Dia bergegas menuju ke area kantor dari Pak Eric yang sedang mempersiapkan sarapan pagi dari Pak William.
"Selamat Pagi, Pak Eric," Sapaku dengan sopan.
"Kamu akhirnya masuk juga. Cepat segera ke kamar tidur Pak Will untuk merapikannya. Sudah seminggu tidak ada yang bisa merapikan kamar beliau dan boleh memasuki kamar beliau," perintah Pak Eric kepadaku.
Hal tersebut membawaku ke masa lalu ketika aku kali pertama bekerja di rumah ini. Aku dengan lancangnya memasuki kamar Pak William.
Amelia yang masih anak baru notabene tanpa adanya instruksi dan hanya mempunyai rasa pembuktian yang lebih besar, berani untuk memasuki kamar keramat bagi seluruh karyawan di villa Pak William, yaitu kamar tidur beliau.
Amelia yang awalnya seorang gadis lugu dan berjalan memasuki kamar tidur tersebut yang di penuhi oleh foto seorang gadis muda berparas cantik segera membereskan foto tersebut dan menata kamar tersebut hingga rapi.
Tetapi dalam hati Amel, dia berpikir bahwa pemilik rumah besar seperti ini adalah orang dengan umur seperti bapaknya.
'Berani-beraninya dia masih memikirkan gadis muda untuk dijadikan istrinya. Ih, pasti dia termasuk om-om hidung belang,' kata Amelia di dalam hatinya sambil menganti sprei dan merapikan tempat tidur sebelum membuka tirai kamar tersebut.
Amelia tidak membutuhkan waktu lama untuk merapikan kamar yang seperti kapal pecah tersebut dan segera pindah ke kamar mandi sebelum menabrak seorang lelaki muda yang hanya berbalut handuk di bagian pinggangnya.
"Kamu!" Amelia segera menutup matanya dengan pipi yang bersemu merah melihat tubuh telanjang pria tersebut dari posisi terduduk di atas lantai akibat terjerembab.
"Kurang Ajar! Siapa yang mengijinkanmu masuk ke dalam kamarku! KELUAR SEKARANG!" Hardik William yang segera mengambil handuk yang terjatuh di atas lantai.
"Enak saja nyuruh saya keluar. Bapak itu siapa berani-beraninya memakai kamar mandi dari Pak Boss. Ayok pak ikut saya ketemu dengan bapak manajer saya. Bisa-bisanya bapak lancang," Jawab Amelia dengan berani dan segera menarik tangan William yang berusaha menutupi alat kelaminnya.
Amelia tidak mempedulikan tentang kondisi William yang masih telanjang bulat dan menariknya menuju ke ruangan Pak Erik yang segera mempunyai lutut yang lemas melihat pemilik perusahaan sedang di arak keliling rumah dengan kondisi telanjang bulat.
Keringat dingin membasahi peluh dari tubuh Pak Eric yang segera bergegas mengambil jubah mandi dan menutupi tubuh pemilik rumah dan perusahaan.
Terlihat aura ingin membunuh keluar dari tubuh William dan ingin membunuh siapapun yang sedang berada di dalam dalam ruangan tersebut.
Pak Eric mengalami sesak di dalam tubuhnya dan segera mengambil botol minumnya untuk menenangkan dirinya menghadapi kemarahan dari bosnya yang tidak bisa dibendung Kembali.
"PECAT SEMUA KARYAWAN YANG MELIHATKU BUGIL TELANJANG DAN MINTA MEREKA UNTUK MENANDATANGANI SURAT PERJANJIAN DAN MENGAHPUS FOTO TELANJANG DIRIKU DARI PONSEL MEREKA APABILA MEREKA MAU MENDAPATKAN PESANGON," perintah dari William.
"Lalu nasibnya gimana, Pak?" tunjuk Pak Eric ke arahku.
"Pak Eric gimana sih? Kan dia itu beraninya memakai kamar utama dari pemilik perusahaan koq ternyata malah bebas menindas karyawan yang tidak bersalah," Hardik Amelia dengan sedikit keras kepala.
"Kamu tahu siapa beliau yang baru saja kamu permalukan?" tanya Pak Eric mengenai status lelaki yang sudah menduduki kursi dari Pak Eric.
"Engga. Tapi Pak, saya menemukan dia memakai kamar mandi dan mengotori kamar Pak William sebagai pemilik dari rumah mewah ini. Saya sebagai pegawai kan hanya menjalankan tugas saya untuk membersihkan dan menjaga keutuhan dari rumah Pak William," Jawab Amelia dengan polos sehinga hal tersebut membuat Will menjadi lupa akan kemarahannya.
"Kamu tahu siapa saya?" tanya Will yang duduk di kursi kerja milik Pak Eric dan menatap tajam ke arah Amelia.
"Ga tau pak. Kalau saya tau mana mungkin saya bawa bapak ke ruangan manager saya. Bapak maaf itu adalah kursi milik manager saya jadi lebih baik bapak tidak duduk di kursi tersebut," Jawabb Amelia dengan ketusnya. Di dalam hatinya dekat dengan tenggorokan yang tercekat melihat tingkah arogan dari lelaki yang lancing tersebut.
"Amelia, sudah kamu minta maaf lalu pergi ke area dapur untuk membantu Pak Wayan," perintah dari Pak Erik.
"Kenapa Pak, saya harus minta maaf? Saya tidak merasa salah," penolakan dari Amelia yang merasa benar. Hal ini merupakan salah satu tabiat buruk dari Amelia yang sangat penting untuk dirubah sebelum kematian dari ayahnya.
"Sudah! Nanti saya yang akan menjelaskan kepadamu mengenai semua kejadian ini," Bisik Pak Eric yang merasa bahwa kemarahan dari Pak William memuncak.
Amelia berusaha untuk membantah atasannya sebelum dia mematuhi intruksi dari atasan langsungnya. Dia membalikan badan dan akan keluar dari ruangan tersebut sebelum mendengar sebuah perintah keras dari pria yang duduk di kursi kerja Pak Eric.
"BERHENTI!" kata Will dengan keras yang membuat Amelia membatalkan langkahnya untuk keluar dari ruangan.