Mendengar ucapan Anindia membuat lelaki itu teriris, ia sangat-sangat terpukul karena dirinyalah penyebab nya.
''Aku akan menemanimu sampai kapanpun " ujar Ahmer kepada Anindia
" Bagaimana jika aku tidak bisa mempunyai keturunan , kau harus tau Ahmer rahimku diangkat dalam peristiwa tabrak lari itu , aku tidak bisa lagi mempunyai keturunan yang kau harapkan , aku mengerti kau anak satu satunya dalam keluargamu pasti kau juga menginginkan anak dari pernikahan kita , aku tau betul itu.
Mendengar pertanyaan itu Ahmer langsung gugup ,gelisah panas dingin menyerbu dirinya , dia merasa bersalah membuat sang calon istri menderita begini , ini sangat amat menyesal ,nampak sekali wajahnya memberikan raut muka yang bimbang sorot mata berkaca kaca hampir jatuh tetesan air matanya , ia sangat amat menyesal dan sesekali Anindia bertanya lagi padanya .
" Kau sudah tau semuanya ,apa kau masih mau menikahiku lagi? ujarnya sambil menangis
" maafkan aku, aku pasti akan menemanimu" jawaban Ahmer sembari merasa bersalah
terselip kata maafkan aku membuat anindia sedikit tidak enak dengan kata kata itu ,ia berpikir ia akan di tinggalan oleh sang calon suami tapi ia tak membahasnya karna sudah tidak banyak yang bisa ia lakukan pada Ahmer, yang ada dipikirannya yang terpenting ia tau Ahmer sudah mengetahui semuanya .
rehat sejenak Ahmer pun menghela napas memikirkan nasib anandia ia berniat mengambilkan minum untuk nya .
"ayo ,minum dulu" tanya Ahmer
Anindia pun dengan senang hati duduk dan menuruti perkataan Ahmer
"Mungkin hari ini kau sedikit kecewa ya? atas atas apa yang terjadi padaku ?tanya Anindia kepada Ahmer
" sut...tenangkan dirimu dulu " saut Ahmer
"baiklah, aku mau pulang Ahmer " Ia memilih pulang dan berusaha melupakan yang terjadi.
Anindia baru saja selesai membuatkan teh panas dan membawanya ke atas meja teras , di sana terlihat berkumpul nya keluarga besar ibu hadi dan bapa Hadi , namun sebisa mungkin ia menyembunyikan kesedihannya, ia juga mengatakan kepada keluarganya bahwa ia dan Ahmer akan mempersiapkan dengan waktu yang seharusnya di tentukan .
Di atas meja teras setelah meminum teh dengan begitu sumringah menyambut kebahagiaan pernikahan yang akan segera ia laksanakan , bagian terbaik dari hidup ialah hidup bersama seseorang yang ia cintai .
Anindia pun mengawali cerita , bahwa ia telah jujur dalam masalah yang menimpanya .
"Ma , Pa, aku mau cerita"? ujar Anindya
"Jadi, mau cerita apa nih"? tanya ibunya sambil tersenyum
"Ma, aku udah ngomong loh sama Ahmer sore kemarin di rumah nya ,tentang masalah yang menimpa ku , dan ia mau menerima aku sebagai calon istrinya " ujarnya sambil tersenyum lega
Mendengarkan cerita putrinya keluarga Bu hadi sangat lah senang ia merasa damai dalam pertempuran pikiran yang tiada hentinya itu akhirnya bisa terselesaikan juga .
Pagi itu terasa sangat terasa singkat , khusunya bagi Anindia .
Waktu terus saja berganti , Anindia tidak sabar menanti Hari H pernikahan nya , sebulan lagi tak terasa hari bahagianya membuat ia tak bisa tidur menginginkan cepat cepat menikah dengan sang pujaan .
Ketika memasuki pukul tiga sore , hal yang pertama dilihat oleh kedua mata tersebut adalah bayangan wajah Ahmer , ia sang calon suami nya , lelucon Nanda yang membuat Anindia tersipu malu .
"Wah,, ada mau nikah nih "? tanya Nanda
"Apa sih , hahaha "
"Jiah ,bakal jadi pengantin baru nih sama Ka Ahmer yang tampan itu " tanya Nanda
" Ya semoga saja " ujar Anindia
Tidak sampai Anindia menyelesaikan kalimatnya , tiba-tiba pandanganya terperangkap pada sosok Ahmer yang tak di sangka sangka ia menemui Anindia kerumahnya , Ahmer di samping sofa membuat anindia berpikir tidak ada lagi sosok sesempurna Ahmer .
Dan Ahmer pun mengajak Anindia untuk memilih busana pengantin dari Butik internasional .
Anindia pun takjub melihat para gaun di patung begitu cantik , warna begitu mewah membuat hatinya ingin membeli semuanya .
" Kau mau warna apa "? ujar Ahmer kepada Anindia
" Yang ini bagus , sederhana tapi terlihat elegan".
Anindia pun mencoba beberapa baju pengantin , ia begitu sumringah memakai nya , meskipun sedikit tersipu malu .
Ia beranjak pulang karna sudah sore , cuaca sedikit mendung , 30 menit sudah ia habiskan di perjalanan kini ia sampai di rumahnya ,sayangnya Ahmer tidak mampir kerumahnya ,ibu hadi dan bapa Hadi menanyakan terkait hari penting itu .
" Ahmer kau tidak mampir dulu "? tanya Anindia
" Lain kali ya ,aku ada urusan di kantor "ujar Ahmer
Hari terus berganti , 2 Minggu lagi kita akan melaksanakan janji suci pernikahan kita , ia berdoa semoga ia bisa bahagia di kehidupannya tanpa seorang anak yang di harapkan pernikahannya ,
Memang akhir akhir ini Ahmer tidak ada menemui ku , ia sibuk berada dalam lingkup kantor yang dia pegang selama ini , ia begitu mencintai kantor nya .
Tapi Anindia tak mengapa ia bersyukur bisa menikah dengan seseorang yang ia cintai dari dulu dan ia harapkan selama ini .
3 hari menuju pernikahan
paginya dsainer menghiasi halamannya ia begitu bahagia menginginkan tema outdoor, banyak bunga mawar bunga melati berada di sekelilingku , aku terkesima begitu tak bisa membayangkan betapa indah nya ini .
Malam nya ia bercerita kepada ibu nya betapa bahagia nya impian selama ini terkabul ,pernikahan yang di impikan semua wanita ia melaksanakan nya tak terasa ia tinggal menghitung hari untuk bersama orang yang ia cintai .
Pagi ini
Anindia membuka mata langsung beranjak pergi ke halaman depan untuk melihat istana yang akan menjadi tempat dimana ikatan akan di mulai ,tempat dimana Hari yang di nantikan akan terlaksana, ia melihat begitu dengan senyuman manis menatap dengan keindahan melihat bunga bunga yang begitu cantik da mewah .
Jam terus saja berlalu membuat aku semakin ingin cepat cepat besok ,
Sesudah menikah Anindia membayangkan Ahmer yang akan ia lihat sehabis lelapnya tidur, dan akan merehatkan lelah suami nya.
Dan akhirnya yang di nanti nanti ia laksanakan tempat di hari ini 20 Maret 2021 ia menikahi nya ,tepat hari ini ia akan menjadi suaminya , semua buah kesabaran Anindia kini terbalaskan , begitu sedih bercampur bahagia merasakan begitu hebatnya ikatan cinta yang anindia lakukan.
Setelah melaksanakan ijab qobul ia merasa bahagia , senyum di bibirnya membuat pipinya merah , keluarga ibu hadi turut gembira dalam melakukan pernikahan ini.
1 bulan berlalu, semuanya berjalan lancar dan kebahagiaan juga terlihat dari wajah keduanya menjalani bahtera rumah tangga.
Ahmer dan Anindia melakukan olahraga pagi, mereka berkeliling komplek. Begitu mereka selesai, dan berniat memasuki pagar rumah mewahnya tiba-tiba seseorang memanggil.
"Ahmer"? teriakan suara wanita menggendong seorang bayi yang tidak di kenal Anindia.
Raut wajah Ahmer tiba tiba berubah , ia langsung menatap pada perempuan itu. Tak hanya Ahmer, Anindia sendiri merasa bingung karena tidak mengetahui siapa perempuan yang memanggil suaminya itu.