Mereka tiba di Jakarta setelah hampir satu setengah jam perjalanan dengan pesawaat udara. Mereka mendarat di bandara halim Perdana Kusuma dan langsung di jemput oleh mobil Alphard milik Pak Willy yang di sediakan khusus ketika kunjungan ke Jakarta.
Mereka pergi ke kedutaan negara korea selatan ketika mereka langsung masuk ke ruangan khusus dengan yang terhormat duta besar Korea Selatan dan petugas pernikahan.
"Kamu hanya perlu mengatakan yes kalau namamu di panggil," bisik William ke telinga calon istrinya tersebut.
Tampaknya Amelia mendengarkan semua nasehat dari William. Ketika petugas pernikahan mempertanyakan kesediaan Amelia untuk menjadi istri dari William, maka Amelia menjawab dengan iya.
Di setiap pertanyaan yang di lontarkan oleh petugas pernikahan dan bapak duta besar kepada Amelia, maka dia langsung menjawab iya tanpa memikir terlebih dahulu.
Amelia benar-benar tidak mengerti semua perkataan mereka yang bercampur antara Bahasa Inggris dan Korea.
Untungnya, William terus memegang tangan Amelia dengan hangat dan mensupportnya selama acara tersebut.
"Apa yang baru saja ditanyakan oleh petugas kedutaan tersebut? Tampaknya kita sekarang seperti sedang menikah saja," bisik Amelia kepada William.
Mereka berdua terlihat mesra bak seorang pasangan yang dimabuk cinta. Jadi petugas pernikahan dan duta besar Korea Selatan tidak curiga dengan pernikahan mereka.
"Tampaknya kamu benar-benar ingin menikah denganku. Baiklah akan kukabulkan keinginanmu untuk menjadi istriku," bisik William ke telinga Amelia yang membuatnya tersipu malu mendengar bisikan atasannya tersebut.
"Bapak mulai lagi. Sudah kita harus mendengarkan semua perkataan mereka bukan," Amelia mengalihkan perhatian dari William.
Acara tersebut selesai dengan penandatangan berkas-berkas untuk sertifikat pernikahan mereka dan visa ke korea selatan sebagai pasangan istri dari warga negara korea selatan.
"Bos, Tuan besar baru saja menghubungi dan meminta anda untuk Kembali ke Korea segera karena nyonya tua harus dilarikan ke rumah sakit," bisik dari Park Hoon ke telinga dari William.
"Persiapkan pesawat dan sediakan penerjemah Bahasa korea ke Indonesia untuk Amelia. Saya mau dia adalah perempuan dan bukan lelaki," perintah William kepada asistennya.
William tidak akan mengijinkan istrinya untuk disentuh atau didekati oleh lelaki lainnya. Amelia adalah milik dari William. Tidak ada yang boleh menyentuh istrinya.
"Bapak Duta besar Han, saya minta maaf karena kelancangan dari keperluan mendesak dari keluarga kami di Seoul. Bisakah ada Visa emergency untuk istri saya supaya kami bisa terbang langsung ke Seoul malam ini? Nenek saya harus masuk ke rumah sakit karena sakit. berita ini baru saja saya terima," William menjelaskan dalam bahasa Korea.
"Bisa. Anggap saja ini adalah hadiah pernikahan dari saya. Jangan lupa untuk menyampaikan salam saya ke keluarga anda terutama ibumu," kata duta besar tersebut dengan tersenyum sebelum menjabat tangannya untuk menyelamatinya.
Amelia sedang berbincang dengan Pak Eric setelah menandatangi beberapa surat dan sertifikat nikah mereka yang sah secara hukum.
"Apakah kamu tidak mengerti sama sekali?" tanya Pak Eric dengan takjub dengan kebodohan dari anak sahabatnya tersebut.
"Kepala saya langsung berdenyut-denyut pusing mendengarkan lanunan Bahasa inggris dari petugasnya. Bapak sudah menyuruh saya les Bahasa Inggris. Entah kenapa tidak ada yang masuk ke dalam otakku," Amelia menjelaskan kepada Pak Eric tentang kemampuannya untuk belajar.
"Astaga Naga. Kamu harus belajar secara atasanmu adalah orang dari negara lain. Apa jadinya kalau kamu salah mengartikan semuanya," Pak Eric terkejut dengan kepolosan dari Amelia.
"Iya Pak. Nanti Amel belajar pelan-pelan," jawab Amelia dengan lirih dan muka yang tertunduk ke bawah.
William telah selesai berbicara sedikit bisnis dengan duta besar korea selatan dan menghampiri Amelia dan Pak Eric.
"Eric, kamu harus pulang ke Bali dengan pesawat komersial. Masukan semua tagihan ke kantor untuk biaya pulangmu ke Bali.
Mampir ke kantor pusat untuk bertemu direktur keuangan yang sudah menyelesaikan semua tugas yang kuberikan," William tidak menjelaskan semuanya di depan Amelia. Tetapi Eric mengerti semua dari
William mempersiapkan beberapa uang tunai untuk keperluan Ibu dari Amelia. Tidak lupa, William menyuruh direktur keuangan untuk menyelesaikan utang dari Bapak dari Amelia di Koperasi di desa mereka dan meminta mereka memberikan bukti pembayaran supaya Eric bisa menggurusnya.
Eric pun mengangguk setuju dengan perintah dari William kepadanya.
"Kemana kita apabila Pak Eric pulang sendirian ke Bali?" tanya Amelia dengan lugunya.
"Kita akan terbang ke Seoul sekarang. Kedutaan sudah mengeluarkan visamu," jawab William kepada Amelia dan semuanya.
"Pak, berapa lama kita harus berada di pesawat?" tanya Amelia Kembali yang masih belum terbiasa dengan perjalanan udara.
"nanti kita bisa tidur di dalam pesawat udara," jawab dari William kepada gadis lugu di depannya. Dia lantas menarik tangannya dan membawanya kembali masuk ke dalam mobil.
Mereka di antar menuju ke bandara udara dimana Park Hoon mengurus semua kebutuhan penerbangan mereka.