"Aku mohon maaf, aku tadi terlambat datang karena pimpinan mengajak aku untuk makan malam. Kebetulan teman-teman semuanya juga ikut. Aku jadi tidak enak mau menolak. Aku kepikiran kamu sih, cuman aku yakin kamu pasti akan mengerti selama aku tidak melakukan hal-hal yang menyimpang begitu kan?" ucapan Rasyid kepada Gava dengan penuh percaya diri.
Rasyid merasa seolah-olah Gava akan memaklumi semua kegiatannya. Itu sebabnya Rasyid menganggap bahwa kejadian malam ini adalah kejadian biasa.
Rasyid merasa, apa yang terjadi hari ini bukanlah hal yang terlalu prinsip. Hanya soal makan malam yang kebetulan batal. Masih bisa diganti dengan acara breakfast ataupun launch di esok harinya. Semuanya masih bisa diperbaiki. Jadi Rasyid percaya Gsva tidak akan marah ataupun kecewa.
Mendengar apa yang sudah diucapkan oleh Rasyid, Gava hanya tersenyum.
"Kamu baik-baik saja kan Mas?" tanya Gava kepada Rasyid.
Rasyid menjawab dengan satu kedipan mata.
"Kamu sudah makan malam?" tanya Rasyid kepada Gava.
Gava hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Sejak tadi dia memang belum makan malam karena sebenarnya dia menunggu Rasyid datang dan menemaninya makan malam bersama. Tetapi karena Rasyid pulang larut malam jadi sampai selarut ini Gava belum juga makan.
"Kenapa belum makan? Kamu bisa sakit kan? Harusnya kamu tetap saja makan," ucap Rasyid kepada Gava.
"Enggak apa-apa Mas. Aku nggak apa-apa kok, sebentar lagi aku juga ambil makanan. Mas Rasyid santai saja."
"Kamu tunggu di sini ya. Aku ambilkan makannya."
Rasyid tampak berdiri menuju dapur kemudian menuju ke kulkas dan memanasi makanan yang ada di kulkas. Gava merasa heran, bukan kebiasaan Rasyid seperti ini.
Tumben Rasyid mau melakukan semua ini. Biasanya kalau dia lapar,dia pasti akan berkata kepada Gava lalu Gava bangkit dari tidur atau duduknya ataupun melepaskan semua aktivitasnya hanya demi menyiapkan makanan untuk Rasyid.
Sedangkan Rasyid selama berumah tangga dengan Gava, dia sama sekali belum pernah mengambilkan makan untuk Gava. Baru malam ini Rasyid mengambilkan makanan untuk Gava.
Saat Rasyid melakukan sesuatu yang tidak biasa,Gava bukannya bahagia, justru muncul di dalam otak dan hatinya sebuah kekhawatiran besar. Sebuah tanda tanya yang teramat sangat besar.
Mengapa Rasyid sampai mau melakukan hal itu?. Apakah itu sebagai penebusan rasa bersalah? Ataukah hanya untuk menutupi apa-apa yang sudah dilakukannys?.
Ada banyak sekali pertanyaan di hati Gava. Dadanya bergemuruh. Dia tidak menyangka bahwa apa yang disampaikan oleh Bu Uzair begitu mempengaruhi pikiran dan hatinya.
Jujur, saat ini Gava sedang terpengaruh apa yang disampaikan oleh Bu Uzair. Gava yakin pasti ada rahasia yang disembunyikan oleh istri Uzair. Itu sebabnya Gava berusaha bersikap baik kepada Rasyidvdengan harapan Gava akan segera menemukan jika memang Rasyid ternyata berkhianat dari dirinya.
"Ini makan malamnya Tuan Putri."
"Silakan dimakan ya atau mau aku suapi juga?" tanya Rasyid kepada Gaba.
Gava hanya tersenyum menanggapi apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Dia lantas mengambil piring di tangan suaminya dan kemudian memakan makanan yang telah diambil kan oleh suaminya.
"Ini minumnya untuk Tuan Putri."
"Silakan diminum juga, supaya tidak tersedak nanti ketika makan," kata Rasyid lagi kepada Gava.
"Acaranya ramai ya Mas."
"Acara? Acara apa maksudnya?" tanya Rasyid kepada Gava.
Gava heran. Baru saja dia yang bercerita bahwa dia ada acara makan malam dengan Pimpinan. Dan teman-teman yang lain diundang juga tapi sekarang dia justru tidak ingat bahwa dia pernah menceritakan tentang hal itu. Rasanya lucu sekali.
"Acara makan malamnya ramai tidak?" tanya Gava kepada Rasyid.
Rasyid lantas tersenyum.
"Oh, acara makan malam yang kamu tanyakan. Aku pikir acara apa."
"Memangnya, ada acara lain yang tidak Mas Rasyid ceritakan ya?."
"Tidak juga. Acara hari ini hanya makan malam saja bersama pimpinan setelah kita semua melakukan aktifitas kita masing-masing. Tidak ada acara yang lain kok."
"Kenapa? Apa cerita dari istri Uzair itu belum juga hilang dari kepalanya ya." Pikir Gava menggumam dengan hatinya sendiri.
Dia tidak menyangka bahwa apa yang diceritakan oleh istri Uzair itu ternyata mempengaruhi dirinya.
Saat Gava sedang makan, Rasyid justru asyik dengan ponselnya di samping Gava.
Gava hanya melirik saja kepada laki-laki itu. Dia tidak percaya bahwa laki-laki itu akan menghianati nya.
Selama ini Rasyid adalah tambatan dalam kehidupannya. Mereka nyaris tidak pernah bertengkar tentang apapun.
Bila ada hal-hal yang tidak Gava suka, maka Gava pasti akan menyampaikannya kepada Rasyid. Tetapi begitu juga bila ada apa-apa yang tidak disukai oleh Rasyid maka Rasyid akan menyampaikannya kepada Gava.
Hal itu mereka lakukan semata-mata untuk menjaga rumah tangga mereka. Supaya diantara mereka berdua tidak kehilangan komunikasi.
Dan hal itu juga akhirnya yang membuat mereka menjadi langgeng sampai hari ini.
Makan malam Gava sudah selesai. Dia kemudian meminum beberapa teguk minuman yang sudah disediakan oleh Rasyid. Gava lantas berdiri hendak meletakkan piring bekas ia makan tadi ke tempat cuci piring yang ada di dapur, tetapi Rasyid mencegahnya
"Kamu mau kemana?" tanya Rasyid kepada Gava.
"Aku mau ke belakang untuk meletakkan piring bekas aku makan kan?."
"Sudah, tidak usah. Biar aku saja yang meletakkannya. Sekarang ini waktumu untuk santai setidaknya ini adalah caraku agar aku dapat lepas dari perasaan bersalah ku karena tidak bisa menemanimu makan malam."
Mendengar apa yang disampaikan oleh suaminya, Gava merasa lega.
Setidaknya, tidak ada kekhawatiran yang perlu dikembangkan dan besar-besarkan. Pasti baik-baik saja, setidaknya itu yang ada di dalam pikiran Gava saat ini.
Rasyid setelah kembali dari meletakkan piring bekas makan Gava. Kemudian meminta agar Gava tidur di pangkuannya.
Permintss Rasyid diikuti oleh Gava dengan bahagia. Dia rasanya sangat lega melihat suaminya ternyata tidak berubah sama sekali terhadap dirinya.
Rasyid mengusap-usap kepala dengan tangannya. Dia ingin sekali Gava merasakan betapa dia mencintai nya.
Saat mereka sedang asyik seperti itu tiba-tiba Rasyid berkata:
"Sayang, besok aku ada acara kunjungan kerja ke luar kota."
"Kamu jangan marah ya. Ini bagian dari tugasku. Aku yakin kamu pasti akan sangat mengerti.
Hati Gava kemudian bersorak.
"Oh ini maksudnya. Jadi ini alasannya kenapa sampai Mas Rasyid memperlakukan aku dengan baik malam ini.
Ternyata Mas Rasyid mau bilang kalau besok ada acara kunjungan kerja ke luar kota untuk beberapa hari."
Apa yang dilakukan Rasyid hari ini adalah adalah cara bagi Rasyid agar keinginannya bisa terpenuhi.
"Acara kunjungan kerjanya B?berapa lama Mas?" tanya Gava kepada suaminya.
"Tidak biasanya kau bertanya seperti ini?"
Biasanya jika Rasyid pingin pamit untuk kegiatan kantor Gava pasti akan langsung menganggukkan kepalanya tanda setuju tanpa bertanya hal-hal yang lebih banyak dari itu. Tapi kali ini sepertinya semuanya berbeda.
"Hanya tiga hari acaranya sebenarnya tanggal 6 tapi aku berangkat dari rumah besok tanggal 5. Jadi saat tiba di sana semuanya sudah fresh. Aku tidak ingin terburu-buru. Aku berangkat lebih cepat kemudian tanggal 7 pagi aku pulang."
"Memangnya bermalamnya di hotel apa Mas?" tanya Gava kepada Rasyid.
Rasyid lantas menyebutkan nama sebuah hotel tempat dia akan beristirahat ketika melaksanakan tugas kunjungan kerjanya.
"Silakan saja Mas. Selama itu adalah acara kantor, aku pasti tidak akan menghalangimu."
"Tapi surat perintah untuk kunjungan kerjanya,ada kan Mas?." Gava yang cerdas dan cerdik itu berkata kepada suaminya.
Mendengar pertanyaa Gava, suaminya kemudian memicingkan matanya.
"Ada. Pasti ada kok. Besok pagi akan aku fotokan terus kukirimkan kepadamu perintah kunjungan kerjanya supaya kamu percaya bahwa aku benar-benar melaksanakan perintah tersebut dan tidak sedang bersenang-senang saja."