Anindia memasuki mobilnya. Ia segera bersandar di sana setelah supir membukakan pintu.
"Non, mau kemana sekarang?" tanya pak Asep, supir yang di tugaskan mengantar Anindia kemanapun.
"Pulang pak, langsung pulang" jawabnya.
Pak Asep sebenarnya penasaran mengapa nyonya muda nya keluar lebih cepat dari biasanya, padahal ia baru saja masuk namun hal itu ia urungkan untuk bertanya, melihat raut wajah Anindia yang murung.
Setelah sampai di rumah, ia duduk di ruang tamu. Karena Ahmer sedang berada di kantor di jam ini
Ia segera menelpon direktur rumah sakit yang masih berada di dalam naungan perusahaan milik sang suami. Anindia meminta daftar nama dan alamat lengkap Sarah, juga mengatakan tanggal perempuan itu di rawat.
Tanpa pikir panjang pihak rumah sakit pun memberikan alamat tempat tinggal Sarah berada.
Ia sesegera mungkin bergegas menuju alamat rumah Sarah , tanpa supir ia memberanikan diri menemui Sarah sendirian .
Tidak lama Anindia melihat mobil sang suami menuju arah rumahnya .
"Aku tidak rapuh , aku bisa membuktikan" Ucap Anindia dalam hatinya.
Dalam mobil pun Anindia masih bertanya tanya, mengulang ulang ingatan pembicaraan dokter Raisa di rumah sakit .
Anindia menginjak gas dalam kecepatan di atas bisanya , ia ingin sesegera mungkin menemui Sarah dan ingin bertanya mengenai hal ini .
Setelah tiba di alamat tujuan yang di berikan oleh direktur rumah sakit , Anindia keluar dari mobil lalu melihat sesosok perempuan menggendong bayi laki laki .
"Sarah?" tanya Anindia sembari melihat sosok itu
Dan sarah pun menoleh kebelakang melihat Anindia di samping pintu mobilnya .
"Mengapa kau kesini?" ucap Sarah kepada Anindia dengan nada spontan .
"Jadi kau harus memberitahuku sekarang , dengan jujur dan yakin supaya tidak ada lagi keraguan"
Sebisa mungkin Anindia menarik napas yang dalam meskipun di dada sangat sesak
sulit untuk mengetahui dan membuat Sarah berbicara tentang kisah dengan suaminya, Anindia berusaha membujuknya menunggu di depan teras rumah, ia mendekam dan Sarah pun tak mau bicara sepatah kata pun kepada Anindia tapi ini tidak akan menghalangi Anindia untuk mengetahui semua tentang kisahnya karna ia ingin terbebas dari semua ini .
"Tanya saja pada suami mu aku ini siapa,
pergi saja aku tidak ingin melihat mu lagi" jawab Sarah sembari berlari ke dalam rumah nya.
Sarah masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu, Anindia tak patah semangat.
" Sar ?"
"Sar?"
"Sarah help me please" Anindia mengulang pertanyaan nya lagi. Sembari mengetuk pintu.
Kemudian Sarah membuka pintu dan mempersilahkan Anindia masuk ke rumah nya
"Silahkan Duduk ?
" Apa yang ingin kau tanyakan padaku "? ujar Sarah kepada Anindia
"Apakah kau pernah berhubungan dengan suamiku?" tanya Anindia
"Aku tidak pernah berhubungan dengan siapapun , tetapi bersama suamimu aku menjalani percintaan singkat hebat dan membara " jawab Sarah
Jawaban Sarah membuat Anindia semakin panas, tapi entah mengapa walaupun cerita dari Sarah sangat tidak enak di dengar, tapi Anindia menyimpulkan bahwa Bayi itu memang adalah milik mereka .
" Lalu bayi itu ?" tanya Anindia kepada Sarah
" Di hari itu saya tidak sengaja bertemu lelaki yang aku tau sekarang adalah sesosok lelaki tampan kaya raya dan terkenal baik , kita menjalani hubungan selama 1tahun , sehingga aku mempunyai anak darinya dia namanya Leo umur 3bulan" ujar Sarah.
"Waktu itu Perutku kram sakit sekali sampai pecah air ketubanku aku menelpon Ahmer dan ia datang membawa ku ke rumah sakit di perjalanan aku tak tahu dia akan menikah denganmu dan dia kekasihmu sungguh aku tak tau itu "
Mendengarkan Penjelasan Sarah , Anandia Spontan berucap ,"Shit."
Bahkan Sarah pada saat itu tak mengetahui Ahmer akan menikah dengan Anindia ia hanya tau Ahmer laki laki mapan yang setia .
Anindia termenung mengapa harus begini , ia di sakiti lagi oleh orang yang ia cintai sesungguhnya penjelasan panjang tersebut membuatnya bingung membuat keringat dingin melebihi dinginnya hujan mengucur deras di tubuhnya .
Anandia yang masih tidak bisa berpikir dengan tenang , ia merasa bayang bayang di sekitarnya tentang Ahmer dan kisah bersama perselingkuhan nya .
Rasanya ini sesaat , tapi ternyata cukup lama hingga kepalanya yang berat membuat Anindia tak mampu membuka matanya lagi .
Semua rasa sakit kini terasa tulang tulang terasa ngilu napasnya terasa pendek dan badan nya kedinginan .
Kemudian ia bergegas menuju arah mobil dengan jalan sempoyongan dengan sakit tubuhnya .
Sampai di mobil ia melamun dan berpikir "Mengapa kau sakiti aku Ahmer?" Anindia pun menangis di dalam mobil sembari mengendarai nya.
Mobilnya ia hentikan di tepi pantai dan menangis sampai tertidur pulas.
Kemudian ia bangun sudah sore, ia langsung bergegas pulang sebisa mungkin perempuan itu berusaha terlihat baik baik saja depan suaminya.
Ia bingung harus berbicara seperti apa dan bagaimana, naluri nya sebagai seorang istri mungkin tidak setajam wanita lain.
Setelah sampai di rumah, pada akhirnya ia harus melihat lagi wajah lelaki yang ternyata tak sebaik perkiraan nya.
"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Ahmer kepadanya, ia sudah menunggu lama kedatangan sang istri yang pergi tanpa supir pribadinya.
" Ya, siapa Sarah Dan Leo ? " ucap Anindia sembari nada tinggi
" Siapa Sarah , Ahmer?" ulangnya.
Dan Ahmer pun kebingungan mengapa ia tahu tentang hal ini , ini justru membuatnya semakin panik muka resah takut gemetar bercampurnya. Tapi laki laki ini terus saja meyakinkan bahwa ia tak mengenali orang yang di sebut istrinya.
"Apa maksudmu ? siapa Leo ?"
"Bukan cuman itu , kamu juga bawa dia ke rumah sakit , yang sedangkan aku juga sakit di hari yang sama ?"
"Kau tak peduli padaku ? kau hanya peduli padanya,siapa Sarah Ahmer?"
Ahmer terus saja berpura pura tidak mengakui kesalahannya , Anindia merasa sakit hati akan hal ini , ia juga terus mempertanyakan siapa Sarah Dan Leo bayi yang berusia 3 bulan itu .
"Ya Leo, Leo bayi laki laki yang di gendong Sarah apakah kini kamu ingat ? aku mendatangi rumahnya ia menceritakan semua tentang hal buruk mu , kau mau berbohong lagi padaku ?" ucap Anindia
"What?kau menemui nya ?" nada kaget yang di lontarkan Ahmer kepadanya.
" Ya, mengapa kau terkejut ? kau tak bisa membodohi ku lagi".
Ahmer semakin jengkel kepada Sarah mengapa ia menceritakan semua kejadian yang terjadi antara Ahmer dan Sarah , Ahmer terus saja bertanya dalam hatinya "Apakah Sarah menceritakan menabrak seorang wanita", itu yang da di benak Ahmer sekarang .
Tatapan mata Ahmer dan Anindia kini bertemu satu sama lain.
Brakk.... suara pintu di dorong paksa oleh seseorang.
Kemudian dalam beberapa menit seorang wanita masuk ke dalam rumah itu.
"Apakah kamu ingin tahu sesuatu yang lebih mengejutkan dari ini?" ucap Sarah, ya dia wanita yang mendobrak pintu itu.
Anindia dan Ahmer sama terkejutnya karena kejadian itu. "Sarah, berhenti dan pergilah dari sini jangan ganggu rumah tanggaku" ujar Ahmer dengan emosi yang meledak-ledak.
"Kenapa aku harus selalu diam, ketika aku dan anakku tidak mendapat apa-apa?"
"Katakan apa yang tidak aku ketahui?" Anindia menyela percakapan mereka.
"Hentikan sayang, jangan dengarkan apapun lagi dari wanita ini" Ahmer berusaha menahan Anindia.
Namun Sarah dengan keras dan lantang melanjutkan ucapannya. "Dia yang menabrak ku, ketika akan mengantarkan aku melahirkan ke rumah sakit"
Seketika ucapan Sarah membuat Anindia membelalakkan matanya, tubuhnya gemetar kaku mendengar dan berusaha mencerna itu.