Tak disangka-sang, entah datang dari mmana sebuah panah dengan kobaran api itu menyerang para bandit, membuat makhluk itu terbakar dan melepuh bagai abu. Panah yang awalnya hanya beberapa saja, kinj semakin banyak dan terus menghujani para bandit tanpa menggores sedikit pun manusia yang masih hidup di sana.
Putri Cerllynda dapat melihat seorang pria, lebih tepatnya seorang pemuda yang berdiri pada dahan pohon besar yang tak jauh darinya. Bajunya berkibar oleh angin dan tangannya bergerak lincah memanah semua bandit itu.
"Khiaaaaa!" Kini dia melompat dari dahan pohon itu turun ke bawah dan menancapkan tombaknya yang berkobar api di sana, menggerakkan tombak itu dengan ganas dan berhasil membuat para bandit yang tersisa itu mundur ketakutan.
Pemuda itu menghela napas lega saat semua bandit tak ada lagi yang berani mendekati para manusia kini. Putri Cerllynda dan seluruh pengawal di sana terkejut sekaligu terkagum-kagum dengan pemuda yang diyakini bukan sembarang orang.
"Kau, terimakasih telah menolong kami," ucap Putri Cerllynda yang berjalan mendekati pemuda yang terengah-engah itu dari belakang. Pemuda yang di dekatinya itu menoleh ke belakang dan tersenyum manis.
"Aku rasa Tuan Putri terluka. Kau sudah berada di ujung hutan dekat perkampungan, lebih tepatnya sebentar lagi Tuan Putri akan keluar dari hutan ini. Mari aku antar keluar dari hutan ini sebelum mereka semua kembali mendekati kita," ucap pemuda itu dengan sopan.
Dia berjalan di depan kereta kuda sang putri. Hal yang cukup mengejutkan, sang putri tidak ingin masuk ke dalam keretanya dan bersikeras untuk berjalan di bersama pemuda yang baru saja menyelatkan nyawanya. Namun, semua orang di sana melarangnya untuk berjalan, sehingga salah satu pengawal turun dari kudanya dan memberikan kuda itu kepada sang putri. Gadis itu menerimanya dan berjalan beriringan dengan pemuda yang menolongnya itu membimbing jalannya kuda.
"Tuan, kau telah menolong nyawaku. Aku sangat verterimakasih padamu. Jika, boleh tahu, siapa namamu Tuan?" Pemuda itu mengangkat wajahnya memandangi wajah gadis yang terlihat cantik di bawah sinar rembulan ini.
"Aku Gresslya Tuan Putri. Rumahku tidak jauh dati sini, dan aku mencium bau bandit dari hutan dekat rumahku. Lantas aku segera melihat-lihat keadaan, dan dugaanku memang benar jika ada sekelompok manusia yang diserang bandit. Jika suatu hari Tuan Putri bertemu bandit, gunakanlah api untuk melukai bandit hingga terbakar hangus. Mereka lemah terhadap api Tuan Putri."
Putri Cerllynda mengangguk kecil saambil tersenyum manis kepada pemuda yang tengah membimbing jalannya kuda. Wajahnya tampan, cukup tinggi, mata hitam, rambut iklan sebahu. Putri Cerllynda mengamati tubuh Pemuda itu dengan seksama. Gressylia memiliki tubuh yang sangat indah dengan dada bidangnya. Apalagi di punggungnya itu ada busur panah yang seakan sudah seperti teman setianya.
"Kau sangat hebat Tuan Gressylia, aku sangat berterimakasih atas pertolonganmu ini," ucap Putri Cerllymda dengan hati yang tak henti-hentinya berterimakasih dan mengagumi pemuda bernama Gressylia itu.
"Tidak usah berlebihan Tuan Putri, itu adalah tugasku yang dekat dengan hutan untuk menolong siapa pun yang tengah diganggu bandit. Ah, itu rumahku sudah terlihat. Sangat kecil memang dan hampir rubuh, tapi setidaknya Tuan Putri dapat disembuhkan di sanna. Mari!"
Gressylia melangkah lebih cepat dan mengikat tali kuda pada salah satu pohon dekat rumahnya. Baru saja akan membuka pintu rumahnya, namun pintu itu terbuka lebih dulu dan memperlihatkan dua gadis mungil berumur 4 tahun itu di depan pintu.
"Kemana saja kau Kak, kenapa malam seperti baru kembali!" tegur gadis mungil itu dengan wajah ditekuk. Namun, dia langsung memberi salam saat melihat gadis di belakang tubuh Gressylia.
"Rana, aku membutuhkan bantuanmu. Tuan Putri Cerllynda terluka karena diserang bandit tadi di hutan, dan di mana Rina, suruh dia buatkan teh untuk Tuan Putri!"
"Baik Kak," jawab gadis mungil itu berlalu memanggil adik kembarnya yang ada di dalam kamar. Dsedangkan Gressylia membawa Putri Cerllynda untuk masuk dan duduk di atas tikar.
Rina audah kembali dan duduk di samping Putri Cerllynda yang memang terluka. Lengan bagian atasnya yang memang dibalut kain putih itu telah berubah menjadi merah darah, darahnya terus keluar deras.
"Tidurlah Tuan Putri, aku akan menyembuhkanmu," ucap Rina dengan nada yang sangat menggemaskan ala-ala anak kecil itu. Namun, anehnya bagi Putri Cerllynda tentang pertumbuhan gadis mungil itu tampak lebih dewasa dan mengerti banyak hal.
"Ini tehnya," ujar Rina menghampiri ketiga orang itu dan menaruhnya di sisi tubuh Cerllynda yang memang sudah berbaring di atas tikar.
Rana mulai sibuk berkonsentrasi dan menyentuh luka sang putri, perlahan lengan mungil itu mengeluarkan cahaya hijau muda yang terang. Cahaya hijau yang tak lain adalah warna kekuatan penyembuhan. Cerllynda hanya diam dan merasakan sesuatu yang hangat mengalir dalam tubuhnya. Di sisi itu pula dia memerhatikan Rana yag fokus dengan pekerjaannya.
"Sejak kapan anak kecil sepertimu tumbuh dewasa. Aku baru menemukan anak sepertimu, berapa umurmu Rana?"
"4 tahun," jawab Gressylia dengan cepat. Dia tidak akan membuat adiknya itu bersuara dan mengacaukan pengobatan tersebut.
"4 tahun? Itu sangat kecil," gumam Putri Cerllynda yang tidak menyangka akan hal ini. Biasanya anak-anak akan cukup memahami banyak hal pada umur 6 tahun, dia sangat kagum dengan Rani juga keluarga kecil yang hebat ini.
"Dia dewasa mengikuti kakaknya bukan?" lirih Putri Cerllynda.
"Entahlah. Rana dan Rina memang sudah terpelajar sejak berumur 3 tahun, aku sendiri tidak tahu sejak kapan dia berlagak seperti orang dewasa."
Rana menjauhkan lengannya dari tubuh Putri Cerllynda, melihat luka tersebut telah sembuh dan menghilang tanpa bekas. Hanya baju yang robek saja yang tidak akan kembali sempurna.
"Tuan Putri, sudah selesai, lukamu telah sembuh. Minumlah teh hangat ini!" Rana meraih teh hangat dan memberikannya kepada Putri Cerllynda.
Putri Cerllynda bangun dari tidurnya dan meraih teh hangatnya, meneguknya dengan perlahan. Tubuhnya saat ini terasa lebih ringan dan tidak ada rasa sakit sedikit pun.
"Aku sangat berterimakasih kepada kalain. Sekali lagi sangat berterimakasih, kalian telah menyelamatkan nyawaku," ucap Putri Cerllynda dengan wajah cerianya yang sangat terlihat cantik sempurna.
"Rana, Rina, terimakasih manis." Putri Cerllynda mungusak gemas rambut hitam kedua gadis mungil yang menggemaskan itu.
"Ini sudah kewajiban kami Tuan Putri," jawab Rana dan Rina serempak.
Setelah melakukan percakapan singkat dengan dua gadis mungil yang menggemaskan baginya dia keluar dari rumah Gressylia yang memang lebih layak disebut dengan gubuk. Dia menghampiri pengawalnya dan sejurus kemudian pengawal sang putri memberikan sekantong uang untuk Gressylia yang memang telah menolongnya.
"Tidak perlu Tuan Putri. Aku tidak dapat menerimanya," tolak Gressylia dengan hati-hati.
Namun, ternyata Putri Cerllynda memiliki sifat keras kepala dan semua yang diinginkannya harus dipenuhi. Ya printahnya harus selalu dipatuhi. Maka, Gressylia dengan berat hati menerima kantong berisi uang itu karena terus dipaksa oleh Putri Cerllynda.
"Terimakasih Tuan Putri."
Putri Cerllynda mengangguk dan masuk ke dalam kereta kudanya. Segerombolan manusia itu berlalu meninggalkan tempat tinggal Gressylia kembali ke kerajaan.