Sepulang nya dari rumah Anindia, Ahmer melihat istrinya yang langsung masuk ke kamar Leo! Tampaknya ucapan ibunya menyinggung perasaan nya sebagai seorang ibu baru.
"Sayang, jangan menangis mengapa kamu seperti ini?" ucap Ahmer melihat istrinya menjatuhkan air mata setelah menidurkan Leo di baby box nya.
"Dia putraku, aku tidak ingin siapapun bilang dia putra wanita lain kamu tahu kan dia putra kita" lirih Anindia, ia memeluk suaminya dan membenamkan wajah.
Ahmer tahu betul hati lembut istrinya itu, pelukan yang ia balas untuk sang istri di ikuti kecupan manis di kening nya.
"Aku tak mengerti mengapa kesalahanmu menjadi kesalahan putra ku? mengapa mereka membenci putra ku? apa salah bayi yang tak mengerti apa-apa ini" Anindia berucap sembari dengan nada gemetar.
Ahmer hanya bisa memeluk istrinya membuat nya tenang tanpa kata-kata apapun .
Hari berlalu mereka bahkan tak menghubungi orang tua nya, Anindia berpikir untuk menunda membicarakan tentang Leo pada keluarga Ahmer, mengingat sikap penerimaan orang tua nya terhadap bayi itu.
Tiba tiba Leo menangis, ia tidak bisa tenang di gendong ayah nya saja ia nangis tiada henti! Hari itu sangat mencekam Leo panas tak terkendali ayah dari anak itu pun menelpon Dokter supaya datang ke rumah.
Anindia begitu ketakutan, ia panik seraya mengambil bayi itu ke pelukan nya.
Dokter pun tidak kunjung sampai ke tempat nya , Ahmer terus saja menelpon menanyakan posisi nya di mana membuat hari itu dipenuhi dengan ketakutan karena kecemasan dua manusia yang baru saja menjadi orangtua itu tidak bisa menahan rasa cemas nya.
Leo tiba tiba berhenti menangis namun ia muntah badan nya menggigil parah dan awalnya panas menjadi dingin , Anindia semakin menangis ia sungguh tidak tega melihat putranya.
Ahmer berdiri lalu mondar mandir di teras depan rumah menunggu Dokter yang tak kunjung datang .
Tiba tiba Mobil berlaju dari gerbang rumah megah itu menuju pintu rumahnya.
"Maaf pak jalan macet" ucap Dokter dengan terburu buru sambil berjalan menuju kamar Leo.
Ahmer tak berbicara apapun selain mengajak Dokter untuk segera melihat keadaan putranya.
Sesudah sampai Leo di periksa ia tak mengapa hanya saja angin menyerbu badannya membuat nya sakit muntah muntah.
"Dok bagai mana keadaan putraku?" ucap Anindia.
"Baik, baju yang di kenakan terlalu tipis ini cuman masuk angin biasa " ucap nya sambil menyakinkan bahwa putra nya baik baik saja.
Mereka pun begitu lega mendengar ucapan Dokter tersebut ia langsung menggantikan pakaian nya.
Kring ... kring .. kring..
Suara telpon Ahmer berbunyi ia langsung mengangkatnya karena ia tahu itu dari teman bisnis nya.
"Hallo?"
"Pak maaf mengganggu , kita ada rapat di luar kota jam 14:00 kemungkinan akan berlangsung 3 hari 3hari"
"Ya Tuhan , hampir saja lupa yasudah saya ke sana sekarang" namun tampak wajah Ahmer tidak tega jika harus meninggalkan putranya.
Anindia pun bertanya "Ada apa ?" ia meraih tangan suaminya yang menggenggam ponsel, setelah ia menidurkan Leo yang baru saja minum obat.
"Katanya ada rapat penting di luar kota jam 14:00 selama 3hari" lirih Ahmer pelan.
"Yasudah aku tak mengapa di tinggalkan mu aku bisa mengurus Leo sendirian, lagi pula ada asisten rumah tangga juga aku bisa menyuruh mereka bergantian menjaga Leo bersamaku"
Ahmer pun berpamitan kepada istri nya meskipun dia juga tidak mau meninggalkan istrinya karena ia khawatir .
Anindia pun ikut membereskan baju untuk Ahmer ke luar kota.
"Hati hati ya!"Ucap Anindia, begitu membantu membawakan koper untuk suaminya ke depan pintu.
"Kamu juga hati hati " ucap Ahmer kepada istrinya.
Sebuah pelukan dan juga kecupan di dahi tak pernah Ahmer lewatkan.
Kemudian Anindia kembali mengurus putra nya seorang diri tanpa bantuan suster dan orang terdekat , ia tidak meminta bantuan kepada ibu maupun ayah nya. Bahkan ucapannya kepada Ahmer tentang akan menjaga Leo bersama Asisten rumah tangga nya pun tidak ia lakukan.
Jangankan mempercayakan Leo pada orang lain, ia bahkan terus terjaga sepanjang malam karena bayi itu belum tidur nyenyak dan terus gelisah.
Membuat susu , memandikan Leo sampai mengganti popok nya pun ia lakukan sendiri dan bahkan tidak menyempatkan makan sama sekali.
Hanya minum saja yang ia lakukan.
2 hari sudah Ahmer pergi bekerja Anindia menggigil ia panas dingin namun ia tetap merawat putra nya karena sangat menyayanginya.
Anindia bertanya pada hati "Ya Tuhan nikmat sekali mengurus putra yang aku sayangi" ucap nya sambil merasakan panas dingin yang berkecamuk di tubuhnya.
"Ya Tuhan aku pegal sekali " katanya! Ia tampak mengubah posisi dan meregangkan tubuhnya kemudian memakai selimut. Lalu tertidur lagi di samping putra nya itu ia tidak memeluk Leo karena panas tubuhnya takut menambah anak itu sakit ia hanya menatap dengan rasa syukur telah di beri keindahan yang tiada tergantikan.
dia memegang pergelangan tangan si mungil itu dan menciumnya.
malam pun tiba Anindia semakin sakit tak tertahankan ia menggigil begitu hebat dirinya meminum obat supaya masih bisa mengurus Leo.
keesokan paginya ..
Pintu kamar terbuka keesokan paginya.
Ahmer berjalan menuju kamar dan ia melihat istrinya masih tertidur berniat ingin mencium namun, Ahmer kaget kening Anindia begitu panas.
"Sayang kamu kenapa?" Ahmer panik seketika.
Kemudian menitipkan anaknya kepada asisten rumah tangga.
" Bu aku nitip Leo ya " ucap Ahmer pada wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di rumah mewah itu.
"Iya Tuan!" jawabnya lirih.
Ahmer menggendong Anindia dengan rasa cemas dan Ahmer pun memanggil supir di rumah nya.
"Pak tolong saya antarkan ke Rumah sakit!" Ahmer tak memikirkan apa-apa lagi selain kesehatan Anindia.
Ahmer terus saja membelai rambut Anindia, membuat nya menangis melihat keadaan nya seperti ini.
Tangisan lelaki yang melihat kesakitan wanita, sudah menjelaskan bahwa dia mencintainya.
"Mengapa kau tak mengabari ku keadaan mu tidak bagus " tanya nya, meski sangat istri tak menjawab karena tampak nya tertidur saking letih nya.
Anindia belum juga sadar dari demam yang tinggi membuat dia sedikit melemah.
Sesudah sampai di rumah sakit Ahmer langsung membawanya kepada Dokter.
"Dok tolong istri saya" Ahmer tampak seperti orang yang terkena kecelakaan, panik nya membuat orang di sekitar memandang pria itu.
lalu Anindia pun tersadar ia memanggil Ahmer.
"Sayang dimana Leo ? aku tidak melihat nya" Anindia hanya menanyakan putranya.
"Leo di titipkan di rumah , karena aku khawatir melihat kondisimu tadi pagimengapa kau sampai tidak makan?" tanya Ahmer kepada Anindia.
" Tidak, aku sibuk mengurus anakku lebih baik aku saja yang sakit dari pada putra kita"
"Jika kau yang sakit , kau tak bisa mengurusnya lagi , kalau kamu repot minta bantuan saja kepada bibi di rumah jangan begini"
Anindia pun mengangguk dan berjanji takan mengulangi kesalahan nya lagi, ia bergegas pulang sesampai di rumah ia langsung melihat Leo.
Entah mengapa ia sangat menyayangi nya, tak terkecuali apapun itu. Di kepalanya hanya ada anak itu sekarang, seperti seseorang yang baru saja jatuh cinta.
" Bi sudah memberi susu padanya, sudah mengganti popok nya ?" bertanya kepada salah satu asisten rumah tangga nya yang menjaga Leo.
"Sayang, kamu istirahat dulu hari ini aku akan menjaga Leo malam ini! Kamu bisa mengurus nya lagi setelah kamu sehat, aku tidak ingin istriku juga ikut sakit" tatapan Ahmer membuat Anindia mengerti suaminya itu sangat khawatir.