"Apa sebenarnya yang terjadi?" tanya bu Hadi.
Namun tampak Anindia sedikit ragu mengatakan segalanya pada sang ibu, hingga ia menatap wajah satu wanita paruh baya itu.
Berusaha mengelap air matanya adalah hal pertama yang ia lakukan.
Buk Hadi kaget melihat wajah Anindia yang sembab sekali. "Anin, apakah kamu menangis sedari tadi? katakan Nak apa yang sebenarnya di lakukan Ahmer, apakah dia ingin memiliki keturunan?"
"Ahmer memiliki seorang putra dari wanita lain, dia bilang itu kesalahan dan aku belum bisa menerimanya! Apakah dosa jika aku meninggalkan Ahmer dan tinggal di sini untuk menenangkan diri Ma?" lirih Anindia kemudian.
Mendengar itu, bu Hadi langsung memeluk sang putri yang langsung menangis sesenggukan di pelukan nya. "Ma, jangan biarkan Ayah dan adik-adik tahu tentang ini aku belum siap menjelaskan"
Bu Hadi hanya mengangguk dan paham serta ikut menangis. Ia tak menyangka putrinya mengalami ham seperti ini.
Satu minggu berlalu, Anindia masih di rumah ibunya. Ia tak ingin berbicara dengan Ahmer bahkan tak mengangkat telepon nya. Sementara bu Hadi terus memikirkan perasaan sang putri, tanpa memberitahu suaminya.
Di cuaca yang panas ini, Ahmer mendapatkan panggilan telepon ketika dia sedang sangat sibuk bekerja di dalam ruangan dengan pendingin.
Suara seorang wanita yang panik membuatnya ikut panik.
"Ahmer, Leo sakit dia di rumah sakit"
"Sakit apa? rumah sakit mana?" suara gemetar Ahmer tampak terkejut karena batin nya sebagai seorang Ayah.
Ia segera pergi mengambil kunci mobilnya, dan meninggalkan pekerjaan nya.
Diperjalanan menuju rumah sakit ia terus menelpon Sarah ingin menanyakan keadanya Leo tapi Sarah tidak sama sekali mengangkat telpon dari Ahmer.
"Ya tuhan , masalah apa lagi ini ? putraku sakit apa ?"
Ahmer terus saja bertanya pada dirinya sambil berucap "maafkan ayah nak" itu yang dilontarkan dari mulutnya .
Tiba di rumah sakit diapun bertanya tentang pasien yang bernama Leo yang baru saja memasuki rumah sakit hari ini.
"Sus, pasien atas nama Leo di rawat di ruangan nomor berapa ya? " tanya Ahmer dengan nada ketakutan pada suster yang berada di lobby rumah sakit.
"No 13, bapa dari sini lurus naik ke tangga terus belok kiri itu ruangan atas nama Leo " jawab suster sembari mebjelaskan jalan kepada Ahmer.
Ahmer berjalan begitu cepat ia melewati orang orang yang sama sedang berjalan berbalik arah dengan nya .
"Sarah?" ucap Ahmer begitu membuka pintu, ruangan yang ia cari itu.
Ahmer datang keadan Sarah sedang terpuruk ia menangis tersedu sedu sampai lipatan matanya begitu besar bola mata begitu merah bahkan Sarah pun susah untuk membuka kembali mata.
"Leo sakit apa ? ceritakan padaku aku ayahnya aku berhak atas semu kesembuhan putraku ini." ucapan Ahmer dengan tegas membuat Sarah mengangkat kepalanya dan melihat raut wajah Ahmer .
Mereka kini bertatapan Ahmer terus saja menenangkan Sarah ibu dari putranya .
"Dokter masih memeriksa nya ,dokter belum bilang padaku tolong aku Ahmer aku takut Leo kenapa kenapa " ucapnya Sarah sambil menangis tiada hentinya .
Ahmer terus saja menenangkan Sarah tanpa pikir panjang ia merangkul bahu Sarah dan membiarkan Sarah menangis tersedu sedu di pundaknya tangannya memegang bahu Sarah Ahmer terus saja menenangkan wanita itu.
Lima belas menit kemudian Sarah menyuruh Ahmer menanyakan keadaan Leo kepda dokter .
Dan Ahmer pun mengangguk ia berlari terburu buru dan tergesa gesa ingin memastikan anak nya baik baik saja .
Tiba tiba saja Demas berada di rumah sakit
Demas bingung mengapa ada Ahmer di rumah sakit? Ia mengikuti lelaki itu yang tampak sangat panik.
Akhirnya Ahmer bertemu dengan dokter Ahmer menanyakan tentang keadaan putra semata wayang nya .
"Dok?sakit apa putra saya pasien no 13" ucap nya
"Tenang saja pak , hasil lab belum ada" jawab Dokter yang saat itu masih di jam istirahat nya.
Mendengar jawaban dari Dokter tersebut Ahmer pun masih agak sedikit bimbang karna belum bisa memastikan anak nya baik baik saja , dia mulai berbalik badan dan berjalan menuju ruangannya.
Demas terus mengikuti Ahmer yang memasuki ruangan nomor 13.
Demas pun penasaran ia mempertanyakan dalam hatinya "siapa yang sakit?"
Ketukan pintu yang dilakukan Demas tak serta merta membuat seseorang menjawab ketukan itu.
Karena Ahmer dan Sarah tidak mendengar ketukan pintu dari Demas .
Pemuda itupun memberanikan diri memasuki ruangan tersebut.
Rasa penasaran membuatnya berani menggeser pintu.
Demas awalnya tak melihat siapapun di sana karena ruangannya besar, sampai matanya terarah pada wanita yang bersandar di dada Ahmer.
Tidak ada suara apapun di ruangan itu kecuali tangisan wanita tersebut.
"Kak Ahmer ?" ucap Demas dengan nada bingung sekaligus terkejut karena tak kenal wanita yang sedang memeluk kakak iparnya itu.
Ahmer pun berbalik badan melihat Demas di belakang badan nya, Ahmer begitu kaget melihat Demas ada disini.
Raut wajah nya menjadi ketakutan kebingungan melihat Demas berada di ruangan putra nya sendiri .
"Mengapa kau disini?" tanya Ahmer sembari masang muka yang tidak biasa nada yang agak kaget .
"Harusnya aku bertanya , mengapa kakak disini ? dan siapa dia?" tanya Demas memastikan perempuan itu siapa.
Ahmer tidak bisa menjawab apa apa lagi , sedangkan Sarah menangis terseguk seguk tiada hentinya Sarah pun tak berani menatap wajah Demas .
Demas berjalan mendekati tempat tidur pasien dan ia melihat bayi laki-laki yang sedang sakit lemah tak berdaya .
"Siapa dia ?" Demas menanyakan Bayi laki laki yang berbaring di tempat tidur .
Ahmer hanya diam dia menunduk merasa kebingungan apa yang harus di lakukan nya lagi .
Jalan terasa buntu hidup terasa sempit dunia terasa tidak bergerak sama sekali Ahmer bercucuran keringat tidak ada kata kata yang di lontarkan dari mulut manisnya ,begitu juga Sarah tidak berhenti menangis tersedak sesak seperti tidak peduli siapa yang datang Sarah tidak peduli akan kebohongan Ahmer akan terbongkar yang Sarah takut kan adalah putra nya yang masih terkulai lemas.
Entah Ahmer shock atau bagaimana, ia baru sadar setelah beberapa saat bahwa Sarah masih memeluknya. Ia segera menjauhkan tubuh wanita itu, dan mengusap raut wajahnya.
"Dem, kakak bisa jelasin" Kata-kata Ahmer tersenggal-senggal.
"Untuk apa?"
"Melihat kamu di sini kakak rasa kamu sudah tahu dari Anindia, ini bukan seperti yang kamu pikirkan ini adalah kesalahan tidak sengaja dan kakak berusaha bertanggung jawab atas anak ini, karena itulah kakak di sini karena bagaimana pun dia putraku darah daging ku, namun ini benar-benar sebatas tanggung jawab saja dan kakak hanya mencintai kakak mu Anindia"
"Putramu, apa kakak bilang bayi ini adalah anakmu dari wanita ini?"
Jawaban Demas membuat Ahmer terkejut, ia baru sadar bahwa tampaknya Demas tidak mengetahui masalahnya ini.