Setibanya di rumah sakit, keadaan Leo yang tampak terus menurun membuat semua orang cemas tak terkecuali Anindia.
Begitu tiba di sana, perasaan naluri seorang ibu yang bahkan belum pernah melahirkan ini keluar begitu saja. Anindia menciumi Leo yang tertidur karena obat yang baru saja di berikan Dokter.
Melihat itu Sarah sangat tersentuh. Mereka kemudian duduk bersama di Sofa ruangan rawat itu.
"Ahmer, Anindia sepertinya aku memikirkan tawaran mu tentang merawat Leo! Aku sangat menyayangi putraku, tetapi aku tak bisa menjaganya sepanjang waktu di tambah membesarkan seorang anak sendirian tidak mudah, dengan latar belakang ku yang buruk, aku ingin dia hidup dengan baik dan layak"
Mendengar ucapan Sarah, Anindia langsung tersenyum namun bulir air mata jatuh begitu saja! Ia memeluk wanita yang melahirkan putra suaminya itu.
"Aku tidak akan muncul di hidup kalian, biarkan dia menjadi anakmu dan jangan sampai dia tahu lahir dari wanita seperti ku"
"Sar!" lirih Anindia yang mendengar ucapan Sarah.
"Aku serius, aku tidak ingin anakku tahu memiliki ibu dari wanita yang kotor seperti ku, rawat dia seperti anakmu aku percaya kamu akan mendidik nya dengan baik"
Ahmer dan Anindia pun berjanji pada Sarah akan menjaga Leo dengan baik. 1 minggu berlalu kini Leo pulang bersama Anindia dan Ahmer, sementara Sarah pergi ke luar kota dengan uang yang cukup banyak yang di berikan Ahmer untuk memulai kehidupan nya.
Kedatangan Leo membuat keluarga semakin hangat tidak ada kesedihan hidup mengalir seperti air, Anindia ingin menjadi ibu yang baik.
Ia pun mengurus nya sendirian tanpa dibantu oleh Suster .
Sudah hampir 2mingu ia mengurus Leo namun Anindia belum sempat memberitahu orang tua nya, begitupun Ahmer.
Anindia terbangun pukul 01:00 malam mendengar tangisan dari bibir Leo ia bergegas melihat nya dengan khawatir.
"Leo kamu kenapa sayang ,cup cup cup" ucap Anindia sembari menepuk-nepuk punggung bayi itu yang ia gendong.
Ahmer pun sempat terganggu oleh tangisan putra semata wayang nya kemudian menyusul Anindia untuk menemui melihat bayi itu.
"kamu kalo ngantuk tidur saja ,biar aku yang urus" ucap Ahmer.
" tidak ,dia putraku" jawab Anindia sambil menggendong dan mencium Leo .
"Seperti nya kita harus menemui Ayah dan ibuku termasuk orang tua mu , untuk membenarkan tentang pengangkatan anak kita "
Anindia selalu menegaskan bahwa Leo adalah putranya.
"Ya tentu saja , bulan depan kita ke rumah mu dan juga ke rumah orang tua ku " jawab Ahmer, ia ingin waktu untuk menjelaskan hal ini pada orang tuanya.
Hari semakin berganti sejak kedatangan Leo rumah nya terasa hangat di penuhi kebahagiaan canda tawa bayi itu, sinar matahari yang masuk ke kamar anak nya itu membuat suasana semakin nyaman.
Ia menghabiskan hampir sebagian besar waktunya di kamar bayi itu.
Ketika Leo tertidur Anindia pun berburu duduk, terkadang ia lupa makan karena fokus mengurusnya.
Ahmer selama berkerja di kantor setiap hari, raganya berada di tempat kerja namun ia terus saja menelpon Anindia menanyakan tentang kondisinya dan bahkan putra semata wayang nya!
1bulan berlalu ...
Anindia berencana hari ini akan menuju rumah kedua orang tuanya untuk memperkenalkan Leo.
Suaminya mengambil kunci mobil sementara istrinya menyiapkan semua keperluan Leo, termasuk baju dan susu yang sudah di kemas di baby bag.
Akhirnya mereka memasuki mobil, tampak mereka begitu sumringah akan memperkenalkan anak nya kepada keluarga besar.
1 jam di perjalanan kini Ahmer dan Anindia sampai di tujuan.
Setelah mereka tiba, pandangan Nanda tertuju pada Anindia dan bayi dalam gendongannya.
Mereka berjalan ke arahnya, bersiap untuk menyapa dan memasuki rumah.
Anindia melihat ke arah Nanda sembari mengucapkan "hey" namun Nanda tidak menyahut nya Nanda malah tampak terkejut.
Mereka pun berjalan menuju pintu rumah nya setelah nya ia langsung menanyakan keberadaan orangtuanya pada Nanda.
" Nand,ibu mana?"
"Di teras atas Kak , ini bayi siapa ?" tanya Nanda
"Bayi Kakak" jawab Anindia sembari tersenyum manis pipi yang merah membaluti wajah nya yang menambah kecantikan itu.
Nanda mendengar itu hanya bengong tidak berucap apapun.
Anindia pun berjalan menuju teras atas ia melihat sang ibu sedang berbincang bersama Demas.
"Bu" panggilnya.
Bu Hadi menengok ke arah suara tersebut lalu tatapan nya langsung menuju Bayi yang di gendong Anindia.
Bu Hadi hanya terdiam , dan Demas yang memulai percakapan.
"Kak, anak itu?" tanya Demas tanpa melanjutkan kata kata yang ingin di tanyakan oleh orangtuanya juga.
"Ya, ini menjadi anakku " jawab Anindia
Sahutan Anindia tentang menyebutnya sebagai menjadi anaknya membuat ibu dan Ayah nya bingung .
" Anak siapa itu? " tanya ibu Hadi.
Ahmer dan Anindia duduk, ia tersenyum sembari mencium bayi itu sebelum bicara.
" Ini anak Ahmer Bu, anak kami. Leo namanya, dia sakit aku kasihan dan Sarah memberiku tanggung jawab untuk merawatnya karena ini anak kandung suami ku darah daging Ahmer, aku juga berhak untuk merawatnya untuk memberikan kasih sayang yang tiada hentinya aku telah mengadopsi dia sebagai anak aku dan Ahmer " jawab Anindia
"Mengapa kau tak memberi tahu ibu terlebih dahulu ? anak itu lahir dari hasil hubungan gelap antara Ahmer dan Sarah dan kamu malah merawatnya?" ucapan ibunya seolah terpental begitu saja menyadari selama ini putrinya sangat kesakitan.
Lagi-lagi ucapan ibu nya membuat hati Anindia mengingat betapa sakit nya waktu itu, tapi ia tetap sabar dan terus menerima nya.
"Aku sudah menerima semua fakta hari itu , tidak ada dendam di hati ini tidak ada rasa yang benci untuk Leo maupun Sarah , dia sekedar bayi yang di titipkan kepada rahim ibunya. Leo tak berdosa ia juga tak mengetahui ibu nya melakukan hubungan gelap bersama Ahmer ,tidak mengapa mungkin ini kesalahan Ahmer dulu namun tidak dengan sekarang, aku bahagia bisa mengenal Leo untuk saat ini " jawab Anindia.
"Ibu paham nak , namun ibu tidak menyetujui kamu merawat putra dari Sarah."
Mendengar ucapan ibunya membuat Anindia merasa sedih karena ia telah mengurus Leo sudah satu bulan yang lalu.
"Untuk saat ini aku mohon pada Ayah dan ibu, Leo adalah putraku dan aku menyayanginya seperti putra kandung ku sendiri, aku tidak akan membiarkan siapapun memberitahu kalau aku bukan ibunya" ucapan Anindia tampak nya sedikit emosional.
Ia kemudian mengajak Ahmer bangkit dari duduknya dan mengajaknya pulang. Hal itu hanya membuat ibu Hadi dan Pak Hadi menatap kemarahan putrinya yang seperti tidak biasa.
Di dalam perjalanan pulang Ahmer menatap istrinya. "Sayang seharusnya kamu tak langsung marah saat Ayah dan Ibu mengatakan hal itu"
"Aku mohon jangan bahas apapun dulu sekarang dan kamu juga harus tahu bahwa Leo adalah putraku"
Mereka berdua pulang dengan saling diam di dalam mobil.