"Saya juga tidak tahu, Tuan. Malam itu, Ketika kami hendak pulang, tiba-tiba langkah kami di hentikan oleh dua orang lelaki berwajah sangar. Jika Tuan tidak percaya, bisa tanyakan pada Nazwa." Sabrina mempertegas.
"Apa yang preman itu inginkan?" Azka sedikit menurunkan nada bicaranya.
"Saya juga tidak tahu, Tuan. Kami tidak membawa barang berharga. Preman seperti menginginkan saya, bahkan mereka mengetahui nama saya juga menyodorkan secarik kertas berisi poto saya," ungkap Sabrina dengan jelas mempertegas ucapannya.
Seketika Azka terkejut mendengar penuturan Sabrina yang membuat ia mengernyitkan dahi.
"Apa?"
Kali ini ia benar-benar merasa bersalah, kali ke dua ia telah mencurigai gadis manis yang sangat lugu yang tengah berdiri tepat di depan matanya.
"Ya sudah! kali ini kamu saya maafkan. Jangan pernah membohongi saya apapun itu karena saya tidak suka," ujar Azka.
"Tapi sebelumnya Tuan membuat saya jadi berbohong," sindir Sabrina sedikit mendongak.