Chereads / Perjuangan Cinta Dari Kutukan Ular / Chapter 7 - 7. Hasutan Dewi Ambiwati Untuk Mengusir Putri Sekarwati

Chapter 7 - 7. Hasutan Dewi Ambiwati Untuk Mengusir Putri Sekarwati

Sementara Putri Galuh dan ibunya lagi penasaran dengan wujud ular Putri Sekarwati, akhirnya mereka memberanikan diri untuk melihat keadaan Putri Sekarwati, mereka menunggu Pangeran Arya dan Prabu Kamandanu keluar dari kamar sang putri.

"Ibu ayo kita tengok Putri Sekarwati, bagaimana keadaan nya," kata Putri Galuh.

"Kita tunggu dulu ,Pangeran Arya dan Romo Kamandanu keluar, jangan buru-buru" kata Dewi Ambiwati.

"iya ibu, Eh...itu mereka berdua keluar," kata Putri Galuh.

"Iya, Ayo nak, kita lihat betapa dahsyatnya kekuatan Nyai gelap itu, sesuai namanya Dukun Gelap gelapnya kegelapan, ilmu hitamnya sangat sakti ya," kata Dewi Ambiwati.

"iya bu, sepertinya hanya mbok Sumi yang ada di ruangan sang Putri ,ayo kita tengok ibu, eh sekalian kita bawakan makan ya, biasalah basa-basi, supaya semua orang tidak curiga terhadap kita," kata Putri Galuh.

"Iya, bawakan minuman saja, ayo sekarang kita ke dapur dulu," kata Dewi Ambiwati.

"Iya ibu, ayo," kata Putri Galuh.

Putri Galuh dan ibunya memasuki ruangan Putri Sekarwati. Melihat Putri Sekarwati berbadan setengah ular mereka terkejut, tetapi juga bahagia, mereka berbasa-basi agar tidak kelihatan niat busuknya.

"Tok...tok...!Dinda Sekarwati ini aku Yunda Galuh dan ibuku," kata Putri Galuh.

"Masuklah Yunda, masuklah bunda ratu," kata Putri Sekarwati.

"Dinda, kami ikut prihatin atas nasib yang menimpa dirimu," kata Putri Galuh.

"iya nak, sabar ya, kami tidak bisa membantumu, kami tak punya kekuatan apa-apa, kami hanya bantu doa," kata Dewi Ambiwati.

"Terima kasih atas dukungan kalian," kata Putri Sekarwati.

"Nduk, ini ada minuman dan makanan kecil untukmu, dimakan ya supaya tidak sakit," kata Dewi Ambiwati.

"Iya Ibu Ratu terima kasih," kata Putri Sekarwati.

"Nak, kita pamit dulu ya, semoga ada jalan keluar dari semua ini, pamit keluar mbok Sumi," kata Dewi Ambiwati.

"iya Bunda Ratu," kata Mbok Sumi.

Putri Galuh dan ibunya keluar ruangan, mereka ke kamar dan rembukan untuk mengatur rencana berikutnya.

"Ibu, ayo kita ke kamarku, kita rembukan," kata Putri Galuh sambil berlari menuju kamar.

"Ayo! ," jawab Dewi Ambiwati sambil berlari menuju kamar.

"Nduk?, kamu bahagia tidak melihat keadaan Putri Sekarwati," kata Dewi Ambiwati.

"Bahagia sekali, lalu apa rencana selanjutnya agar Putri itu keluar dari istana?," kata Putri Galuh.

"Kita bujuk sang Prabu dan staf istana agar Putri Sekarwati di asingkan," kata Dewi Ambiwati.

"Wah, ide yang bagus, tapi saya heran sama mbok Sumi, walaupun keadaan Putri Sekarwati menjadi seperti itu, masih saja setia menemaninya," jawab Putri Sekarwati.

"Iya, kita bujuk orang-orang istana supaya mengasingkan sang Putri, karena kalau tidak di asingkan akan membawa malapetaka, dan sang putri bisa menjadi buas karena suatu saat bisa berubah menjadi ular raksasa, itu ide ibu, alasan mbok simbok Sumi tidak takut dan masih setia dengan majikannya itu bukan urusan kita, biar pelayan bodoh itu di makan ular jelmaan Putri Sekarwati, ha...ha...ha...ha....," kata Dewi Ambiwati.

"Ha...ha...ha...!iya benar sekali, besok kita hasut semua orang di istana, tapi saya ada masalah, bagaimana mendapatkan hati Pangeran Arya" kata Putri Galuh.

"Ya kamu rayulah, kamu kan belum pernah dekat dengan Pangeran itu, sebaiknya rencana kamu mendekati Pangeran setelah Putri Sekarwati terusir dari istana," jawab Dewi Ambiwati.

"Ibu benar, sebaiknya menunggu waktu yang tepat," kata Putri Galuh.

"Pesan ibu, kalau kita ketemu Romo, Pangeran Arya ,dan semua orang istana kita harus pura-pura bersedih, menghasut mereka harus pura-pura bersedih," kata Dewi Ambiwati.

"Baik ibu," jawab Putri Galuh.

Keesokan harinya Putri Galuh dan Dewi Ambiwati menghasut semua orang di istana agar segera mengasingkan Putri Sekarwati.

"Romo? Apa romo tidak berpikir? jika suatu saat Putri Sekarwati berubah menjadi ular seeatus persen akan mencelakai orang-orang di istana, termasuk Romo?," kata Putri Galuh.

"Entah, aku juga bingung," kata Prabu Kamandanu

"Lebih baik di asingkan saja Romo, dari pada nanti terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan," kata Dewi Ambiwati.

"Betul, Romo," sanggah Putri Galuh

"Entah saya bingung, bagaimana bisa aku membuang Putriku sendiri," jawab Prabu Kamandanu.

"Ya sudah Romo, saya hanya memberi saran, kami permisi Romo," kata Dewi Ambiwati.

"iya," jawab Prabu Kamandanu.

Mereka meninggalkan Prabu Kamandanu dan menghasut Pangeran Arya.

"Pangeran, apa engkau tidak takut dengan perubahan Putri Sekarwati?" kata Putri Galuh.

"Tidak yunda, cintaku sudah tulus kepadanya, apa pun yang terjadi aku tidak akan meninggalkan Dinda Sekarwati," jawab Pangeran Arya.

"Baiklah," kata Putri Galuh sambil pergi meninggalkan Pangeran Arya.

Setelah gagal menghasut Pangeran Arya dan Prabu Kamandanu, mereka akhirnya berhasil menghasut semua orang di istana, dan penduduk istana setuju akan mengasingkan Putri Sekarwati. Kini badan putri bisa berubah-ubah kadang manusia setengah ular dan terkadang menjadi ular raksasa.

"Paman, sebagai staf istana apa paman tidak berpikir, jika wujud Putri Sekarwati itu membahayakan penduduk istana?" kata Dewi Ambiwati.

"Sebenarnya saya juga berpikir demikian Ratu, tapi saya tidak enak dengan sang Prabu, mengingat Putri Sekarwati adalah anak kesayangan Prabu Kamandanu," jawab staf istana.

"Iya, tapi bagaimana ketika Putri itu berubah menjadi ular besar dan melahapmu, apa kau tidak takut?" kata Dewi Ambiwati.

"Iya, benar juga Ratu," kata staf istana.

"Makanya, kalian secepatnya harus rembukan dengan Prabu Kamandanu, supaya tuan Putri di asing kan, sebenarnya saya juga sedih, tapi bagaimanapun juga demi keamanan istana," kata Dewi Ambiwati.

"Baiklah ndoro, nanti kita akan rembukan dengan Prabu Kamandanu," kata Staf istana.

Ketika rapat staff istana membahas tentang keadaan Putri Sekarwati yang berubah menjadi ular.

"Prabu, saya mohon maaf atas kelancangan saya," kata staff istana.

"Ada apa paman," kata Prabu Kamandanu.

"Melihat kondisi sang putri yang kini menjadi ular besar, apakah tidak sebaiknya kita asingkan saja Tuan putri," kata staf istana.

"Saya juga berpikir demikian, tapi aku tidak tega mengusir Putriku, jika ini kehendak rakyat saya akan berbicara dengan putriku," ucap Prabu Kamandanu.

"Iya, Prabu, engkau memang Raja yang bijaksana dan selalu mementingkan rakyat," kata staf istana.

"iya paman, terima kasih," kata Prabu Kamandanu.

Dan sebelum di usir, Putri Sekarwati sudah pergi meninggalkan istananya. Karena di suatu malam, ketika Putri Sekarwati tidur, dia bermimpi bertemu dengan sesosok bidadari, dan ternyata bidadari itu adalah wujud dari Dewi Larasati, bidadari itu tak lain adalah ibu kandungnya sendiri, tetapi bidadari itu tak menyebutkan siapa jati diri yang sebenarnya.

"Siapa engkau?," tanya Putri Sekarwati.

"Tuan putri tidak perlu tahu siapa saya, tetapi suatu saat engkau akan tahu siapa saya," jawab Dewi Larasati.

"Apa engkau tidak takut mendekatiku? wujudku seperti ini," kata Putri Sekarwati.

"Tidak, sebaiknya engkau mengasingkan dirimu di telaga Pringsewu, di sana engkau akan aman," kata Dewi Larasati.

"Kenapa harus di sana?" tanya Putri Sekarwati.

"Karena seekor ular tempatnya di hutan, bukan di istana, yakinlah pertolongan pasti akan datang," kata Dewi Larasati.

Tiba-tiba bayangan Bidadari itu menghilang, dan Putri Sekarwati sudah terbangun dari mimpinya, dalam hatinya sang putri bertanya-tanya, siapa bidadari itu? dan kenapa wajahnya mirip dengannya? tapi biarlah ketika nanti di usir dari istana, Putri Sekarwati sudah mendapatkan tempat tinggal yang baru.

Dengan ditemani Dewi Ambiwati dan Putri Galuh, Prabu Kamandanu ingin menyampaikan apa yang di ucapkan staf istana, yaitu mengasingkan Putri Sekarwati ke tempat lain. Tetapi tanpa di usir Putri Sekarwati sudah berencana meninggalkan istana. Prabu Kamandanu mengatakan itu dengan hati yang sangat berat.

"Nduk?, Romo minta maaf, karena keadaanmu seperti ini, engkau akan kuasingkan ke tempat lain," kata Prabu Kamandanu.

"Romo, Bunda, Yunda aku akan pergi dari sini, aku sadar diri wujudku kadang berubah-ubah, kadang manusia setengah ular, terkadang ular raksasa, tempatku di hutan, bukan di istana," kata Putri Sekarwati.

"Kami tidak bisa membantumu Dinda," kata Putri Galuh.

"Kami sedih kehilanganmu," kata Dewi Ambiwati.

"Romo juga sedih atas kepergianmu, tetapi engkau mau ke mana? saran Romo engkau harus tinggal di hutan," kata Prabu Kamandanu.

"Tidak Romo, Aku ingin tinggal di Telaga Pringsewu, semalam aku bermimpi di temui bidadari cantik yang wajahnya mirip denganku, beliau berkata agar aku tinggal di sana, di telaga itu juga dekat makam bundaku," jawab Putri Sekarwati.

"Wah...!bidadari? mirip denganmu?, apa bidadari itu menyebutkan namanya?" tanya Prabu Kamandanu.

"Tidak Romo....kenapa Romo jadi bingung?," tanya Putri Sekarwati.

"Oh...tidak...tidak...!aku hanya bisa mendoakan saja semoga engkau baik-baik saja," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo, terima kasih," jawab Putri Sekarwati.

Prabu Kamandanu mulai bertanya-tanya, Apakah Dewi Larasati menemui anaknya lewat mimpi?, karena Dewi Larasati tidak menyebutkan identitasnya lewat mimpi sang Putri, tapi biarlah mungkin itu pertolongan ibunya, gumamnya dalam hati.

Sementara Putri Sekarwati mengasingkan diri di Telaga Pringsewu, di mana tempat itu adalah tempat ibunya. Saat berubah menjadi wujud ular raksasa sang putri sering menyelam ke Telaga. Dari beberapa staf istana hanya mbok sumi yang sering menjenguk Putri Sekarwati ke Telaga Pringsewu. Abdi kerajaan itu tidak takut akan wujud ular Putri Sekarwati, dia tidak menghiraukan hasutan dari Dewi Ambiwati dan putrinya.

"Tuan Putri?, apa kau di dalam telaga? Aku datang kesini untuk melihatmu," kata Mbok Sumi.

"Siapa?" kata Putri Sekarwati.

"Hamba tuan Putri, Mbok Sumi," kata Mbok Sumi.

Byuur!

Kepala ular besar keluar dari permukaan air di telaga, kemudian berubah wujud menjadi manusia setengah ular. Yang mana wujud manusia setengah ular itu adalah bentuk badan Putri Sekarwati.

"Ada apa simbok kesini, apa kau tidak takut denganku?, semua orang mengucilkan aku," kata Putri Sekarwati.

"Tidak tuan putri, apa pun wujud tuan Putri hamba tidak akan takut. Karena hanya wujudnya yang berubah, tetapi hatinya tidak berubah, sama seperti pertama kali aku mengenalmu tuan Putri, yaitu hati yang baik terhadap siapa pun, termasuk baik terhadap hamba," kata Mbok Sumi.

"Terima kasih Mbok Sumi, dari sekian banyak staf istana hanya engkau yang setia menemaniku," kata Putri Sekarwati.

"Saya kemari hanya ingin menjenguk Tuan Putri, Tuan Putri beda dari yang lain, Dewi Ambiwati dan Putrinya selalu acuh terhadap hamba, maka dari itu saya lebih suka Putri Sekarwati daripada mereka," kata Mbok Sumi.

"Oh ya?, tapi perasaan mereka biasa-biasa saja," kata Putri Sekarwati.

"Kalau sama saya beda tuan Putri, mereka angkuh dan acuh terhadap saya, hamba berharap ada solusi terbaik agar tuan Putri kembali lagi ke istana ," kata Mbok Sumi.

"Oh begitu ya? Sudahlah Mbok biarkan saja, mungkin karakter mereka memang seperti itu. Kali ini Pangeran Arya sedang memperjuangkan saya, yaitu membunuh buto ijo agar saya terbebas dari kutukan ular ini," kata Putri Sekarwati.

"Semoga Pangeran berhasil, saya tahu ke hutan ilusi sama saja bertaruh nyawa. Penunggu siluman disana sangat ganas, oh iya tuan putri saya masih ingin berlama-lama di sini, karena hari ini libur kerja istana, sesekali menikmati indahnya telaga Pringsewu ini," kata Mbok Sumi.

"Iya mbok, silah kan saja, bebas kok," kata Putri Sekarwati.

Bersambung.