Pagi yang sangat indah Gava melakukan olahraga kecil di balkon depan rumahnya. Dia merasa sangat perlu memanjakan tubuhnya sendiri untuk sekedar berolahraga. Karena olahraga itu sangat penting dan tubuh kita membutuhkannya. Rasanya sangat perlu sekali untuk melakukan olahraga supaya tubuh tetap segar dan wajah pun menjadi awet muda. Itulah mengapa Gava tidak pernah melewatkan acara untuk berolahraga meskipun hanya sendirian.
Usai melaksanakan shalat Subuh tadi Rasyid sepertinya tengkurap di atas tempat tidurnya. Mungkin dia merasa letih karena semalaman kurang tidur. Gava tidak berusaha untuk membangunkannya, nanti juga Rasyid akan bangun dengan sendirinya saat dia mendengar alarm yang sudah dia setel dari ponselnya.
Setelah berolahraga Gava masuk ke dalam rumah. Dia memasuki kamarnya dan melihat Rasyid masih juga tidur. Gava membasuh kaki dan tangannya di dalam kamar mandi. Dia lantas mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa dia kenakan di dalam rumah.
Gava mencoba untuk mengambilkan beberapa pakaian dan juga pakaian dalam yang akan digunakan untuk Rasyid berangkat menuju acara tempat dia melakukan tugas kunjungan kerjanya.
Sesibuk apapun, Gava selalu punya waktu untuk Rasyid. Dia tidak mau Rasyid menjadi kecewa lantas kemudian Rasyid pindah ke lain hati. Itulah mengapa Gava selalu berusaha yang terbaik untuk Rasyid. Dia ingin mempersembahkan semua kebaikan kepada laki-laki yang telah menjadi suaminya itu.
Terdengar ponsel Rasyid berbunyi, sepertinya alarm yang memang sudah disetel oleh Rasyid untuk membangunkannya hari ini. Dia pasti tidak ingin terlihat bodoh dengan datang terlambat ke kantor nya nanti. Melihat ada Gava di sampingnya, Rasyid kemudian memegang jemari lengan Gava sambil berkata,
"Kamu baik-baik saja kan sayang?" tanya Rasyid kepada Gava.
Gava menganggukkan kepalanya pelan.
"Cepat bangun Mas terus mandi kemudian shalat Dhuha dan berkemas. Sudah aku siapkan pakaian-pakaian yang akan kamu bawa."
Rasyid tersenyum, dia lantas memeluk Gava dari belakang dan mencium rambut Gava yang harum itu.
"Aku mandi dulu, ya." Kata Rasyid kepada Gava.
"Iya, silakan mandi. Jangan sampai terlambat datang ke kantor. Aku tunggu di ruang makan ya, sarapannya sudah aku siapkan."
"Baik, Tuan Putri. Saya akan bersegera untuk datang ke ruang makan dan menemani Tuan Putri sarapan."
Gava hanya menyaksikan ulah suaminya pagi ini.
Sebenarnya Rasyid memang laki-laki yang baik tapi dia bukan laki-laki yang over acting dengan penampilan juga dengan perhatiannya terhadap istrinya. Sudah beberapa tahun Gava menikah dengan Rasyid. Meskipun mereka belum dikaruniai keturunan tetapi hubungan rumah tangga mereka sebetulnya baik-baik saja. Walaupun tidak bisa dikatakan romantis karena selama ini baik Gava maupun Rasyid memang bukan orang yang romantis. Mereka berdua adalah tipe orang-orang yang suka bekerja keras. Hari ini ketika Rasyid tiba-tiba menampakan keromantisannya, jujur hati Gava merasa curiga.
Rasyid tiba di ruang makan dengan membawa satu koper kecil pakaian yang akan dia bawa untuk acara kunjungan kerjanya. Pagi ini dia menemani Gava untuk sarapan pagi.
Usai sarapan Rasyid lantas berkata kepada Gava,
"Aku ke kantor dulu ya, nanti setelah dari kantor aku langsung berangkat. Aku tidak mampir pulang dulu supaya waktunya bisa lebih cepat."
"Iya Mas silakan saja. Hati-hati dijalan. Jaga diri baik-baik. Jaga hatimu juga ya!"
"Kamu tenang saja.aku pasti tidak akan melakukan hal-hal yang tidak diijinkan oleh Tuhan
Kamu tidak usah khawatir. Satu lagi, kamu tidak usah terpengaruh dengan apapun yang diceritakan oleh teman-temanmu itu."
Gava hanya diam. Dia tidak ingin berdebat dengan Rasyid. Hari masih terlalu pagi, tidak baik rasanya bila harus dihabiskan dengan melakukan perdebatan.
Bukankah rezeki Tuhan itu tidak akan datang pada pasangan yang sedang bertengkar?. Itu sebabnya Gava tidak mau melakukannya.
Rasyid mencium kening Gava dengan sangat mesra. Gava pun membalas ciuman di bibir tipis milik Rasyid.
Mereka saling berjabat tangan. Gava mencium tangan Rasyid dengan sangat takzim. Ada kepatuhan dan harapan yang luar biasa besar dari ciuman di tangan Rasyid pagi ini. Harapan tentang sebuah kesetiaan yang tidak mampu disampaikan oleh Gava terhadap Rasyid.
Dan sebelum Rasyid pergi Gava tidak lupa berkata:
"Mas, tolong jangan lupa nanti foto Surat Perintah Kunjungan Kerjanya. Mas kirim ke WhatsApp ku ya."
Rasyid memandang Gava dengan penuh keheranan. Dia merasa bingung. Dia tidak menyangka bahwa istrinya akan bersikap seperti hari ini.
Rasyid berkata, "Iya sayang. Aku pasti akan fotokan Surat Perintah Kunjungan Kerjanya. Jangan khawatir."
Rasyid berangkat menuju ke tempat kerjanya dan meninggalkan Gava seorang diri di rumah.
Saat ini Gava sepertinya enggan berangkat ke kantor. Entah mengapa, ada kemelut di dalam dirinya yang tidak bisa dia pecahkan. Dia seolah-olah sedang mencari kebenaran dari tingkah laku suaminya. Memang ada hal-hal yang berubah tetapi ada juga hal-hal yang masih tetap terjadi di rumah itu.
Gava masuk ke dalam kamar. Dia membiarkan tubuhnya rebah begitu saja di atas ranjang indah. Ranjang Pengantin yang pernah digunakan untuk memadu kasih di malam pertama bersama Rasyid. Laki-laki yang dia pilih untuk menjadi suaminya setelah perjalanan panjangnya bertahun-tahun seorang diri. Rasyid ternyata mampu menaklukkan isi hatiku Gava dan membuat Gava percaya pada sebuah pernikahan.
Gava masih sangat ingat, betapa saat itu Rasyid adalah orang yang selalu berusaha untuk membuat Gava bahagia. Rasyid tidak segan-segan untuk datang ke kantor Gava sekedar untuk membawakan makan siang dan mereka nikmati bersama di dalam ruangan Gava.
Meskipun saat itu Rasyid sudah begitu populer sebagai Wakil Rakyat, dia tidak malu untuk membawa makan siang dan mengantarkannya kepada Gava. Saat itu mereka belum berkomitmen untuk menikah hingga kemudian Gava mengiyakan lamaran dari Rasyid.
Dan jadilah dirinya sebagai nyonya Rasyid.
Gava kemudian terlelap diatas ranjangnya itu sambil menunggu pesan yang akan dikirimkan oleh Rasyid sesuai janjinya. Dan ketika suara adzan dzuhur menyapa gendang telinganya, Gava lantas terbangun serta-merta dia meraih ponsel yang ada disampingnya. Nihil, tidak ada satu pesan pun yang dikirimkan oleh Rasyid kepadanya. Gava merasa gelisah.
Dan benar, sampai sore hari Rasyid belum juga mengirimkan surat tugas yang tadi dia janjikan untuk difoto dan dikirimkan ke WhatsApp milik Gava.
Gava menjadi luar biasa curiga. Tidak biasanya Rasyid lupa terhadap permintaan yang Gava ⁸. Biasanya Rasyid adalah orang paling peduli terhadap Gava tetapi hari ini semuanya tampak berbeda. "Apakah mungkin ini pengaruh seseorang?" batin Gava.
Tiba-tiba Gava menggumam.
"Aku harus mencari tahu tentang kebenaran semua ini. Aku tidak mau semuanya terjadi lantas aku baru mengetahuinya setelah semuanya terlambat. Itu akan membuat aku tidak bisa untuk mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi."
Bangkit dari tidurnya, Gava masuk ke dalam kamar mandi. Dia membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk berangkat shalat. Setelah shalat, dia berjanji akan mencari tahu tentang acara Kunjungan Kerja yang diceritakan oleh Rasyid hari ini.
Apakah Kunjungan Kerja tersebut benar-benar ada?
Ataukah hanya bualan saja? Mengingat acara kunjungan kerja kali ini dilaksanakan di tempat yang sama seperti yang diceritakan oleh istri Uzair. Gava menjadi resah, jangan-jangan ini hanyalah sebuah modus yang dilakukan oleh Rasyid agar dia bisa pergi dan menemui perempuan itu.