Chapter 8 - Rapat tugas

Mobil Andrew tiba di depan rumah Sonia, lalu dia keluar dari mobilnya untuk membukakan pintu untuknya. Sonia keluar dengan tatapan kosong, membuat Andrew sangat mencemaskannya sehingga dia mengikutinya untuk terus menemaninya.

"Andrew," Sonia berbalik memanggilnya dengan tatapan kosong. "Aku ingin sendiri, jangan mengikutiku lagi," pinta Sonia lalu berbalik lagi untuk membukakan pintunya.

"Tapi Sonia..." ucap Andrew dengan melihat Sonia menutup pintunya.

Dia bingung harus berbuat apa untuk menghibur Sonia, tahu kalau Sonia wanita yang sulit untuk dihibur. Tiba-tiba ponselnya berdering panggilan dari Pak Agung, dengan wajah yang tidak suka, dia harus mengangkat panggilan dari atasannya itu.

"Siap Komandan," ucap Andrew kepada Pak Agung yang saat ini ada di ruangannya.

"Kamu ke mana saja, dari tadi saya hubungi susah sekali," tegur Pak Agung dengan nada tinggi.

"Maaf Pak, saya sedang berduka. Nenek saya baru saja meninggal," jawab Andrew kepada Pak Agung.

"Maaf saya tidak tahu, kenapa kamu tidak memberitahu dan tidak masuk begitu saja," ucap Pak Agung merasa tidak enak. "Sebelumnya saya turut berduka cita ya, atas meninggalnya nenek kamu," ucap Pak Agung kepada Andrew.

"Iya Pak terima kasih atas perhatiannya. Bapak ada apa ya memanggil saya?" tanya Andrew kepada Pak Agung.

"Sebenarnya saya tidak enak untuk memberitahukanmu, tapi kamu sekarang sudah ditunggu oleh markas besar untuk membicarakan tugas tim. Bagaimana kamu bisa kesana, hanya sebentar dan nanti kamu boleh langsung pulang," perintah Pak Agung dengan ragu kepada Andrew yang sedang berkabung.

"Baik Pak, saya akan kesana sekarang," jawab Andrew kepada Pak Agung dengan berat hati harus meninggalkan Sonia.

"Ya sudah, sekali lagi saya minta maaf ya," ucap Pak Agung lalu mematikan panggilannya.

Setelah selesai berbicara dengan atasannya, Andrew mengetuk pintu untuk pamit kepada Sonia yang ada di dalam rumahnya.

Tok...Tok...Tok...

"Sonia, aku pergi sebentar ya. Nanti aku kembali lagi, kamu jaga diri baik-baik ya. Jangan terlalu dipikirkan," pamit Andrew dengan hatinya yang berat meninggalkan Sonia sendirian.

Karena tidak ada jawaban, dia langsung berbalik dan berjalan untuk masuk ke dalam mobilnya lalu pergi menjalankan perintah dari atasannya. Di kamar neneknya, Sonia menangis sesenggukan menciumi bekas tidur Nenek Iyah, yang masih terasa harumnya aroma tubuhnya.

"Nenek aku sangat merindukan Nenek, kenapa Nenek pergi secepat ini," ucapnya seorang diri memeluk bantal yang biasa dipakai oleh neneknya.

Di sebuah ruko bertingkat tiga, mobil Mathew berhenti dengan dibukakan pintu oleh James. Sambil melihat-lihat sekeliling yang terlihat sepi dan depannya jalan raya besar. Melihat plang jasa pengiriman barang, membuat dia tersenyum tipis.

"Di sini tempatnya," ucap Mathew sambil melihat sekretarisnya James.

"Benar, ini hanya sebuah topeng," jawab James dengan serius.

"Let's go," Mathew melangkah lalu masuk ke dalam ruko.

Di dalam ruko ada seorang staf yang melayani pengunjung, dengan cepat James menyebutkan kode untuk bertemu dengan pimpinannya.

"CK 01," ucap James menatap staf wanita yang menganggukkan kepalanya dan mengambil remote yang ada di laci dan menekan tombolnya.

Dinding yang terlihat seperti tembok putih itu terbuka, lalu James membawa Mathew untuk segera masuk. Setelah mereka berdua masuk, staf wanita menekan tombol menutup kembali dinding itu. Mathew melanjutkan langkahnya berjalan ke atas lantai tiga untuk menemui pimpinan dari gangster tersebut.

"Kau yakin ini tempat yang dimaksud oleh Tuan Rajmund?" tanya Mathew yang kurang percaya.

"Benar, ini tempatnya. Tuan Raj sendiri yang memberikan alamatnya kepadaku," jelas James sambil mengikuti Mathew menaiki tangga.

Sesampainya di lantai tiga mereka di sambut oleh ajudannya dari pimpinan yang menjaga di depan pintu. Setelah itu mereka masuk ke dalam ruangan, dan melihat seseorang dibalik kursi yang membelakanginya.

"Permisi saya utusan yang dikirim oleh Tuan Raj," ucap James sambil melangkah untuk mendekati seseorang yang membelakanginya.

Pria separuh baya dengan kumis dan jenggot berbalik badan untuk balik menyapa mereka. "Saya sudah tahu bahwa kalian akan datang! Silakan duduk," pintanya sambil berdiri lalu melangkah duduk di sofa.

James tetap berdiri di dekat pintu, membiarkan Mathew dan pria itu berbicara berdua.

"Perkenalkan saya Charles," ucap Charles sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengannya.

"Mathew Alexander, saya orang kepercayaannya Tuan Rajmund," jawab Mathew sambil berjabat tangan. "Saya akan mengontrol langsung pergerakan bisnis ini, dan kamu menjadi bawahan saya langsung," lanjut Mathew menjelaskan kepada Charles. "Dan ingat! Saya tidak suka dengan yang namanya pengkhianat!" tegas Mathew lalu berdiri dan pergi keluar dari ruangannya diikuti dengan James dari belakangnya.

Charles hanya memandang kesal terhadap Mathew yang berani sekali memanggilnya sebagai bawahannya, lalu dia melangkah untuk berdiri di depan jendelanya.

"Lihat saja kau, akan aku balas. Akan aku buat Tuan Rajmund tidak mempercayaimu!" batin Charles sambil melihat Mathew yang memasuki mobilnya dari kaca jendelanya.

Di sebuah ruangan yang terdapat di dalam markas kesatuan polisi, seseorang pria berusia 38 tahun sedang menjelaskan di depan.

"Perkenalkan saya Victor, yang akan menjadi pimpinan di dalam tim satres narkoba kalong hitam. Sebelum saya mulai, tolong kalian berlima perkenalkan diri masing-masing," perintah Victor kepada kelima anak buahnya.

"Saya Adit usia 29 tahun dari divisi polantas," ucap Adit memperkenalkan dirinya.

"Saya Ramon usia 30 tahun dari divisi unit kejahatan," ucap Ramon memperkenalkan dirinya.

"Saya Reni 25 tahun dari divisi administrasi," ucap Reni yang hanya seorang wanita di dalam tim.

"Saya Haris 32 tahun dari divisi polantas," ucap Haris dengan lantang memperkenalkan dirinya.

"Saya Andrew 30 tahun dari divisi polantas," ucap Andrew memperkenalkan dirinya.

Setelah selesai memperkenalkan dirinya masing-masing, Victor mulai menyalakan LCD monitor agar layar dipapannya menyala. Lalu mulai menjelaskan tentang Narkoba dan para pengguna yang sudah merambah ke remaja yang masih duduk di bangku sekolah.

"Sudah banyak korban dari kejahatan ini, tapi belum bisa membuat mereka sadar dengan bahayanya narkoba," ucap Viktor dengan berdiri di samping layar "Lihat di layar, itu salah satu pengedar yang bernama Charles, yang sampai ini menjadi buronan polisi," lanjut Viktor sambil menunjuk foto Charles. "Sebelum kita bisa menangkapnya kita harus menangkap para pengedar yang menjadi bawahannya sekitar 10 orang yang menjadi anak buahnya," jelas Viktor menunjukkan beberapa foto kepada anak buahnya.

Setelah selesai dia mematikan layarnya, untuk mempersiapkan kepada kelima anak buahnya untuk bersiap dalam menjalankan misi mencari mafia narkoba.

"Rapat saya sudahi sampai di sini sampai ketemu lusa, atau ada di antara kalian ingin bertanya," ucap Viktor memberikan kesempatan kepada anak buahnya.

"Kami sudah mengerti Pak," jawab Reni sambil melihat ke yang lainnya.