Chereads / TULUS / Chapter 8 - SEBUAH PUKULAN DI WAJAH

Chapter 8 - SEBUAH PUKULAN DI WAJAH

Kini Demas tersulut emosinya, ia berusaha mencerna ucapan Kakak iparnya itu.

"Apakah kamu berselingkuh dari Kakak ku?" tanya nya dengan nada suara tinggi.

BUGH....

Sebuah pukulan melesat di pipi laki-laki itu, ia tak menyangka adik iparnya yang pendiam akan melesatkan pukulan padanya.

Hal yang lebih memembingung kan reaksi yang timbul akibat pukulan itu , Demas memukulnya namun hati Demas masih tak beraturan bagai kan ter aduk aduk .

Demas mencari tau dan bertanya kepada Sarah .

"Sejak kapan kau menjadi selingkuhan kaka ipar ku ?".

Demas tidak begitu tenang ia terus saja bertanya kepada Ahmer dan Sarah namun disayangkan mereka tak melontarkan sepatah katapun .

"Beri aku alasan mengapa ku menyakiti Ka Anindia ?" lagi lagi Demas bertanya namun tidak ada sepatah katapun yang terlontar dari mulut Ahmer .

Awalnya Demas yang tidak bisa memastikan apakah kata kata itu sebagai Dayungan di telingaku , tapi ternyata salah ini benar Ahmer telah mengkhianati pernikahan nya Ahmer telah menyakiti Kaka kandungnya Demas menggelang melihat kelakuan yang di lakukan Ahmer dan Sarah .

"Demas ,kau salah paham!" jawab Ahmer

Jawaban Ahmer tersebut membut hati Demas geram mengapa Ahmer terus saja berbohong .

"Apa ? salah paham , apa yang di maksud dengan salah paham .kau salah mengerti Kan tentang salah paham kau seharusnya yang salah paham kau tau ? aku tidak pernah tau tentang hal buruk mu , kakak Anindia berada di rumah tak pernah bercerita tentang kejelekan mu dia tak sebodoh itu dia tak seburuk yang kau pikiran dia tak berani menjelekan suaminya meski memang sikap nya benar benar jelek dan menjengkel kan .

Demas memutarkan bola matanya dan tatapan nya menuju wajah Sarah ,

"Kurasa tanganku agak sedikit kotor , menyentuk pipi seseorang bajingan." ucap Demas

Ucapan Demas membuat hati Ahmer tertusuk , bagaimana tidak ? Ahmer laki laki kaya raya dia disegani banyak orang namun kini harga dirinya seperti tidak ada lagi dia terus saja menerima omongan pedas dari ade iparnya .

Kemudian Demas pergi meninggalkan ruangan tersebut , karena sudah jelas apa yang di lakukan Ahmer dan Sarah Demas pun membayangkan kembali tiap detail suasana pertemuan dengan selingkuhan kaka iparnya .

Demas keluar dari rumah sakit itu setelah mengotori tangannya dengan suatu pukulan yang tanpa di sengaja .

Demas mengedarkan pandangannya ke dinding rumah sakit .

"Aku memukulnya ,itu bukan kesalahanku !" ia berucap sendiri

Bukan kali pertama Demas mengenal Ahmer tidak ada sama sekali kelakuan busuk nya yang terlihat dari dirinya .

Mungkin sebelumnya Demas tidak terlalu memperhatikan sikap Ahmer , ia hanya ber argumen bahwa kakak iparnya itu baik .

Beberapa menit kemudian ia segera pergi meninggalkan ruangan itu, niatnya untuk menengok temennya yang sakit membuatnya kesal dan langsung membatalkan niatnya itu.

Ia duduk di mobil yang panas , menempelkan napas panjang, dan Demas menyalakan mesin lalu meluncur pulang .

Diperjalanan ia mengitari truk , Demas gelisah tiada hentinya, sampai berulangkali memfokuskan diri untuk mengembalikan perhatian nya pada jalan jalan kota yang dia lewati semasa dijalan.

Tiba tiba di kepala Demas terlintas bayangan Sarah memeluk Ahmer Kaka iparnya sendiri , ia merasakan reaksi yang sangat amat kesal .

Demas menyimpan fakta yang ia ketahui namun tak berfikir bagaimana kalau ibu nya tau tentang masalah yang di alami Anindia.

Setelah Demas sampai di rumahnya iapun segera menanyakan tentang keberadaan Kaka nya itu.

"Ma, Kak Anindia di mana ya ? aku belum melihatnya " tanya Demas kepada ibunya.

"Dikamar, ia belum makan sekalian bawakan makanan untuk Kakak mu ya !"

Demas sempat merasakan ponsel nya bergetar dan itu ternyata Ahmer laki laki pengecut yang berkhianat membuat hati kakaknya ter luka .

Ia mengetuk pintu kamar Anindia.

"Kak ,boleh Demas masuk?"

"Masuk aja " jawab Anindia .

Demas langsung membuka pintu dan menatap wajah Kakak nya yang keliatan tidak fresh membuat nya keliatan begitu sakit .

" Are you okay ?"

"Yes, mengapa kau tanya begitu ?"

"Tidak,aku hanya ingin kau baik baik saja jika ada yang menyakitimu aku akan menyakitinya balik" ucapnya Demas.

Mendengar kata yang terlontar dari mulut Demas Anindia sedikit menjatuhkan buih buih air mata .

"Kau jangan menangis , aku mengetahui semunya !"

"Benarkah? kau mengatahui nya dari mana dari ibu kah ?" tanya Anindia begitu kaget.

"Tidak , aku bertemu dengan nya di rumah sakit dia sedang merangkul wanita yang aku sendiri tidak tau siapa dia tapi tidak hanya itu mereka membawa bayi laki laki usia 3 bulan bayi itu sedang sakit parah tapi dokter belum memberitahu ia sakit apa"

"Rumah sakit mana?Aku tidak tau akan hal ini kapan kau bertemu nya Demas jawab aku."

Anindia semakin tak terkendali ia memikirkan Ahmer tidak mengerti tentang perasaan dirinya.

"Mengapa kau tak menelpon ku saat kejadian itu" Anindia berucap lagi.

"Awalnya aku tidak begitu yakin akan hal ini , aku ke rumah sakit berniat menjenguk temanku ia kecelakaan parah namun sebelum aku bertemu dengan nya aku terlebih dahulu bertemu dengan Kak Ahmer ia menanyakan tentang putranya kepada dokter lalu aku mengikutinya sampai ruangan tersebut"

Anindia patah semangat ia tidak habis pikir tentang kejadian ini masalah yang terus bertubi tubi membuat pikirannya semakin tak karuan .

Anindia menggigit bibir, sekuat tenaga menahan diri tidak akan menangis lagi ia semakin keras menggigit bibirnya hingga mengeluarkan darah dari bibir manisnya.

"Hey kenapa bibirmu ?" ucap Demas yang membuat dirinya cemas.

"Tidak, aku tidak sengaja mengigit nya .

Sudah hampir tengah malam purnama begitu sempurna di malam ini kesunyian yang begitu hening membuatnya semakin gundah gulana .

Anindia bertanya sendiri.

" Apakah kehidupan orang lain seperti kehidupanku?" batin nya sambil melamun.

Kelihatan nya Anindia lagi lagi berdiam diri seorang diri di kamar entah apa yang dipikirkan nya ia tidak tau apa yang harus di lakukan setelah tau anak dari Sarah sakit parah di rumah sakit .

Saat itu Anindia pun membisu mencerna kata kata yang di lontarkan oleh sang adik , betapa berharapnya ia bisa melupakan hal kejadian sekeji ini .

Tiba tiba Anindia di Bayangi memori wajah Ahmer dan anak nya ia begitu peduli keadaan kondisi putra dari perselingkuhan nya meskipun gumpalan rasa sakit tida hentinya seperti tertusuk semacam jarum tergores oleh pisau .

Anindia pun berpikir "apakah aku harus menjenguknya?" ucapnya sambil menghela nafas panjang.

Namun ia kembali tersadar akan ucapannya itu.

Bagaimana ia akan menyembunyikan tentang kejadian ini pada Ayahnya, sementara Demas sudah mengetahui nya sendiri.

Sampai suara panggilan dari Ayahnya membuat lamunannya terbuyar kan.

"Anin, ada Ahmer di depan" ucap Ayahnya.

Mendengar itu membuat Anindia panik karena bagaimana pun masalah ini akan sampai ke telinga Ayahnya.

Pikirannya semakin tak karuan sampai ia menjawab panggilan Ayahnya itu.