata Putri Galuh.

Malam Jumat keliwon telah tiba, Nyai gelap segera melakukan ritual kirim santet. Di meja ritual terdapat sesajen, bunga, dupa kemenyan dan beberapa batu akik yang menambah suasana mistis dukun itu, tak lupa kuku dan rambut Putri Sekarwati ditaruh tengah meja dan di berikan minyak duyung serta jampi-jampi.

"Hai...Jabang bayi Putri Sekarwati, Dadio ulo, dadio ulo'dadio ulo," kata Nyi Gelap sambil mengucapkan mantra dalam bahasa Jawa.

Byur!

Byur!

Byur!

Dukun itu menyemburkan air yang ada bunganya tiga kali. Kemudian dukun itu juga mengambil asab kemenyan untuk di kibas-kibaskan di patung Buto ijo, konon patung itu adalah sarana Dukun gelap untuk berinteraksi dengan buto ijo melalui jarak jauh. Bau kemenyan menyengat dan asap mistis menyelimuti suasana rumah dukun itu, ritual itu dilakukan di malam Jumat keliwon tepat jam duabelas malam. 

Wush!

Wush!

Wush!

Beberapa kibasan asap kemenyan di arahkan ke patung ular. 

"Gusti Raja buto ijo, jadikan jabang bayi Putri Sekarwati ular, jadikanlah dia, jadikanlah dia, jadikanlah dia," kata Nyai gelap di depan patung buto ijo.

Tiba-tiba mata patung buto ijo itu menyala merah. Kemudian Dukun gelap itu menghampiri patung ular dan melakukan hal sama seperti di patung buto ijo.

Wush!

Wush!

Wush!

Beberapa kibasan asap dari kemenyan juga di arahkan ke patung ular. 

"Jadilah ular seperti ini, jadilah ular seperti ini, jadilah ular seperti ini ," kata Nyai gelap di depan patung ular.

Tiba-tiba mata patung ular itu menyala beberapa saat. Nyai Gelap menyelesaikan ritualnya dengan menarik nafas dalam-dalam.

"Wah mengerikan sekali ritualnya, tapi mau tidak mau kita harus melihatnya," kata Dewi Ambiwati.

"Benar sekali, mengerikan, tapi bagaimana dengan hasilnya," kata Putri Galuh.

"Kita tunggu saja, Dukun itu masih membaca mantra di mulutnya," kata Nyai Galuh

Akhirnya dukun gelap itu selesai melakukan ritualnya.

"Bagaimana mbah?," tanya Dewi Ambiwati.

"Beres, kalian akan melihat hasilnya tiga hari setelah selesai ritual ini, sebaiknya kalian pulang besok atau lusa untuk melihat hasilnya," kata Nyai Gelap.

"Baik mbah," jawab Dewi Ambiwati.

"Waktunya kalian tidur," kata Nyai Gelap.

"Baik mbah," kata Dewi Ambiwati.

Bersambung.