Jam 12 siang semua anak buahnya sudah bersiap untuk melakukan penyidikan terhadap Nino yang berhasil diamankan. Viktor sambil berjalan lalu memerintahkan anak buahnya untuk segera mengikutinya.
"Ayo kita berangkat sekarang!" Perintah Viktor sambil berjalan keluar dari ruangannya.
"Siap komandan," jawab Haris dan Adit yang paling kencang.
Mereka semua mengikuti Viktor untuk berjalan keluar dari ruangannya untuk pergi ke ruangan penyidik. Sesampainya di depan ruangan penyidik mereka langsung membuka pintunya dan Viktor berbalik untuk bicara dengan kelima anak buahnya.
"Kalian awasi disini, ingat rekam semua yang akan aku bicarakan di dalam," perintah Viktor kepada anak buahnya.
"Siap komandan," jawab kelima anak buahnya yang sedang berdiri di hadapannya.
Viktor masuk ke dalam, Andrew begitu antusias untuk mengetahuinya sambil melihat kaca besar yang menjadi pembatas antara luar dan dalam. Dalam benaknya sangat ingin menangkap pelakunya, merasa kalau Narkoba itu sangat berbahaya.
"Aku berharap semoga kita bisa segera menangkap pelakunya, agar narkoba tidak lagi beredar di negeri kita yang tercinta ini," batinnya sambil melihatnya dengan serius.
Reni yang berdiri di samping Andrew, melihatnya begitu antusias dan membuatnya memulai pembicaraan.
"Semoga saja si anak kecil ini memberitahu kita dimana persembunyian dari rekan-rekannya yang lain," ucap Reni seraya berdoa sambi tersenyum tipis melihat Andrew.
Mereka bertiga yang sedang duduk di depannya, ikut mengaminkan doa yang terucap barusan oleh Reni. Raymond tersenyum meledek Reni yang terlalu antusias.
"Kamu antusias sekali, tapi aku rasa doamu itu tidak akan cepat terkabul. Karena anak buah seorang pengedar narkoba akan menutup mulutnya kepada polisi yang bertanya. Karena itulah mereka sampai sekarang belum juga bisa tertangkap oleh polisi," ucap Raymond memberitahu Reni yang ada di belakangnya.
"Kau tahu dari mana?" sahut Andrew bertanya kepada Raymond yang sedang tersenyum.
"Aku ini sudah menjadi detektif lama, walaupun bukan unit Narkoba, tapi begitulah yang kudengar dari pengalaman teman-temanku yang sudah mengalaminya lebih dulu mengatakan hal seperti itu," jelas Raymond sambil melihat Andrew yang seolah tidak mempercayainya.
Di dalam ruangan kata Viktor berhadapan langsung dengan Nino yang terlihat takut. Masih memakai seragam putih abu-abu, kedua tangan yang diborgol menutupi wajahnya. Dia tidak berani melihat Viktor yang sudah duduk, dan ingin bicara dengannya.
"Buka tanganmu!" bentak Viktor yang sudah habis kesabarannya meminta Nino membuka tangannya. "Jika kau tidak membukanya dalam hitungan 5, maka aku akan mencabik-cabik tubuhmu! 1,2,3,4..." Viktor melihat Nino perlahan membuka wajahnya.
"Ampun Pak! Tolong Pak. Lepaskan saya, saya mohon. Saya tidak tahu apa-apa Pak. Saya anak di bawah umur, tolong kasihani saya Pak," lirih Nino dengan wajah yang memerah meminta pengampunan kepada Viktor.
"Dimana Bayu?" tanya Viktor dengan nada tegas dan raut wajah yang serius.
"Bayu siapa Pak? Saya tidak tahu Pak," jawab Nino dengan nada yang ragu seolah ingin menutupi segalanya.
"Oh... Jadi kamu tidak kenal, biar saya kasih unjuk ke kamu ya," Viktor membuka dokumennya lalu menunjukkan foto Nino sedang bersama Bayu. "Ini siapa? Bayu kan!" bentak Viktor membuat Nino terkejut mendengarnya.
"Saya tidak tahu Pak, saya hanya bertemunya sekilas. Sumpah Pak. Saya serius," jawab Nino sambil merengek menggelengkan kepalanya.
Reymond yang sudah menduganya tersenyum, lalu meminta yang lain untuk melihat betapa setianya para pengedar itu melindungi bos mereka.
"Kalian bisa lihat sendiri kan. Mereka itu sangat bisa menjaga rahasia, bahkan sampai ada yang lebih baik mati dari pada memberitahu atasan mereka," jelas Raymond kepada keempat rekannya yang baru dalam bidang ini.
"Kenapa mereka seperti itu? Berkorban seolah mereka akan mendapatkan penghargaan kalau mereka mati," tanya Andrew dengan raut wajah serius dan penasaran.
"Bagi mereka bekerja dalam bidang ini merupakan sebuah kepercayaan. Ibarat bos mereka ini itu seorang Tuhan, dan mereka ini Malaikatnya. Jadi untuk melindungi Tuhannya, mereka akan melakukan apa saja agar dunia ini tidak berhenti," jelas Reymond kepada Andrew.
Semua memperhatikan Reymond yang sedang berbicara, sambil melihat Nino yang tidak mau bicara memberitahu dimana keberadaan Bayu atasannya.
"Benar dugaanmu. Dia benar-benar tidak mau membuka mulutnya untuk memberitahu kita dimana posisi Bayu," ucap Haris sambil melebarkan matanya melihat Reymond.
"Iya lalu apa yang harus kita lakukan agar dia mau membuka mulutnya?" tanya Adit yang duduk dipaling ujung.
"Kita lihat saja nanti komandan Viktor yang akan memberitahukannya," jawab Reymond sambil menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu masalahnya," lanjut Reymond memberitahu mereka.
Mereka semua menggelengkan kepalanya sambil melihat lagi Viktor yang saat ini membuka jaketnya untuk mulai membuat Nino tambah takut dengannya. Dia melihat kelima anak buahnya dan bertepuk tangan untuk mematikan rekaman dan cctvnya.
"POK...POK...POK..." suara tepuk tangan Viktor.
Reymond langsung mematikannya, hanya karena dia yang tahu kode yang diberikan Viktor barusan.
"Komandan mau apa?" tanya Adit kepada Viktor.
"Lihat saja ke depan," jawab Reymond sambil melihat Viktor.
Di tempat persembunyian Charles yang di tempat biasa. Mathew dan James diantar untuk masuk ke dalam bertemu dengan Charles. Di ruangannya Charles yang sedang cemas, melihat Mathew datang bersama sekretarisnya James.
"Ada apa kau kesini? Jangan bilang kau akan memarahiku dengan ditangkapnya anak buahku!" tanya Charles panik sambil menghisap rokoknya.
Mathew dengan wajah tegasnya, melihat sekeliling anak buah Charles yang sedang melindungi atasan mereka.
"Sekarang aku berikan pilihan! Kau bisa mengatasinya atau aku akan membunuhmu," ucap Mathew sambil berjalan mendekati Charles.
Kelima anak buahnya dengan cepat mengeluarkan pistol dan ditodongkan ke arah Mathew. Bukannya takut justru dia malah tersenyum menyeringai, membuat Charles langsung memohon dikaki Mathew dan meminta kelima anak buahnya untuk melakukan hal yang sama.
"Mathew aku akan mengatasinya dengan cepat," ucap Charles berlutut lalu menengok anak buahnya. "Cepat bersujud! Apa yang kalian lakukan!" perintah Charles kepada anak buahnya.
Anak buahnya langsung berlutut kepada Mathew, tapi itu tak membuat Mathew luluh hatinya. Dia menendang Charles yang tidak becus sebagai ketua tim.
"Blukkkk..." Charles tersungkur lalu dengan cepat anak buahnya menolongnya.
"Ingat ya! Jangan sampai ketahuan, lakukan dengan baik, kalau tidak nyawamu yang menjadi pertaruhannya. Aku akan melindungi Tuan Rajmund apa pun yang terjadi," ancam Mathew lalu pergi meninggalkan ruangan Charles diikuti oleh James.
Merasa kesal dengan perlakuan Mathew, Dia bangkit dan mengamuk dan menendangi bawahannya satu persatu.
"Ini semua karena kalian yang tidak becus dalam melakukan pekerjaannya," omel Charles kesal. "Sekarang cari Ardi! Cepat!" perintah Charles kepada mereka dengan nada tinggi.