Chereads / PELACUR DI RANJANG SUAMIKU / Chapter 8 - DITAMPAR KENYATAAN

Chapter 8 - DITAMPAR KENYATAAN

Pelacuran 8 

Gava kemudian memasuki ruangan hotel itu dengan mendatangi resepsionis dan menanyakan kebenarannya.

Di luar dugaan, ternyata nama yang disebutkan oleh Gava memang benar-benar berada di hotel itu.

Resepsionis lantas bertanya,

"Kalau boleh tahu, Ibu siapanya Pak Rasyid? Apakah Ibu sudah ada janji dengan beliau karena beliau berada di private room. Ruangan kamar Pak Rasyid itu adalah ruangan khusus milik owner hotel ini. Jadi, jika Ibu hendak ke sana Ibu harus membuat janji 1X24 jam dulu. Nanti akan kami sampaikan, kemudian bila janji Ibu ternyata disetujui, baru bisa bertemu dengan Pak Rasyid."

Tubuh Gava bergetar hebat. Suaminya, Rasyid yang foto dan KTP-nya ditunjukkan kepada resepsionis hotel itu, saat ini menempati ruang private room milik Hotel Permata Indah. Bukankah owner Hotel Permata Indah adalah Putri, perempuan yang sangat cantik sekali.

Gava mulai tidak bisa mengendalikan diri rasanya. Dia ingin mengobrak-abrik seluruh ruangan di dalam hotel tersebut. Untung saja dia ingat bahwa dia adalah perempuan berkelas. Perempuan berkelas tidak akan melakukan kegilaan di tempat umum. Bagi perempuan perempuan berkelas mereka akan menghargai harga diri dan nama baiknya daripada sekedar menumpahkan emosinya.

Gava kemudian mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol rekam di dalam ponsel itu. Dia bertanya beberapa hal kepada resepsionis itu kemudian merekamnya di dalam ponselnya. Dia ingin memiliki bukti yang kuat untuk ditanyakan kepada Rasyid bila Rasyid telah pulang ke rumah.

"Jadi saat ini, kalau saya ingin bertemu dengan Pak Rasyid yang foto KTP-nya tadi saya tunjukkan ke Mbak, saya harus membuat janji 1X 24 jam begitu?"

"Iya bu, karena Pak Rasyid itu berada di private room. Seperti yang saya jelaskan, tidak semua orang bisa masuk ke private room. Hanya Pak Rasyid saja yang saat ini bisa masuk ke private room. Bila ada tamu tamu khusus biasanya Owner kami akan menemui mereka di lobi atau di ruangan-ruangan yang sudah disediakan. Sedangkan private room hanya digunakan untuk kunjungan keluarga Owner ataupun orang terdekat.

"Apakah itu artinya Pak Rasyid adalah orang terdekat Owner Mbak?"

"Saya kurang tahu Bu. Dan itu bukan wewenang saya untuk menjelaskan. Itu adalah privasi Owner tetapi memang sepertinya Pak Rasyid itu disediakan tempat khusus setiap datang. Beliau memiliki wilayah-wilayah khusus dan juga pelayanan-pelayanan khusus yang diberikan oleh hotel ini. Itu pun pasti atas perintah Owner."

Gava hanya bisa menggigit bibirnya. Dia sedih bukan kepalang. Apakah memang benar apa yang dikatakan oleh Resepsionis tadi? Sungguh, bila mungkin dia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang saat ini dilakukan oleh Rasyid suaminya di ruangan private room bersama Putri. Hatinya menjadi teriris-iris tetapi sayang dia mempunyai batasan-batasan yang tidak bisa dia langgar. Gava dengan batasan-batasan yang ada, lebih memilih pulang meninggalkan Hotel Permata Indah dengan air mata yang sedari tadi dia tahan.

"Ya sudah mbak. Terima kasih untuk informasinya. Mungkin nanti saya akan menghubungi ponsel Pak Rasyid sendiri atau ponsel Ibu Putri Owner hotel ini kalau saya membutuhkan untuk berbincang-bincang dengan beliau berdua. Terima kasih untuk semua keterangannya ya Mbak."

"Iya. Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak ya Bu."

"Saya yang justru berterima kasih telah disambut dengan sangat baik, Mbak."

Gava meninggalkan ruangan Hotel tersebut. Hatinya bertalu-talu lagu-lagu sendu. Rasanya tidak ada lagi yang bisa dia pertahankan dalam rumah tangganya. Pikirannya tentang perselingkuhan yang sedang dilakukan oleh Rasyid suaminya benar-benar menari-nari di dalam otaknya. Dia sepertinya tidak bisa lagi berpikir tentang hal-hal yang lain selain penghianatan itu. Sungguh dia tidak membayangkan bahwa Rasyid suaminya yang demikian sempurna ternyata tega melakukan hal tersebut pada dirinya.

Dan tak berapa lama Istri Uzair menghubunginya kembali. Dia berusaha menanyakan perihal Rasyid.

"Apakah benar Pak Rasyid berada di Hotel Permata Indah dan merubah schedule perjalanan dinas nya?"

"Tidak ada Bu Uzair. Saya tidak menemukan Mas Rasyid di hotel tersebut. Mungkin Mas Rasyid berada di tempat yang lain. Saya tidak tahu, saya juga tidak berusaha untuk menelponnya karena saya tidak ingin mengganggunya."

"Enggak masuk akal Mbak Gava. Ada istri menelpon suami kok dipikir mengganggu. Sebaiknya ditelepon saja, siapa tahu ada sesuatu yang terjadi sehingga Pak Rasyid tidak menghubungi Mbak Gava."

"Tidak apa-apa Bu. Biarkan saja. Kami sudah terbiasa seperti ini. Nanti kalau pulang, Mas Rasyid pasti akan menceritakan semua kegiatannya yang terpenting saat ini adalah Mas Rasyid tidak berada di Hotel Permata Indah bersama perempuan itu. Itu saja bagi saya sudah cukup Bu, lain-lain tidak. Saya sangat khawatir terhadap kesetiaan suami saya dan ternyata suami saya masih menjadi suami yang setia sama seperti Pak Uzair."

"Alhamdulillah kalau begitu. Saya benar-benar kepikiran tadi, saya hawatir kalau Pak Rasyid ternyata menjadi satu-satunya orang yang tergoda oleh Owner yang centil itu."

"Iya Bu, saya tadi kepikiran nya juga begitu. Saya sambil nyetir mobil ini sambil menangis. Saya membayangkan kalau suami saya saat ini berada di pelukan perempuan itu pasti saya akan sangat sedih dan menderita Bu."

Gava berbicara kepada istri Uzair sambil menangis tetapi dalam bayangan istri Uzair Gava menangis karena bahagia tidak menemukan suaminya di Hotel Permata Indah yang artinya bisa dikatakan suaminya tidak sedang selingkuh dengan Putri, pemilik hotel tersebut.

Sedangkan bagi Gava sendiri air matanya dan tangisnya kali ini berarti sebuah kesedihan dan sebuah kehancuran. 

Dirinya sedang membayangkan kehilangan seorang laki-laki yang seharusnya menjadi imam dan juga menjadi pemilik kunci surga nya.

Dua pengertian yang berbeda akan air mata seorang Gava kini sedang terjadi pada Bu Uzair juga pada diri Gava sendiri.

Bu Uzair  pasti tidak pernah membayangkan betapa hancurnya menjadi Gava saat ini.

Bu Uzair kemudian menutup sambungan teleponnya dan Gava melanjutkan perjalanannya menuju pulang ke rumah. Dia berusaha menenangkan dirinya.

Dia akan menanyakan semuanya kepada Rasyid nanti ketika Rasyid sudah berada di rumah. Sementara itu dia akan menata hatinya. Dia akan berusaha untuk menepiskan semua. Tidak lama, Rasyid hanya berjanji dua hari perjalanan dinasnya dan setelah dua hari Rasyid akan pulang kembali ke rumah.

Tetapi bila nanti faktanya Rasyid tidak pulang dalam dua hari bagaimana?.

Pikiran dan kegalauan di dalam diri Gava kemudian muncul lagi. Gava tidak bisa membayangkan dan tidak bisa menjawab kegalauan tersebut. Dia hanya diam melanjutkan perjalanan dan tujuannya hanya satu pulang lalu kemudian rebah di ranjangnya.

Hanya itu satu-satunya yang dia harapkan. Malam ini dia ingin mengistirahatkan semua rasa letih yang ada di dalam tubuh juga jiwanya. Rasanya dia tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan sebuah ujian yang sangat berat seperti ini.