Chapter 11 - RENCANA

Kenza langsung memutar mobilnya, ia ingin menghampiri orang yang membawa kendaraan milik gadis yang menurutnya Lian tersebut. Namun karna ia harus putar jalur dan ditambah jauhnya rute yang harus ia tempuh hingga sesampainya di jalan tersebut Kenza sudah tidak melihat siapa pun, Laki-laki itu sudah pergi.

"Sial...!!" Rutuknya sembari memukul setir.

"Aku yakin dia pasti Lian, Aku harus secepatnya mencari tahu keberadaan gadis itu sebelum orang suruhan keluarga Adiyaksa menemukannya terlebih dahulu." Kenza begitu sangat yakin, ia pun ingin langsung tancap gas. Namun...

"Tapi jika memang benar dia Berlian, kenapa tidak pulang..?? apa ini hanya perasaanku saja melihat gadis itu seakan Berlian..??" Laki-laki itu justru kembali ragu, ia mengurungkan niatnya untuk melajukan kendaraannya kembali. Pikirannya berkecamuk antara yakin dan tidak, Mungkin rasa rindunya itu yang membuat perasaan Kenza semakin memuncak.

"Aaaahhh Lian !!... Kamu dimana ?? Kakak yakin kamu masih hidup. Kakak kangen kamu yan.." Gerutunya. Setelah cukup lama berpikir, laki-laki itu pun memutar balik Kendaraannya untuk pergi ke tempat tujuan awal yakni kampus.

Mansion keluarga Adiyaksa..

"Tuan muda Anda terluka lagi.. ??" Salah satu pelayan terkejut tatkala pemuda itu masuk kedalam dan melihat sudut Mulut Zean memar.

"Berisiikkk !!!" Sahutnya seraya melemparkan tas kepada pelayan itu dan naik ke tangga.

"Apa...??" Hanin ikut terkejut mendengar ucapan pelayan, yang ternyata saat itu juga ia baru pulang dari pertemuannya dengan Hanggono pagi tadi.

"Maaf Nyonya.." Pelayan tersebut Langsung menunduk tak berani mengulangi perkataannya itu.

"Zean...!! Kamu kenapa lagi.. katakan sama Mama siapa yang berani memukul mu.. !!" Tak dapat penjelasan dari sang pelayan Hanin langsung mencecar Zean, namun Pemuda itu justru tak menggubris pertanyaan sang Mama ia tetap Melangkahkan kakinya menapaki tangga.

"ZEAN... Kamu tidak mendengar Mama berkata apa..??" Hanin mulai geram.

Sekali lagi, pemuda itu tetap tak mengindahkan perkataannya. Dengan penuh emosi wanita itu langsung menghampiri Zean dan mencegatnya di atas..

"ZEAN.. Sampai kapan kamu tidak mau bicara dengan Mama.. Hhaa ??"

"Sampai Mama mau meninggalkan si tua Bangka itu..!!" Jawab Zean ketus.

"Apa maksud kamu.. ??"

"Sudahlah Ma.. sejak kapan Mama itu peduli dengan Zean.. ?? Mama itu tak pernah ada waktu buat Zean, Mama selalu sibuk dengan laki-laki tua Bangka itu !!"

PLAAKKK !!

"Siapa yang kamu bilang tua Bangka Hhaa..?? Dia itu pa...!!" Hampir saja Hanin keceplosan.

"Apa.. ?? Dia siapa ?? Dia keluarga Mama ?? Atau simpanan Mama ?? Siapa pun dia.. itu sama sekali tidak penting buat Zean..!! Dan asal Mama tahu saja, mungkin saat ini Papa belum tahu soal itu, tapi Zean...?? Zean sudah tahu semuanya, Yah Ma... Zean sudah mengetahui perbuatan keji Mama bersama Opa dibelakang Papa..!! Zean sudah tahu kalau ternyata Mama itu selingkuh dengan Opa Hanggono..!!"

PLAAKKK!!! Untuk yang kedua kalinya, Hanin menampar pemuda itu.

"Jaga ucapan kamu Zean..!! Kamu sudah sangat keterlaluan..!!"

"Kenapa..?? Mama Marah Karna Zean sudah membongkar kebusukan Mama..?? Mama takut Zean akan mengadu sama Papa..??"

"Itu tidak seperti yang kamu pikirkan Zean.. !! Mama tidak ada hubungan apa-apa!!"

"Mama pikir Zean anak kecil.. ?? Sudahlah Ma, jika Mama tidak ingin Papa tahu, jangan ikut campur urusan Zean lagi !!"

BBWWAAAKKK !!! Pemuda itu langsung masuk kedalam kamar dan membanting pintu dengan cukup keras.

Sementara itu Hanin masih terlihat shock ia hanya bisa menangisi perlakuan sang anak terhadapnya, Selama ini Hanin pikir ia sudah sangat rapat menutupi perselingkuhannya itu. Namun tak disangka ternyata Zean sudah lebih dulu mengetahuinya dari sang suami entah semenjak kapan anak itu tahu dan Apakah Zean juga sudah mengetahui bahwa ia anak kandung Hanggono ?? Hanin masih berpikir keras.

Beberapa bulan kemudian..

Malam ini kota J sedang turun hujan, udaranya yang dingin seakan menambah kegelisahan hati Lian yang tengah berada di balkon kamarnya. Gadis itu seperti sedang memikirkan sesuatu..

"Bagaimana Mai.. ?? Kamu Sudah menyetujui permintaan Nuna.. ??" Seorang bodyguard bersuara dari belakang Lian. Gadis itu hanya menoleh sekilas kemudian kembali lagi pada tatapannya semula, menatap indahnya rintik hujan yang bersuka cita turun ke bumi.

"Jika memang tidak mau jangan dipaksakan..!!"

"Sudah pasti Mai tidak mau Uncle, tapi Mai bisa apa ?? Untuk sekarang rencana yang Mai susun belum siap..!! Hheemmm!!" Lian menghela nafas panjang, ia nampak cemberut.

"Jadi Mai setuju ??"

"Yah.. setidaknya itu lebih baik karna Nuna berjanji jika Mai mau menemui klien itu, Nuna tidak akan melarang Mai untuk melanjutkan studi lagi setelah lulus nanti."

"Mai yakin bisa menghadapi Laki-laki itu ?? Bagaimana jika Mai kalah..??"

"Nuna bilang cuma mau ngenalin Mai Sama laki-laki itu saja, jadi tergantung laki-laki itu mau make Mai atau tidak. Jadi masih ada harapan kan buat Mai bikin laki-laki itu Ilfeel..!!"

"Berarti Mai sudah punya rencana ??"

"Tidak juga.. Mai hanya berjaga-jaga saja."

"Baiklah.. jika nanti ada apa-apa segera hubungi Uncle !!"

"Hhhmmm." Jawabnya dengan gumaman, Laki-laki itu pun keluar.

Disisi lain..

"Anda yakin ingin menemui Gadis itu di club'.. ?? Bagaimana jika itu bukan Nona Berlian..??" James sepertinya ragu dengan rencana Kenza.

"Bukankah Anda sendiri yang memberitahu saya bahwa Berlian kemungkinan ada pada wanita itu..??" Kenza hanya ingin memastikan bahwa penyelidikan detektif sewaannya itu benar, karena sejujurnya ia masih penasaran dengan gadis yang ia lihat beberapa bulan lalu. Namun sayangnya sampai sekarang Kenza tidak pernah bertemu gadis itu lagi, bahkan kadang ia sengaja menunggu ditempat biasa, namun tak kunjung terlihat.

"Iya tapi saya ragu, karena beliau mempunyai banyak wanita penghibur di bawah asuhannya dan semuanya sudah profesional.. Mustahil untuk bisa menemukan Nona berlian diantara mereka."

"Untuk soal itu Anda tenang saja.. !! Saya sudah punya jawabannya." Kenza meyakinkan laki-laki itu, tatapannya tajam seraya membayangkan pertemuannya dengan Nuna Shaqie beberapa waktu lalu.

"Anda masih sangat muda tapi ingin memakai wanita saya.. ?? Hahaha.. apakah Anda tidak ingin punya pacar..??" Nuna Shaqie meremehkan Kenza.

"Itu bukan urusan Anda.. jika Anda memang tidak mau melayani.. saya permisi !!" Pemuda itu berpura-pura marah dan langsung berdiri.

"Oohh... Maksud saya bukan begitu tuan Muda, Maaf jika Anda tersinggung.. Ayolah santai dulu...!!" Wanita itu tak ingin kehilangan kesempatan.

Nuna Shaqie mengamati penampilan Kenza dari ujung kaki hingga ujung kepala. Penampilannya yang mentereng, dengan wajah Yang diberi sedikit jambang dan kumis yang tipis memberi kesan bahwa ia benar-benar seorang eksekutif muda yang sukses. Saat ini Kenza memang sedang menyamar, untuk bisa memastikan apakah Berlian memang ada ditempat itu atau tidak.

Kenza duduk kembali ia kemudian mengambil sesuatu dari saku jasnya namun tiba-tiba sebuah black card terjatuh tepat didepan Nuna Shaqie. Sontak mata wanita itu langsung melotot, dan sikapnya berubah segan.

"Maaf tuan muda.. ini kartu Anda !!" Ucapnya seraya menyerahkan black card tersebut. Kenza tersenyum tipis, ternyata Nuna Shaqie masuk perangkapnya.

"Tunggulah sebentar saya akan memanggil wanita-wanita pilihan kelas 1 untuk Anda..!!"

5 menit kemudian masuklah 10 wanita cantik dalam ruangan tersebut, semua berjejer mengelilingi Kenza. Setelah mengamati satu persatu dengan tatapan sinis, laki-laki itu langsung menolaknya. Nuna Shaqie kembali memanggil Wanita-wanita pilihannya, namun kali ini pun Kenza masih menggelengkan kepalanya. Hingga sampai gelombang ke 4 wanita pilihan Sang Nuna masuk, Kenza masih tetap menolaknya. Laki-laki tersebut sudah mulai putus asa begitu juga dengan sang Nuna.

"Sebenarnya saya menginginkan seorang gadis yang masih muda, usianya masih sekitar 17 tahun.."

"Kenapa Anda tidak bilang dari tadi.. Nuna punya satu.. tapi sayang dia belum berpengalaman dan.." Nuna itu tak melanjutkan perkataannya.

"Dan apa ??" Kenza penasaran.

"Dia sangat kejam, sepertinya dia bisa beladiri.. setiap latihan ia akan membuat lawannya babak belur.!!" Wanita itu agak canggung menjelaskan asuhannya yang satu ini.

"Menarik... Saya lebih suka wanita yang seperti itu, bisa anda panggilkan sekarang ??" Kenza Antusias.

"Oh dia tidak ada disini tuan, karna dia belum berpengalaman jadi Nuna belum memperkerjakannya di sini."

"Bagaimana kalau lusa.. ??" Ucap laki-laki itu bersemangat.

"Akan saya usahakan..!!" Sebenarnya wanita itu tidak yakin, namun ia gengsi jika harus menolak permintaan kliennya.

"Baiklah.. deal !!" Keduanya berjabat tangan.