Chereads / The Contracted Madame Shin / Chapter 21 - Malam Pertama

Chapter 21 - Malam Pertama

Dia melepaskan baju kemejanya dan memperlihatkan badannya yang kekar. Dia mendorong Amelia hingga terlentang di atas tempat tidur ketika William melepaskan celana hitam dari tubuh istrinya dan memperlihatkan celana katun putih.

William menindih tubuh istrinya dengan tubuhnya dan mulai melumat bibir tipis berwarna merah muda.

Akhirnya Amelia merasakan sedikit kenyamanan yang tidak bisa di utarakan dengan kata-kata dari dalam tubuhnya.

William tidak berhenti hanya di bibir Amelia yang kemudian turun ke leher dan sampai ke belahan dada dari istrinya.

William menyibakkan penutup dada dari istrinya yang kemudian membuat kedua buah dadanya keluar dengan bebas.

William melumat punting susu Amelia bergantian hingga mengeras. Yang tidak bisa dipungkiri, Amelia merasakan kenikmatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Tubuhnya tidak merasa panas dan dia bisa berpikir dengan jernih. Tetapi apa yang dilakukan oleh atasannya.

"Pak, arghhhh. Ohhhhh," rintihan yang keluar dari mulut Amelia yang sebenarnya berusaha menghentikan semua perbuatan ini.

Tetapi dia seperti jelly yang lumer di dalam mulut ketika William mulai memegang dan memainkan mutiara kecil di area kewanitaannya.

Amelia hanya bisa mendesah dan menggigit bibir bawahnya sambil meegang erat rambut dari William.

"Panggil namaku, Amel!" perintah William yang sedang menghujamkan lidahnya ke dalam area sensitive di kewanitaannya.

"William…" Desah sensual yang keluar dari mulut kecil Amelia yang membuat William menjadi semakin liar.

William melepaskan celananya dan membebaskan alat kelaminya yang telah mengeras. Dia menggosok-gosokkan adik lelakinya ke arah bibir vagina dari Amelia yang telah basah dan siap untuk di masuki oleh William.

Amelia yang menyadari akan perbuatan dari atasannya yang akan menyetubuhinya, segera ingin menghentikannya. Tetapi sebelum Amelia berhasil mendorong dan menghentikan atasannya.

William telah memasuki tubuh Amelia yang melekuk kebelakang akibat kesakitan. Rasa sakit tersebut mengalahkan semua rasa enak yang melanda tubuh Amelia sebelumnya.

"Arghhh. Sakit!" Amelia mencengkeram erat pundak dari William yang mulai menggerakkan tubuhnya dengan irama yang lembut.

William segera membalikkan badan kecil dan molek dari Amelia. Posisinya kali ini tengkurap seperti merangkak dengan lutut tertekuk menyangga tubuhnya bersama kedua tanggannya.

William segera memasuki tubuh dari istrinya kembali dan memainkan putting susunya yang mengeras.

William melihat darah yang keluar dari area kewanitaannya. Itu menandakan bahwa William adalah orang pertama yang memiliki tubuh dari Amelia.

Kali ini William benar-benar membuat Amelia terbang ke langit ke tujuh dengan kenikmatan yang membanjiri tubuhnya.

Amelia merasakan gelombang kenikmatan hingga dia mendesah dan berteriak karena gerakan tubuh dari William yang memenuhi bagian bawah perutnya.

"Siapa aku, Amelia?" tanya William yang terus mengerakkan tubuhnya berirama hingga Amelia dibuat gila dengan semua ini.

"William. Ahhhh. Ooohhhh. Pak," erang Amelia yang hanya bisa merasakan semua godaan dari William hingga Amelia tidak bisa menahan dirinya.

Amelia akhirnya sampai ke puncak dari kenikmatan dan merasakan orgasme untuk untuk pertama kalinya.

William mengambil tisu untuk membersihkan darah dan semua cairan yang keluar dari lubang kewanitaan dari Amelia.

"Ppak, apa yang akan terjadi dengan status saya?" tanya Amelia yang tersengal-sengal dengan muka merah padam.

"Kamu adalah istri saya setelah ini. Jadi hanya saya yang boleh menyentuh tubuh ini," William memegang kedua tangan Amelia ke atas kepalanya dan melumat kembali puting dari istrinya.

Kali ini William menggunakan semua kemampuannya untuk memuaskan kembali istrinya dan membawanya kembali ke lautan gairah asmara.

Amelia tidak menyangka bahwa dia menjadi wanita dari atasannya. Tanpa malu, Amelia terus meneriakkan nama atasannya hingga William memenuhi tubuhnya dengan cairan putih ketika Amelia telah menyampai ke orgasme keduanya.

William jatuh menindih tubuh telanjang Amelia. Nafasnya yang terenggal-enggal setelah semua kegiatan mereka berdua.

William menggulingkan tubuhnya ke samping sambil merengkuh tubuh Amelia yang lemas lunglai.

"Kamu adalah milik saya," kata William dengan tegas kepada Amelia yang menyembunyikan mukanya yang merah padam.

William mencium ujung kepala dari Amelia sebelum dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tidak lama kemudian, William keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jubah mandi di tubuhnya.

William menyelimuti tubuh Amelia dengan selimut setelah menemukan dia tertidur pulas sambil menutup mukanya dengan bantal.

William mengguap dan merebahkan dirinya di samping Amelia. Dia merengkuh tubuhnya ke dalam lengannya sebelum menyusul ke dunia mimpi.

So Jin yang telah terekpos semua rencana buruknya tidak berani untuk mengetok ke kamar tidur untuk memberitahu tentang pendaratan mereka ke bandara Incheon.

Pramugari tersebut telah mengganti pakaiannya dengan seragam kerja dan segera membanggunkan Park Hoon.

Asisten dari William terbangun dengan kaget setelah tidur dengan pulas selama enam jam lamanya. Park Hoon meluruskan badannya untuk meregangkan tubuhnya.

"Pak, kita akan mendarat setengah jam lagi di bandara udara Incheon. Bisakah anda memberitahu tuan muda Shin yang sedang beristirahat di kamar tidur," So Jin memberitahu kepada Park Hoon.

Tentu saja, Park Hoon segera berdiri dan berjalan dengan muka segarnya. Dia mengetuk dengan sopan ke pintu dari kamar tidur dari atasannya.

"Pak, kita akan mendarat di Incheon," kata Park Hoon di depan pintu.

William mendengarkan suara dari Asistennya segera menjawab dengan suara seraknya.

"Amel sayang, bangun. Kamu harus mandi dan bersiap-siap," bisik dari William yang berusaha membangunkan istrinya.

"Hmmm, saya masih mengantuk," kata Amelia yang tidak mau bangun dari tidurnya.

"Ayo. Nanti kamu bisa tidur kembali di rumah saya," bisik William yang segera duduk. Amelia yang segera jalan ke kamar mandi dengan telanjang bulat dan mata tertutup. Amelia segera berteriak ketika melihat badannya di depan kaca.