"Ada Apa?" ketuk William dari luar pintu kamar mandi dengan kawatir akan keadaan istrinya. Dia mendengar suara teriakan dari kamar mandi.
Di dalam pikiran William mulai berpikir yang tidak di inginkannya. William bahakan teringgat kecelakaan yang menimpanya lima tahun yang lalu.
William segera mengetuk pintu dengan keras supaya Amelia membuka pintu atau dia bisa membuka paksa pintu kamar mandi tersebut.
"Pak apa yang harus saya lakukan? Leher dan dada saya penuh dengan bekas gigitan," Amelia membalut tubuhnya dengan handuk dan membuka sedikit pintu untuk menghadap ke atasannya.
Belum lagi seluruh tubuh Amelia sedikit merasa tidak nyaman. Tetapi yang lebih utama, Amelia menjadi sangat malu menghadap ke atasannya.
"Tidak apa-apa. Saya pikir kamu jatuh atau mengalami sesuatu. Saya akan menyiapkan baju ganti untukmu," Kata William dengan sedikit tenang mengetahui semua alasan dari istri barunya tersebut yang merasa malu. William bergegas membuka lemari penyimpanan pakaian untuk menemukan pakaian ganti untuk Amelia.
Apabila dia tidak salah, masih terdapat pakaian Yu Na di pesawat ini. William menemukannya di closet yang terkunci setelah menemukan kuncinya di antara kancing manset untuk kemejanya.
William menggambil satu gaun dengan lengan pendek bermotif bunga-bunga. Tidak lupa, dia juga mengambil satu set bra dan celana dalam berwarna hitam renda-renda yang masih mempunyai label harga.
William segera mengetuk pintu kamar mandi tersebut dan memberikan baju ganti untuk Amelia gunakan.
Amelia terbelalak melihat celana dalam mini dengan bahan renda bersama bra berbahan sama.
"Pak, kemana pakaian saya?" tanya Amelia setelah mandi dan membuka sedikit pintu kamar mandi.
"Sudah saya buang. Pakaian tersebut sudah kotor," jawab William yang sudah mengganti jubah mandinya dengan pakaian kerja resmi.
Amelia terpesona melihat pakaian suaminya yang mengunakan kemeja putih dengan jas dan celana berwarna biru tua dan dasi silver bermotif kota-kotak.
William membuat rambutnya yang tadinya turun menutupi dahinya menjadi rapi kebelakang sehingga membuat wajahnya menjadi seorang pemimpin perusahaan yang mumpuni.
Amelia yang merasa merah padam melihat kegantengan dari suaminya tersebut segera menutup pintu kamar mandi dengan dada yang berdebar-debar.
Amelia kembali masuk ke kamar mandi dengan muka malu dan merah padam. Dia mengerutu di dalam hatinya mengenai kebiasaan buruk dari atasannya.
Dia tidak ada pilihan selain memakai pakaian yang telah di sediakan oleh atasannya. Hanya saja, Amelia merasa sedikit risih dengan bekas berwarna biru yang memenuhi leher dan dadanya.
Amelia memutuskan untuk duduk di dalam kamar mandi karena malu dan tidak sanggup menghadapi atasannya. Dia masih terbayang-bayang semua kegiatan terlarang mereka sebelumnya.
"Ahh, Aku yang memulainya. Amelia kenapa kebodohanmu menyebabkan semua hal ini!" kata Amelia di depan kaca di kamar mandi.
Semua ciuman panas dan sentuhan dari Pak William membuat Amelia menjadi gila. Dia tidak pernah merasakan sesuatu rasa yang membuncah dari dalam tubuhnya.
Terdengar suara ketukan di depan pintu kamar mandi yang membuat Amelia semakin gugup untuk membuka pintu.
Amelia menjadi gugup dan berdebar-debar ketika teringat soal nafsu yang mereka lakukan tadi sore.
"Amel, kamu tidak apa-apa? Kenapa kamu masih berada di dalam kamar mandi?" tanya William dengan kawatir.
"Saya tidak apa-apa. Saya masih memakai pakaian," kata Amelia yang menyembunyikan rasa malunya.
"Pilot akan mendarat di Seoul. Kita harus duduk kembali dan memakai sabuk pengaman," Kata William dari luar pintu kamar mandi.
Tidak lama kemudian, Amelia membuka pintu kamar mandi dengan menggunakan pakaian yang di berikan oleh William.
Yu Na tidak pernah suka memakai pakaian berwarna pastel dengan detail motif bunga-bunga seperti ini.
Pakaian ini disiapkan oleh William untuk Yu Na tetapi tidak pernah di pilihnya atau di pakainya. Tetapi, Pakaian tersebut terlihat sempurna di tubuh sintal Amelia yang membuat kulitnya menjadi lebih cerah.
"Ada apa Amelia?" tanya William melihat polah dari Amelia yang terus menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, Pak," jawab Amelia sambil berjalan kembali ke luar kamar menuju ke tempat duduknya.
Kali ini, Amelia memilih tempat duduk di samping Park Hoon yang kosong. William sedikit kaget melihat perlakuan dari Amelia yang tampak menghindar darinya.
Park Hoon segera berdiri untuk memberikan tempat duduknya kepada William yang segera ditolak.
Apabila Amelia memilih untuk menghindarinya maka dia dipersilahkan mendapatkan apa yang dia inginkan. William akan dengan sabar menuruti semua keinginan dari istrinya yang masih berumur sangat muda.