Anindia akhirnya keluar dari kamarnya setelah menjawab panggilan Ayahnya itu. Dengan hati cemas ia akhirnya berjalan ke ruang tamu dimana sang suami berada.
Tampak ibu dan kedua adiknya di sana juga. Namun tatapan Anindia tertuju pada wajah ahmer yang memar.
Orang orang yang berada di sana pun bahkan seolah olah melihat Ahmer terluka , Anindia pun sampai mengatakan "ada apa dengan wajah mu Ahmer"
"Tidak , ini hanya kecelakaan biasa " ucap Ahmer sembari memasang wajah biasa.
"Ikut lah pulang bersamaku" Ajak ahmer!
"Tidak, aku ingin disini lebih lama" jawaban Anindia membuat sang ayah kebingungan .
"Mengapa ia tak mau pulang ,sedangkan disini sudah terlalu lama sampai 1minggu berlalu" Pertanyaan yang ada di benak bapak Hadi saat itu akhirnya terlontar melihat sikap putrinya.
Setelah berbasa-basi sejenak , Bapak hadi dan ibu Hadi mempersilahkan Ahmer Duduk , Dan Menanyakan tentang pernikahannya dengan Anindia .
"Apakah kalian sedang di timpa masalah?" ucapnya sambil menatap wajah Ahmer.
"Tidak Ayah" Ucap Ahmer sembari spontan berucap .
Ahmer berucap ragu seakan akan keluarga Anindia akan mengetahui pikiran nya tentang Leo dan Sarah .
"Yakin? ucap Demas membuat Ahmer begitu ketakutan.
Ahmer hanya terdiam dan Anindia pun ketakutan sang ayah akan tau dari mulut Demas akan masalah ini .
"Memang ada apa Demas, mengapa kamu bicara seperti itu pada kakak ipar mu? " tanya ayahnya yang semakin lama semakin ingin tahu keadaan rumah tangga putri nya.
"Laki laki itu berselingkuh" ucap Demas.
Semua mata tertuju pada Demas.
"Mengapa kau bicara seperti itu" Pak hadi pun bertanya lagi, ia sangat terkejut dengan ucapan putra bungsunya.
"Aku mengetahui semuanya! Tadi Demas bertemu dengan nya di rumah sakit , aku melihat dengan mata kepala ku sendiri ia merangkul wanita itu dan lebih parah nya ia sedang merawat anak laki laki nya yang berusia 3bulan" ucap Demas semakin membuat tatapan bapa hadi berpaling langsung menatap Ahmer dengan geram.
"Benar kan kaka ipar ku!" ucapan Demas dengan nada lelucon yang membuat Ahmer begitu ragu untuk menjawab .
"Saya minta maaf , atas kesalahan yang saya lakukan ini "
BUGH...
Tamparan dari seorang Ayah yang tak menginginkan anak nya di sakiti .
"Keterlaluan, ku kira kau tak begitu."
Ahmer pun terdiam menyesali apa yang ia lakukan selama ini , dan Anindia menyela di saat Ahmer di marahi sang ayah tercinta.
"Sudah pak , Anin tidak apa , aku baik baik saja. "
" Maafkan ayah nak " ucap bapak Hadi sembari meneteskan air mata
Karena tidak ada lagi yang harus di bicarakan akhirnya Ahmer pun mengajak kembali merayu kembali Anindia untuk pulang bersamanya ke rumah mereka .
"Aku mohon maafkan aku, pulanglah". ucap Ahmer sembari melirik nya dengan sangat sayu.
Karena Anindia begitu menghargai sang suami meskipun ia di sakiti dan di kecewakan tapi Anindia menyetujui atas ajakan tersebut .
"Ya aku mau ikut " ucap Anindia
Jawaban Anindia membuat semua orang heran , ia telah di sakiti mengapa masih saja mau memaafkan Ahmer yang begitu busuk hatinya .
Anindia tidak pernah mengira kejadian ini akan berbuntut panjang .
Pikiran Ahmer mulai berkecamuk , namun rasa gugup nya kini sedikit terobati ia duduk berusaha untuk kelihatan tenang diantara bapak Hadi dan ibu Hadi juga Nanda yang malah menangis tiba-tiba.
Anindia pun bersiap siap karena akan pulang bersama suaminya, ia tahu betul bagaimana harus menghormati Ahmer sebagai pemimpin keluarga nya sekarang.
"Aku sudah siap! "ucap Anindia yang tidak ada gairah di wajah nya
Tampak juga ia meminta izin pada Ayah dan ibunya, serta meminta mereka memberikan kepercayaan padanya.
" Kak apakah kamu yakin? " tanya Demas, sementara pak Hadir masih duduk memikirkan hal yang menimpa putrinya.
"Ya , aku akan baik baik saja" Anindia tampak menenangkan.
Hilang sudah kesan Kalem dan baik pada diri Ahmer kalau sudah begitu .
Anindia pun berjalan mendekati Ahmer, Keluarganya mengantarkan nya ke depan rumah nya .
"Bicara sama ibu , kalau kau tak enak hati " ucap seorang ibu yang begitu menyayangi putri nya .
Anindia hanya tersenyum manis , ketika sedang dilanda masalah seperti ini dia tidak akan menceritakan segalanya pada siapapun Anindia tidak ingin ada yang terbebani oleh masalah nya, ia juga menyesal karena sudah memberitahu ibunya kemarin, dan sekarang pikiran nya bertambah karena Ayahnya juga mengetahui hal ini.
"Tidak sepantas nya kau menyimpan nya sendiri "
"Aku mengkhawatirkan mu nak"
"Aku pamit Bu" Anindia mencium tangan ibunya dengan lembut memberikan kepercayaan nya juga.
Pak Hadi tak ikut keluar, ia memilih memasuki kamarnya sekarang.
Malam itu sesampai nya di rumah, Anindia berharap masalah ini akan segera dilupakan oleh nya ia berjalan menuju pintu rumah dan segera memasuki kamar.
Beberapa menit kemudian.
Dering telpon Ahmer pun membuat Anindia bertanya tanya " siapa yang menelponnya malam malam begini!" pikir Anindia.
Ahmer tidak mengangkat nya , bahkan dia pun tidak melihat nya sama sekali .
3menit sekali handphone nya berdering Anindia pun mengatakan " angkat saja aku tidak apa apa "
Lalu Ahmer pun melihat dan ternyata itu dari Sarah wanita yang melahirkan putranya karena kesalahan itu.
"Siapa? tanya Anindia.
"Sarah" ucap Ahmer.
"Yasudah, Angkat mungkin itu mengenai Putra mu."
Ucapan Anindia membuat hati Ahmer luluh , bahkan Anindia tidak pernah membenci bayi laki-laki itu.
Ahmer pun mengangkat telpon dari Sarah ,ia bertanya " ada apa? aku sedang bersama istriku"
"Tidak ,aku mohon kesini " Sarah menjawab nya sambil menangis .
Ahmer pun memasang wajah yang takut akan keadaan putranya ia mengambil kunci mobil tanpa melihat Anindia .
"Kau mau kemana " ucap Anindia begitu lugu.
"Rumah sakit putra ku sedang keritis"
"Boleh kah aku ikut dengan mu? " tanya Anindia
Hati Ahmer di landa kebingungan saat itu juga, namun hak mungkin ia mengabaikan Anindia.
"Tentu saja " ucapnya kemudian.
Perhatian tulus yang di lakukan oleh Anindia kepada Leo membuat Ahmer begitu menyesal telah menyakiti wanita sebaik Anindia.
Diperjalanan Anindia terus saja berdoa untuk keadaan Leo, wajah nya bimbang ia bahkan seperti seorang ibu yang sangat cemas akan putra nya sendiri .
Setelah serangan panik yang membekukan, Ahmer menelpon Sarah kembali dan bertanya mengenai Leo.
"Sar".
"Leo koma ,tolong aku". ucap Sarah
Ahmer tubuhnya gemetar, Anindia pun ikut merasakan kekhawatiran kepada putra nya itu ia tidak tahu putra nya sakit separah ini.
Anindia tiba tiba meneteskan air mata, Ahmer sedikit bertanya "mengapa kau menangis?"
"Tidak, aku mengkhawatirkan anak mu" ucap nya .
Ahmer sedikit tersenyum , menatap Anindia begitu dengan mata yang ber- kaca kaca .
Begitu sesampainya di rumah sakit , Ahmer dan Anindia turun dari mobil ia bergegas menuju kamar sang putra semata wayang nya itu .
Kehadiran Anindia seperti nya membuat Sarah tidak terlalu nyaman. Namun begitu tiba, Leo tidak sedang kritis, bahkan bayi itu tampak tersenyum begitu ayahnya tiba.
"Sarah dia baik-baik saja mengapa kamu berbohong"
"Aku harus berbohong agar putraku bisa melihat Ayahnya" jawab Sarah.
Ahmer yang sedari tadi panik kini memeluk tubuh kecil itu, dan mencium nya sedemikian rupa. Melihat itu hati Anindia sakit, ia bisa melihat bahwa Ahmer sangat menginginkan anak itu.
Lalu bagaimana dengan dirinya? bahkan mungkin hamil saja ia takan merasakan nya.
Ahmer menghampiri Anindia yang duduk di bangku koridor. "Sayang, maaf tadi aku sangat panik hingga tak sadar kamu keluar ruangan"
Anindia mengangkat wajahnya, menatap suaminya itu. "Ayo kita rawat Leo" ucap Anindia, membuat Ahmer menatap nya kaget.