"Rin! Kamu pura-pura lupa ya kalo kamu masih punya hutang sama aku!" tanya Nazwa sesaat setelah mereka merebahkan tubuhnya di atas kasur. Karena pukul 19.00 pun terkadang mereka sudah terlelap tidur.
"Kapan aku pinjam uangmu, Naz?" Sabrina membeliak ke arah Nazwa.
"Ya ampun ini orang bener-bener ya ngeselin," timpal Nazwa seraya membangunkan badannya kemudian duduk. "Lupa, apa pura-pura lupa sih, Rin!" Imbuhnya.
"Apaan sih, Naz. Hutang apaan?" Jawab Sabrina kemudian menempelkan punggungnya di dinding tembok.
"Masalah ponsel, Rin! Kamu belum jawab pertanyaan aku kan!" Nazwa memperjelas pertanyaannya.
"Oh iya, Naz. Aku baru ingat," jawab Sabrina cengengesan.
"Dari siapa?" Nazwa tak akan bisa tidur jika belum mendapat jawaban dari rasa penasaramnya.
"Dari, dari..."
Nazwa begitu antusias mengamati ucapan yang hendak keluar dari mulur sahabatnya itu. "Aduh lama amat sih, cepetan napa!" Cerocosnya.
"Dari, Tuan Azka," jawab Sabrina dengan senyum datar.