Chereads / PELACUR DI RANJANG SUAMIKU / Chapter 6 - MENCARI TAHU

Chapter 6 - MENCARI TAHU

"Lastri, hari ini kamu sedang di mana?" tanya Gava kepada anak buahnya yang bernama Lastri.

"Lastri sedang ada di kantor, Bu. Ada yang bisa Lastri bantu?."

"Tolong, kamu bisa datang ke rumah hari ini?."

"Ke rumah Bu Gava?. Bisa bu. Bisa sekali. Sebentar Lastri akan datang ke sana. Mohon izin menyelesaikan apa yang ada di sini dulu beberapa menit Bu."

"Baiklah, terima kasih. Saya cuma mau tanya? Itu surat-surat mobil yang biasa kamu pakai ke kantor semuanya lengkap kan?"

"Lengkap dong Bu. Memangnya ada apa Ibu menanyakan surat-surat mobil segala?"

Lastri memberanikan diri untuk bertanya meskipun bukan sifatnya selama ini menanyakan apa-apa yang diperintahkan oleh Gava.

Lastri adalah orang kepercayaan Gava di kantor itu. Dia juga menjabat sebagai sekretaris pribadi Gava.

Lastri adalah adik dari sahabat karibnya waktu Gava bersekolah di Sekolah Menengah Pertama.

Itu sebabnya Gava menempatkan Lastri di posisi sekretaris pribadinya. Dia sangat percaya kepada Lastri dan selama bekerja bersama Gava, Lastri nyaris tidak pernah melakukan hal-hal yang bisa merugikan baik itu bagi Gava pribadi maupun bagi perusahaan. Semuanya Lastri lakukan dengan sangat cermat. Gava menyayangi Lastri seperti juga menyayangi adiknya sendiri.

"Bu saya sudah selesai. Sebentar lagi saya akan datang ke rumah Ibu, mohon ditunggu ya."

"Iya Lastri. Terima kasih sekali. Saya mohon maaf sudah merepotkan. Kamu jangan marah ya."

"Kenapa saya harus marah, Bu. Ada alasan apa saya harus marah-marah kepada Ibu. Saya tidak perlu marah kepada Ibu, toh cuman menyuruh saya untuk datang ke rumah Ibu saja kan?"

"Iya. Tolong agak cepat ya Lastri!"

"Baik bu."

Mendengar apa yang disampaikan oleh Gava lantas muncul pertanyaan di dalam hati Lastri,

"Untuk apa Bu Gava menyuruhnya berangkat cepat-cepat?. Apakah ada permasalahan yang terjadi sehingga menginginkan Lastri berangkat lebih cepat?."

Lastri jadi bingung. Selama ini kehidupan Gava dan suaminya baik-baik saja. Tidak ada permasalahan yang tampak di permukaan. Jika saat ini Gava menunjukkan ada kegalauan pasti sedang terjadi permasalahan. Lastri tidak berani bertanya terlalu jauh. Itu bukan wewenangnya dan itu bukan wilayahnya.

Itu adalah merupakan privasi yang dimiliki oleh Bu Gava.

Sesampainya di rumah Gava, Lastri lantas turun dari mobil dan menemui Gava yang sudah duduk di beranda.

Lastri tersenyum manis kepada Gava sambil menyapa,

"Assalamualaikum Bu," ucap Lastri dengan sangat sopan.

"Wa'alaikumussalam."

"Silakan duduk Lastri. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu."

"Kira-kira tentang apa ya Bu?" tanya Lastri kepada Gava

"Begini, jika diizinkan aku mau pinjam mobilmu. Kamu membawa mobilku," sampai di kalimat itu Gava diam.

Dia sepertinya sedang mencari kalimat yang tepat untuk digunakan sebagai alasan meminjam mobil Lastri.

Gava memiliki mobil mewah sendiri harusnya dia bangga dengan mobil mewahnya, bukan lantas meminjam mobil Lastri yang biasa-biasa saja.

"Kalau saya, boleh-boleh saja Bu Gava meminjam mobil saya. Tidak masalah, tetapi apakah Bu Gava yakin akan bisa mengemudikan nya dengan baik?. Mobil saya tidak sebaik mobil Ibu, tidak selancar mobil yang Ibu familiar pakai. Pasti semuanya berbeda."

"Tidak apa-apa Lastri. Saya pinjam mobilnya boleh ya?." Gava tanpa meminta dan memohon kepada Lastri.

"Boleh Bu. Boleh saja. Silakan Ibu pakai. Ini kunci mobilnya dan ini surat-suratnya. Ini STNK nya. Ibu bisa membawanya."

"Hati-hati ya Bu, mobil saya mobil lama tidak seperti mobil Ibu."

"Baiklah. Terima kasih untuk kebaikanmu. Sebentar saya akan ambilkan kunci mobil saya agar kamu bisa membawa mobil saya untuk berangkat ke kantor."

Lastri lantas mencegah Gava. Dia melarang Gava untuk mengambilkan kunci mobil karena Lastri tidak akan menggunakan mobil mewah milik Gava.

"Tidak usah Bu. Tidak usah diambilkan kuncinya. Saya tidak akan memakai mobil mewah yang Ibu miliki. Saya akan berangkat ke kantor dengan naik taksi online saja. Sama saja kan Bu?"

"Kamu yakin Lastri tidak masalah naik taksi online?."

"Aduh Bu. Sejak dulu saya juga naik angkutan umum tidak masalah. Tidak akan menurunkan kehormatan kita."

"Yang akan membuat kehormatan kita menurun itu adalah ketika kita menjanjikan sesuatu kepada seseorang tetapi kita tidak mampu untuk menyelesaikan janji tersebut. Hal itu yang membuat kita akan menjadi orang yang tidak dihargai oleh orang lain.

Dan selama Lastri hidup pasti akan berusaha untuk melakukan hal itu Bu."

"Kalau hanya urusan meminjam mobil, saya bilang bahwa silakan saja mobilnya dipinjam. Saya tidak masalah dan suami saya yakin tidak ada masalah juga."

Gava tersenyum. Dia bangga sekali terhadap Lastri.

Selama ini Lastri memang dikenal sebagai pribadi yang baik dan menyenangkan di kantornya. Beberapa karyawan sering sekali menjadikan Lastri sebagai tempat curhat dan Lastri selalu menjadi teman yang baik. Dia tidak pernah menceritakan apa-apa yang sudah diceritakan oleh teman-temannya.

"Baiklah Bu kalau begitu. Lastri pulang dulu. Silakan Ibu pakai mobilnya. Semoga urusan Ibu hari ini berjalan lancar dan tidak ada masalah," ucap Lastri kepada Gava.

Gava menganggukkan kepalanya. Dia berterima kasih sekali kepada Lastri yang telah berkenan untuk meminjamkan mobilnya.

Sepeninggal Lastri dari rumah Gava. Dia lantas berkata kepada Mbak Tin bahwa dia akan pergi hari ini.

Gava menuju ke dalam mobil Lastri. Dia mencoba untuk menghidupkan mobil tersebut. Memang sangat berbeda dengan mobilnya sendiri yang memang berharga mahal dan mewah itu. Saat ini Gava membutuhkan mobil lain untuk mencari tahu kebenaran tentang Rasyid suaminya. Bila Gava menggunakan mobil pribadinya maka pasti Rasyid akan mengetahui bahwa dia sedang dibuntuti.

Sesuai cerita yang Rasyid katakan bahwa jam tiga sore rombongan mereka akan berangkat ke tempat yang sudah ditentukan.

Jarak antara kantor Rasyid dan tempat kunjungan kerja yang akan dituju memang sangat jauh tetapi Gava tetap bertekad untuk datang ke tempat itu dan mencari tahu kebenarannya. Jika dia sudah mengetahui kebenarannya maka dia tidak akan mendatangi Rasyid. Dia hanya akan mencari tahu saja tidak lebih.

Empat jam perjalanan melalui tol telah Gava tempuh. Setidaknya Gava sudah sampai di tempat tujuan. Dia hanya akan mencari di mana hotel yang disebutkan oleh Rasyid saat mereka berbincang-bincang.

Puji syukur kepada Allah ternyata Google berhasil menunjukkan Hotel tersebut.

Gava bersegera mendatangi Hotel itu untuk membuktikan apakah benar Rasyid dan kawan-kawan memang bermalam di sana.

"Selamat malam Mbak," sapa Gava kepada Resepsionis Hotel.

"Selamat malam juga. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Resepsionis Hotel itu kepada Gava.

"Permisi, apakah benar ada nama Bapak Rasyid Sulaiman yang bermalam di sini?"

Resepsionis hotel itu kemudian meminta kepada temannya untuk melakukan pengecekan atas nama tersebut.

"Mohon maaf Ibu. Atas nama Bapak Rasyid Sulaiman tidak ada di hotel ini. Mungkin di hotel yang lain," begitu penjelasan Resepsionis Hotel kepada Gava.

"Wah, mungkin atas nama Muhammad Arham," kata Gava menyebutkan teman satu perjalanan yang diceritakan oleh Rasyid.

Saat sarapan pagi tadi, Rasyid mengatalan kepadanya bahwa Pak Arham juga ikut melakukan Kunjungan Kerja di tempat yang sama dengan Rasyid.

Resepsionis Hotel itu kemudian mencari nama yang disebutkan oleh Gava.

Dan diapun berkata, "Mohon maaf Ibu. Nama Muhammad Arham juga tidak ada di list tamu hotel kami malam ini."

"Oh, begitu ya Mbak. Terima kasih ya, saya sudah merepotkan," kata Gava kepada Resepsionis tersebut.

Mereka kemudian saling bertukar senyum dan Gava meninggalkan hotel itu menuju mobil milik Lastri.

Di dalam mobil tersebut Gava berpikir keras, "Kenapa urusan bermalam saja, Mas Rasyid sampai lupa mengabarkan kepadaku bahwa hotelnya telah diganti?"

Dan sampai semalam ini juga, Mas Rasyid belum memberi aku kabar dia berada di mana?"