Chereads / BROTHERHOOD : Pengorbanan seorang Kakak / Chapter 15 - pelaku kejahatan mengintai

Chapter 15 - pelaku kejahatan mengintai

Reni berhasil menarik kupluk sweter milik Nino, lalu dia memukul kepala bocah remaja lalu melipat kedua tangannya hingga jatuh tersungkur di lantai. Dia mengambil borgol lalu memborgol kedua tangannya. Nino terus berontak, tapi tenaga Reni terlalu kuat.

"Aku memang tidak berani melawan pria yang  berbadan besar, tapi kalau melawan bocah ingusan seperti kau! Aku bisa menangkap bahkan 10 sekaligus," ucap Reni sambil membangunkan Nino untuk berdiri dan berjalan menuju mobil.

Andrew berhasil menjatuhkan keempat pria yang berbadan besar, semua dari mereka sudah berhasil diikat kedua tangannya dengan tali. Lalu dia melihat Reni yang berhasil menangkap Nino.

"Ayo kita bawa dia ke kantor," ucap Reni kepada Andrew sambil melihat luka di bagian wajahnya.

Andrew berdiri lalu menghampiri mereka, dan berjalan keluar menuju mobilnya. Tiba-tiba dua mobil polisi patroli datang, dengan keempat petugas yang keluar dari dalam mobil. Andrew langsung memerintahkan mereka menangkap keempat pelaku yang berada di dalam.

"Tangkap mereka ada di dalam!" perintah Andrew kepada keempat petugas.

"Siap komandan," jawab salah satu dari mereka lalu berlari ke dalam melaksanakan tugas.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju mobil, lalu Reni langsung membuka pintu belakang mobilnya.

"Masuk cepat!" perintah Reni sambil mendorong Nino yang terlihat kesal. Lalu setelah dia masuk, Reni ikut duduk di sampingnya.

Andrew masuk ke dalam mobilnya lalu memasang sabuk pengamannya sambil melihat kaca spionnya untuk melihat mereka.

"Sudah aman?" tanya Andrew datar.

"Aman, jalanlah sekarang," perintah Reni sambil memelototi Nino yang melihatnya.

Andrew mulai menyalakan mesin mobilnya dan menjalankan mobilnya, sambil melihat keempat petugas yang membawa keempat pelaku keluar.

Berita soal Nino yang tertangkap sudah menyebar ke telinga Bayu sebagai atasannya yang sedang berada di kos dari seorang yang meneleponnya.

"Bodoh sekali! Bagaimana bisa tertangkap seperti itu," tegas Bayu sambil berdiri di depan kaca jendela panjangnya.

"Mendengar"

"Aku akan kesana sekarang," jawab Bayu sambil mematikan panggilannya.

Setelah selesai dia memakai jaketnya, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku belakang celananya dan pergi keluar dari kosnya.

Pukul 18.30...

Di luar bar Viktor dan Haris tak juga menemui Juwita, yang hari ini tidak datang untuk bekerja. Sambil merokok, mereka diam sejenak untuk memikirkan langkah selanjutnya.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Haris sambil menghisap asap rokoknya.

"Lihat saja nanti," jawab Viktor sambil berjongkok menghisap rokoknya.

Tiba-tiba ponselnya berdering panggilan dari Reni, dengan cepat Viktor mengangkat panggilannya.

"Ada apa?" tanya Viktor sambil membuang puntung rokoknya.

"Nino sudah berhasil kita tangkap, sekarang Andrew sedang membawanya ke dalam sel tahanan sementara," jawab Reni yang sedang ada di luar gedung sambil menghirup angin malam yang sejuk.

"Ya sudah aku akan segera kesana," Viktor mematikan panggilannya.

Setelah selesai Viktor mengajak Haris untuk segera kembali ke kantor polisi, dengan cepat Haris mematikan rokoknya dan membuangnya ke sembarang tempat lalu melangkah menuju mobilnya. Di dalam mobil Haris penasaran dengan pembicaraannya bersama Reni.

"Ada masalah apa Dan?" tanya Haris sambil melajukan mobilnya.

"Satu pelaku sudah diamankan," jawab Viktor sambil melihat keluar kaca jendelanya.

"Syukurlah setidaknya ada yang berhasil diamankan," ucap Haris sambil tersenyum mengendarai mobilnya.

Dalam perjalanan Ramon dan Adit juga tidak berhasil menangkap pelakunya, mereka tidak ada di tempat biasanya.

"Memang benar yang dikatakan petugas yang lain, menangkap seorang pembunuh lebih mudah dibandingkan menangkap jaringan obat terlarang, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami," ucap Ramon sambil mengendarai mobilnya.

"Iya aku pernah dengar itu, walaupun aku belum pernah menjadi detektif, tapi aku pernah mendengarnya dari salah satu kawanku," jawab Adit sambil melihat Ramon yang mengendarai mobilnya.

"Sebenarnya tidak enak menjadi detektif, lebih enak berada di divisi polantas, tapi bagaimana sudah menjadi tugasnya begitu," ucap Ramon sambil mengeluh kepada Adit.

"Dari kapan kau menjadi detektif?" tanya Adit ingin tahu soal rekannya.

"Aku sudah lama sih, bahkan aku tidak ingat kapannya," jawab Ramon sambil tertawa melihat Adit.

"Kau ini memang," Adit tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

Sonia baru selesai menutup tokonya, sambil menunggu Andrew yang tadi pagi sudah berjanji akan datang menjemputnya.

"Mana ya Andrew, katanya ingin menjemputku," gumamnya sambil berdiri di depan minimarketnya.

Andrew yang baru selesai memasukkan Nino ke dalam sel, dia keluar sambil melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 22.00, di luar dia bertemu dengan Reni yang menunggunya.

"Bagaimana sudah selesai?" tanya Reni menghentikan langkah Andrew.

"Sudah selesai," jawab Andrew yang ingin langsung pergi, tapi ditarik lengannya.

"Kamu mau pergi kemana?" tanya Reni penasaran sambil melihat Andrew.

Andrew melepas tangan Reni. "Aku harus pergi sebentar," jawab Andrew lalu pergi meninggalkan Reni sendiri.

Reni terus memandangi Andrew yang sudah masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi begitu saja membuatnya penasaran.

"Apa dia sudah memiliki kekasih, sampai pergi terburu-buru begitu. Ah! Jangan-jangan dia sudah memiliki istri, eh tapi sebentar aku penasaran. Aku akan cek dulu di data," batinnya lalu berbalik pergi ke dalam ruangannya.

Di perjalanan Andrew merasa cemas, karena sudah telat untuk menjemput Sonia. Sambil mengeluarkan ponselnya, dia menghubungi Sonia yang sedang bolak-balik sendirian menunggunya. Mendengar suara dering ponselnya, Sonia mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan langsung mengangkat panggilan dari Andrew.

"Andrew kamu jadi tidak menjemputku? Aku sudah sedari tadi menunggu," tanya Sonia dengan cemas.

"Aku sedang dalam perjalanan menuju kesana, kamu jangan kemana-mana ya, tunggu aku disana. Ingat tidak boleh kemana-mana sampai aku datang," pinta Andrew dengan nada panik dan merasa bersalah.

"Iya aku akan tunggu disini, tapi aku harap kamu cepat ya. Soalnya disini mendung," pinta balik Sonia sambil melihat awan yang memerah gelap.

"Iya, aku akan secepatnya sampai disana," jawab Andrew lalu mematikan panggilannya.

Sonia memasukkan ponselnya lagi ke dalam tasnya, baru saja diomong hujan seketika turun dengan deras. Membuat Sonia kecipratan air, dia memutuskan berdiri di dipojokkan agar tak terkena air hujan.

"Baru saja diomong, eh benar saja hujan datang," gumam Sonia sambil mengibaskan pakaiannya yang terkena cipratan air hujan.

Andrew melajukan kendaraannya dengan cepat dibawah hujan yang begitu deras, sambil mencemaskan Sonia yang pasti juga akan ketakutan sendirian. Rasa bersalah yang ada di hatinya kian bertambah, karena sudah telat menjemputnya dan membiarkan dia menunggu lama.

"Maafkan aku Sonia, aku harap kamu baik-baik saja. Tuhan aku mohon jaga Soniaku, jangan biarkan dia ketakutan, kedinginan sendirian," batinnya seraya berdoa demi kebaikan Sonia yang sedang menunggu kedatangannya sambil berdiri dipojokkan minimarket.