Chereads / BROTHERHOOD : Pengorbanan seorang Kakak / Chapter 17 - Seseorang yang dikenal

Chapter 17 - Seseorang yang dikenal

Pagi hari Sonia yang sedang sarapan sendirian di meja makan masih terngiang-ngiang dengan pria yang semalam. Dia seperti mengenalnya, tapi tidak ingat dengan pria yang semalam tiba-tiba pergi saat disapa oleh dirinya.

"Aku seperti pernah bertemu dengannya, tapi dimana ya? Lagian baru aku mau bicara dia main pergi begitu saja. Dasar pria aneh!" gumam Sonia lalu melanjutkan sarapannya lagi dengan nasi telur ceplok.

Di ruangan Satreskrim Narkoba kalong hitam, mereka baru saja bangun setelah semalaman habis rapat untuk bahas menginterogasi pelaku yang berhasil diamankan. Viktor berdiri terlebih dahulu, sebelum pergi dia memberikan pengumuman terhadap anak buahnya.

"Habis jam makan siang, kita berkumpul untuk menginterogasi pelaku. Sekarang kalian boleh pergi membersihkan diri kalian," ucap Viktor memberitahu kelima anak buahnya.

"SIAP KOMANDAN...." jawab serentak mereka kecuali Andrew yang hanya diam saja menundukkan kepalanya.

Viktor pun pergi disusul oleh Adit, Raymond, dan Haris mereka bertiga memutuskan untuk sarapan pagi terlebih dulu. Tersisa hanya Reni dan Andrew yang duduk berdampingan. Reni memberanikan diri untuk mengajaknya sarapan pagi.

"Mau sarapan..." Reni melihat Andrew yang pergi begitu saja keluar dari ruangan meninggalkannya sendirian. "Dasar pria angkuh," umpat Reni dengan hati yang kesal.

Di Polsek Malik dan Darwis baru saja sampai setelah semalaman berjaga dipos yang menjadi tugasnya, lalu mereka masuk bersama untuk menulis laporan sebelum pulang.

"Kau pulang ini ada rencana kemana?" tanya Darwis kepada Malik yang berjalan di sampingnya.

"Aku mau pulanglah! Kantuk. Memangnya ada apa?" tanya Malik sambil melihat Darwis.

"Aku penasaran dengan kantor Andrew yang baru ingin sekali main kesana, bagaimana mau tidak kesana bersamaku?" tanya Darwis mengajak Malik untuk menengok Andrew.

"Jangan kesana. Pimpinannya galak! Dia sering disebut anjing galak! Memangnya kau mau dimarahi olehnya karena bermain-main di kantor petugas," jawab Malik menakuti Darwis yang sedang berpikir.

"Apa iya? Kau jangan sok tahu. Dari mana kau tahu kalau pimpinannya galak dan seperti anjing gila?" tanya balik Darwis seolah tidak percaya.

"Tentu saja dari istriku, dia itu tahu segalanya. Makanya aku sekarang memberitahumu. Kalau kau ingin main... Main saja sana," jawab Malik sambil duduk di kursinya.

"Kalau begitu aku pun tidaklah," Darwis mengangkat kedua bahunya merasa takut lalu kembali ke kursinya yang ada di seberang Malik.

Di depan pintu Sonia duduk lesehan di lantai sambil menunggu jemputan Andrew. Sambil memainkan ponselnya dia merasa bosan lalu berdiri untuk berjalan keluar.

"Lebih baik aku naik angkot saja, dari pada nanti dia telat lagi yang ada nanti aku malah dimarahi Bosku," gumam Sonia berjalan untuk keluar dari gangnya.

Baru saja berjalan dia melihat mobil Andrew yang baru saja masuk ke dalam gang yang cukup untuk dua mobil, lalu Sonia berjalan cepat untuk menghampiri mobilnya, dan naik begitu saja.

Sonia memasang sabuk pengamannya. "Maaf ya karena motorku masih rusak, jadi kau harus repot-repot menjemputku seperti ini," ucap Sonia sambil senyum-senyum tidak enak kepada Andrew yang terlihat baru bangun tidur.

"Tidak apa-apa, lagian juga aku harus pulang dulu mengambil pakaian," jawab Andrew lalu menepikan mobilnya di depan gerbang rumahnya. "Sebentar ya. Aku ambil baju sebentar saja," Andrew membuka sabuk pengamannya sambil melihat Sonia yang menganggukkan kepalanya.

Andrew keluar dari mobilnya meninggalkan Sonia yang duduk sendirian, karena bosan tangan Sonia mulai mencari sesuatu hal yang bisa dibacanya. Melihat ada tumpukan kertas di dalam spakbor depan, dia mengambilnya satu dan mulai membaca.

"Pusing sekali jadi polisi... Aneh kenapa dia mau jadi polisi," gumam Sonia sambil menggelengkan kepalanya.

Tak lama Andrew membuka pintu mobilnya lalu meletakkan plastik berisi pakaian ganti untuknya nanti, lalu melihat Sonia yang sedang membaca kertas berisi prosedur dalam bertugas.

"Kamu memangnya mengerti membaca itu," ledek Andrew sambil memasang sabuk pengamannya.

"Tentu saja aku mengerti, kan ini hanya membaca saja. Memangnya kamu pikir aku tidak bisa membaca," jawab Sonia lalu meletakkannya lagi kertas itu ke tempatnya.

"Kalau baca itu belum tentu dia mengerti loh," Andrew tertawa melihat Sonia sambil melajukan perlahan mobilnya untuk keluar dari gang.

"Iya aku memang bodoh, namanya juga hanya lulusan SMA mana bisa menyaingi kepintaranmu," ucap Sonia sambil menyindir Andrew.

"Ya enggak begitulah Sonia, kamu marahan sekali. Maafkan aku ya," jawab Andrew sambil tersenyum melihat Sonia yang sedang marah padanya.

Sonia teringat dengan pria yang semalam ditemuinya, lalu dia melihat serius wajah Andrew. Merasakan ada kemiripan dari wajah mereka berdua.

"Jangan-jangan dia itu Ka Mathew," batin Sonia sambil melebarkan matanya dan juga mengerutkan dahinya.

Andrew melihat ekspresi wajah Sonia yang sedang berpikir keras, membuatnya penasaran lalu menanyakannya langsung kepada Sonia.

"Kamu sedang berpikir apa?" tanya Andrew sambil menyetir mobilnya.

Sonia terkejut dari lamunannya saat mendengar suara Andrew. "Ha... Enggak aku tidak sedang berpikir," jawab Sonia menyembunyikan yang dia sedang pikirkan.

Dalam benaknya Sonia masih belum pasti itu Mathew kakaknya Andrew atau bukan. Atau hanya sekedar mirip saja. Maka itu dia belum mau memberitahu kepada Andrew yang selama ini masih mencari keberadaan kakaknya.

"Aku harus pastikan itu Mathew atau bukan, jika nanti dia mengunjungi rumah Andrew lagi. Kalau aku beritahukan sekarang, nanti yang ada Andrew akan kepikiran lagi. Jadi lebih baik aku jangan beritahu dia sekarang," batin Sonia sambil tersenyum melihat Andre yang masih sesekali melihatnya.

Mathew yang sedang termenung di meja makan dengan hidangan mewah yang telah disediakan oleh James sekretarisnya yang saat ini berdiri di belakangnya. Dia masih membayangkan pertemuannya dengan wanita yang masih samar-samar di ingatannya.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana ya. Wajahnya tidak asing dan juga suaranya seperti aku benar-benar dekat dengannya," batin Mathew yang sedang melamun tidak mencicipi makanan yang ada di depannya.

James melihat Mathew yang sedang melamun dan tidak sarapan sama sekali, langsung menegurnya dengan menyentuh bahu Mathew.

"Kenapa tidak dimakan? Apa perlu saya ganti menunya?" tanya James melihat Mathew yang diam saja sedari tadi.

"Tidak perlu... Bagaimana dengan Tuan Rajmund apa sudah ada tugas darinya hari ini?" tanya Mathew mulai makan zuppa soup.

"Belum, nanti saya cek dulu ya. Silakan dilanjutkan sarapannya. Nanti saya akan kembali lagi," jawab James sambil melihat punggung Mathew yang membelakanginya. "Saya baru saja tadi diberitahukan oleh Charles bahwa anak buahnya ada yang tertangkap," lanjut James memberitahu Mathew yang meletakkan sendoknya di atas meja lalu berdiri dan mulai melangkah.

"Ikut aku, kita harus segera ambil tindakan," perintah Mathew kepada James yang ada di belakangnya.