Chereads / BROTHERHOOD : Pengorbanan seorang Kakak / Chapter 10 - Rindu yang tak kunjung menghilang

Chapter 10 - Rindu yang tak kunjung menghilang

Sonia terpaksa duduk di hadapannya, sambil menatap wajahnya lalu dia tak kuasa meneteskan air mata. Membuat Andrew yang melihatnya, memberikan tisu kepada Sonia.

Andrew memberikan kue putu kepada Sonia. "Makanlah ini," pinta Andrew sambil melihat Sonia yang pucat.

"Aku sedang tidak berselera," jawab Sonia yang tak bisa menghentikan air matanya.

"Makanlah sedikit saja, kamu kan sangat menyukainya," desak Andrew membujuk Sonia untuk makan.

Sonia mengambil kue putu mayangnya dari tangan Andrew, lalu dia memakannya. Melahapnya sekali habis, lalu tersenyum tipis mengingatkannya kepada Neneknya.

"Enak sekali, sama seperti dulu saat nenek membelikan ini untuk kita sehabis pulang mencuci pakaian milik tetangga," ucap Sonia sambil mengunyah makanannya dengan air mata yang terus berlinang di pipinya.

Andrew tak kuasa ikut meneteskan air matanya, lalu memakan kue putu mayang untuk menahan tangisnya.

***Flashback memori Andrew dan Sonia***

20 tahun lalu...

Saat hujan lebat disertai angin kencang dan petir yang menggelegar, Andrew berjalan dengan tongkatnya menghampiri Sonia yang ada di depan pintu menunggu dengan cemas.

Tuk...tuk...tuk... (Suara tongkat Andrew dengan mata yang tak bisa melihat)

"Sonia... Masuklah, kita tunggu di dalam. Nanti juga Nenek akan kembali," ucap Andrew mengangkat tangannya untuk meraih Sonia yang ada di dekatnya.

Sonia tersenyum melihat Andrew yang ada di dekatnya lalu meraih tangannya. "Aku di sini," jawab Sonia sambil memegang tangannya. "Ayo kita masuk," ajak Sonia sambil membantunya berjalan untuk duduk di kursi.

"Sonia, tunggu saja nenek di sini, jangan di luar. Nanti kamu akan kebasahan," pinta Andrew sambil memegang tongkatnya.

"Iya aku sudah duduk kok," jawab Sonia sambil melihat Andrew yang tidak bisa melihat.

"Tok...Tok...Tok..." (suara ketukan pintu)

Tidak lama seseorang dari luar mengetuk pintu, Sonia dengan cepat berdiri untuk segera membukakan pintunya.

"Nenek,,," panggil Sonia melihat Nenek Iyah sedang meletakkan payungnya di samping rumah.

"Masuk ayo masuk, jangan di luar dingin," Nenek Iyah mengajak Sonia masuk ke dalam rumahnya sambil menenteng plastik hitam. "Maaf ya Nenek baru kelar gosok di rumah Bu RW, jadi pulangnya telat deh," ucap Nenek Iyah kepada mereka berdua yang menunggunya.

"Nenek bawa apa itu? Wanginya enak sekali," tanya Sonia melihat plastik hitam yang dibawa neneknya.

"Ini kue putu mayang, ayo duduk kota makan bersama," jawab Nenek Iyah sambil duduk bersama mereka.

Mereka makan bersama Sonia dengan lahap memakan kue putu yang masih panas, tak lupa Nenek Iyah juga memberikan kuenya kepada Andrew yang tidak bisa mengambilnya sendiri.

***Kembali ke masa kini***

Ternyata di rumahnya Mathew sedang makan kue putu mayangnya di meja makan sendirian, merasa hampa hidupnya. Kehilangan masa remajanya hanya untuk membuat adiknya merasa adil hidup di dunia ini.

"Semoga kamu baik-baik saja," ucapnya sambil menelan kue putunya.

***Flashback memori Mathew***

Saat pulang dari bekerja sebagai pekerja serabutan, Mathew yang masih berusia 18 tahun harus rela kehujanan di malam hari. Dia berlari dengan nafas yang terengah-engah, di tengah lebatnya hujan. Saat melewati gang dia melihat ada penjual kue putu yang sedang berteduh di dekat masjid. Mathew mengambil uang receh dari sakunya, lalu dia melangkah mendekati penjual itu yang sedang berdiri menunggu pelanggan.

"Bang berapaan satu?" tanya Mathew sambil mengusah wajahnya yang terkena air hujan.

"Seribu tiga Mas," jawab penjual sambil melihat Mathew yang kebasahan.

"Beli empat ribu rupiah saja," ucap Mathew sambil tersenyum senang.

Penjual itu dengan cepat membuatkan kue putu Mayang, setelah selesai dia memberikan plastik yang dobel kepada Mathew.

"Ini saya dobel plastiknya biar enggak kebasahan," ucap penjual sambil memberikan plastik yang berisi kue putu kepadanya.

"Terima kasih ya, ini uangnya," Mathew memberikan uangnya lalu pergi berlari menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah adiknya yang buta, menyambutnya dengan wajah yang sangat cemas. Setelah itu mereka dengan lahap memakannya sambil tertawa bersama duduk di lesehan lantai. Mathew juga masih dengan kondisi yang sama basah pakaiannya, tapi dia tidak ingin adiknya menunggu terlalu lama untuk menikmati kue putu mayangnya.

***Kembali ke masa kini***

***

Pagi hari Andrew sedang bersiap memakai celana jeans hitam, memakai kaos santai, terakhir dia memakai sweter biru tua. Hari ini dia harus melepaskan seragam coklat yang biasa dia gunakan sebagai petugas polantas. Namun hari ini menjadi hari bersejarah baginya karena sudah tergabung dalam satres narkoba sebagai detektif. Setelah semuanya rapi, terakhir dia memakai jam tangannya lalu setelah itu dia melangkah pergi sambil memegang kunci mobilnya. Baru saja masuk ke dalam mobil, panggilan ponselnya berdering, dengan cepat dia mengangkat panggilannya.

"Halo," ucap Andrew sambil memasang sabuk pengamannya.

"Kau dipindahkan menjadi detektif?" tanya Malik yang sedang sarapan bersama istrinya.

"Hm... Kau tahu dari mana?" tanya Andrew kepada Malik.

"Siapa lagi kalau bukan istriku. Bagaimana denganku dong?" tanya Malik yang akan kehilangan partnernya saat bertugas.

"Bagaimana lagi, sudah tugas bro. Beginilah nasib bawahan," jawab Andrew menanggapinya dengan candanya.

"Kau menjadi detektif di divisi mana?" tanya Malik penasaran.

"Satreskrim Narkoba," jawab Andrew sambil melihat wajahnya di kaca mobilnya.

"Wah tugas yang berat sekali, kalau aku pasti sudah gila jika ditempatkan di divisi itu. Lebih baik menangkap pembunuh aku," ucap Malik sambil tersenyum melihat istrinya yang sedang makan. "Ya sudah selamat bertugas ya, jangan lupa sering-sering mampir ke tempatku," pesan Malik kepada Andrew.

"Siap, kau juga bekerja jangan serius-serius," ledek Andrew sambil tertawa lalu mematikan panggilannya.

Setelah menerima panggilan Andrew sambil menggelengkan kepalanya, lalu menyalakan mesin mobilnya. Melaju pelan lalu melihat Sonia yang sudah menunggu di depan rumahnya. Mobilnya berhenti lalu Sonia masuk ke dalam mobilnya.

"Maaf ya hari ini aku menyusahkanmu," ucap Sonia sambil memakai sabuk pengamannya.

"Iya tidak apa-apa, lagi pula selagi aku bisa mungkin aku akan selalu mengantar dan menjemputmu," jawab Andrew sambil mengendarai mobilnya. "Tapi mulai sekarang aku sibuk sekali, karena dipindahkan tugas oleh atasanku," lanjut Andrew memberitahu Sonia yang sedang melihatnya.

"Ke mana? Jauh atau masih di Jakarta?" tanya Sonia dengan wajah cemas.

"Masih di Jakarta, hanya beda divisi. Seperti naik jabatan menjadi detektif," jelas Andrew kepada Sonia yang mengelus dadanya lega mendengar penjelasannya.

"Ah... Aku pikir kamu akan pergi jauh. Aku sudah cemas sekali, bagaimana denganku jika kamu harus jauh dariku. Sedangkan hanya kamu satu-satunya yang dekat denganku selain Nenek," ucap Sonia menghela nafas lega lalu tersenyum melihat Andrew yang sedang mengendarai mobilnya.