Chereads / The Contracted Madame Shin / Chapter 15 - Restu dari Ibu Amelia

Chapter 15 - Restu dari Ibu Amelia

Paman Amelia memerintahkan preman yang di bawanya untuk membawa paksa Amelia sebelum William dan Eric datang menyelamatkan Amelia dari tangan para preman.

"Sudah saya bilang lunasi semua hutang kontrak kerja Amelia sebelum bisa menikahkannya! Mana uangnya?" kata William emosi yang mendorong tubuh dari Paman Amelia.

"Mana ada seperti itu! Amelia saja kami nikahkan supaya dia bisa melunasi hutang bapaknya di koperasi sebesar tujuh puluh lima juta," Hardik Paman Amelia.

"Baiklah, saya yang akan melunasi hutang Bapak Amelia, maka saya berhak menikahi Amelia dan menjadi suaminya," William berkata dengan Bahasa Indonesia kepada paman Amelia dengan nada marah.

"Apalagi yang bisa kami dapat apabila kamu menikahi Amelia selain hutang almarhum kakakku yang lunas," tanya Paman Amelia dengan keingintahuannya.

"Apa maksudmu?" jawab William dengan nada yang masih marah.

"Calon suami Amelia adalah orang terkaya di desa kami kemudian dia akan menjadi salah satu wakil rakyat yang bisa menjadi kebanggaan bagi kami. Kamu apa yang bisa di banggakan?" tanya Paman Amelia meremehkan William.

"Saya sudah mapan dan bekerja di perusahaan internasional sebagai salah satu direktunya," jawab William yang merendahkan posisinya setelah menghentikan Eric untuk memberitahu posisinya yang sebenarnya.

"bawa uang tersebut ke rumah kami maka kita akan memutuskan siapa yang berhak menjadi suami dari Amelia!" Paman Amelia pergi meninggalkan rumah tersebut setelah Park Hoon mengatur bodyguard dari keluarga Shin mengikuti tuan muda mereka.

"Ibuk… Apakah ibuk tidak apa-apa?" Amelia menghampiri ibunya yang di popoh oleh Indah.

"Eric, cari tahu di mana teman Amelia bekerja dan minta ijin atas namaku untuknya. Supaya dia bisa menemani ibu Amelia," perintah dari William yang melihat situasi di depannya.

"Hoon, telepon ke perusahaan pusat untuk mempersiapkan uang dua ratus juta tunai dan membayar lunas hutang koperasi Bapak Amelia sekarang juga. Masukan semua itu ke dalam pengeluaran pribadiku dan ambil dari rekening pribadiku," perintah William kepada asistennya yang segera menelpon ke kantor pusat. Park Hoon mengatur semuanya dengan efisien tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Amelia membawa ibunya ke dalam kamar dengan Indah. Mereka kawatir dengan kondisi ibu Amelia yang terlihat pucat pasi.

"Pak, bisakah anda menolong saya untuk membawa ibu ke rumah sakit," pinta Amelia dengan panik kepada atasannya tersebut.

Pak William segera membantu Amelia untuk membopong Ibu Amelia ke dalam mobil. Indah pun segera menyusul masuk ke dalam mobil dengan tas tangannya dan Amelia yang sedang panik.

Pak Eric membawa mereka ke rumah sakit international di bawah PT Shina di bali. Park Hoon juga melakukan telepon ke direktur rumah sakit yang memberitahu tentang kedatangan mereka.

Ibu Amelia langsung mendapatkan penanganan dengan spesial Ketika komisaris utama dari kantor pusat membawa pasien ke rumah sakit miliknya.

Ibu Amelia akhirnya bisa mendapatkan pertolongan pertama dan segera meminta William untuk berbicara dengannya.

"Ibu, apa yang bisa saya bantu?" tanya William Ketika memasuki ruangan presidential suite yang di alokasikan untuk ibu Amelia.

"Tu, Indah, bisakah ibu berbicara sendirian dengan Pak William?" pinta Ibu Amelia dengan lirih.

Amelia ingin membantah ibunya Ketika Indah menyeret tubuh sahabatnya keluar dari kamar perawatan ibunya.

"William, pasti dokter telah memberitahu mengenai penyakit dari ibu. Tolong sembunyikan semua itu dari Amelia. Ibu memohon kepadamu," Ibu Amelia memberitahu kepada William yang duduk di samping tempat tidurnya.

"Bu, saya sudah tahu penyakit ibu tetapi bukan berarti tidak ada jalan untuk mengobatinya. Ibu akan menjalani operasi pemasangan ring di jantung ibu dan beberapa perawatan untuk mengobati penyakit jantung ibu," William memegang tangan dari ibu Amelia untuk menenangkannya.

"tetapi uang dari mana untuk biaya operasi dan perawatan ibu? Ibu tidak bisa terus menerus membebani anak ibu dengan hutang," jawab ibu Amelia dengan sedih mengingat tentang nasib putrinya.

"Ibu tidak perlu kawatir untuk masalah keuangan. Saya yang akan menanggung semua pengobatan ibu. Tetapi Amelia tidak perlu thau mengenai hal ini," pinta William dengan tulus kepada Ibu Amelia.

"Nak, Ibu mau meminta tolong mengenai sesuatu. Bolehkah ibu dengan berani dan lancang meminta William untuk menikahi Amelia seperti yang anda katakan kepada pamannya tadi pagi," permintaan ibu Amelia kepada William dengan suaranya yang lemah.

"Ibu, apabila ibu mengijinkan saya menjadi menantu laki-laki anda, maka saya akan menikahi Amelia hari ini juga," William meyakinkan kepada Wanita yang terbaring di atas Kasur rumah sakit tersebut.

"Ibu setuju dengan semua keputusanmu untuk menikahi Amelia hari ini. Ibu tidak rela bahwa hidup Amelia menjadi alat untuk keserakahan dari neneknya," jawab ibu Amelia dengan tegas.

"Saya berjanji untuk menjaga Amelia, bu. Saya akan menikahinya hari ini dan sekarang saya meminta restu dari ibu," William memohon restu kepada Ibu Amelia.

"Baiklah. Saya akan mempercayakan anak dan hart apaling berhargaku kepadamu. Jangan sekali-kali kau kianati hati anakku. Saya akan membunuhmu dengan kedua tanganku," ancam ibu Amelia dengan mata yang membara.

"Saya berjanji tidak akan menyakitinya dan menjaganya seumur hidupnya," janji William kepada Wanita paruh baya tersebut.

"baiklah, saya akan pegang janji darimu untuk membahagiakan anak perempuanku," kata Ibu Amelia dengan lirih dan lunglai. Tampaknya obat penenang yang ada di dalam cairna infusnya sudah mulai bekerja.