Putri Cerllynda terdiam melihat pemandangan indah dari seorang pemuda yang memanah seekor kelinci dengan tepat sasaran. Gressylia yang mendengar seruan dari kedua adiknya itu menoleh, memandangi wajah Putri Mahkota yang sangat cantik.
"Salam Tuan Putri. Ada apa Anda datang kemari?"
Gressylia memberikan salam dengan sangat sopan sambil membungkukkan tubuhnya, memberi hormat.
"Tidak usah terlalu formal. Aku hanya sedang ingin mengunjungi kalian. Rana, Rina, kalian sudah menunjukkan kakak kalian berada. Sekarang, maukah kalian bermain denganku!" ujar Putri Cerllynda dengan berjongkok menyetarakan tinggi dua gadis mungil itu.
"Tentu saja Tuan Putri, dengan sangat hormat," jawab Rana dan Rini serempak. Fua gadis mungil itu terlihat sangat terdidik, seakan berasal dari keluarga terhormat.
"Aku akan memanggangkan kelincinya untuk kalian!" seru Gressylia saat ketiga gadis itu berlalu dari hadapannya keluar dari hutan tersebut.
Gressylia dengan cepat mengambil kelinci yang baru dia dapatkan tadi. Mengulitinya juga membersihkannya di danau tepat di mana tiga gadis itu kini bermain air. Dia sendiri merasa ada yang aneh dengan Putri Mahkota, tidak mungkin orang terhormat sepertinya mau bermain dengan rakyat golongan rendah sepertinya dan adik-adiknya. Tapi, gadis itu tampak menikmati setiap permainan, bahkan sesekali berteriak dan berseru riang sambil berlatian mengejar kedua gadis mungil itu. Gressylia hanya tersenyum kecil melihatnya.
Ia kembali pada pekerjaannya memanggang daging kelinci yang sudah dibumbuinya. Untungnya hari ini tanggakapannya cukup beruntung. Jika tidak mendapatkan buruan, mereka akan memburu ikan di danau. Itulah caranya membesarkan kedua adiknya.
Dia bekerja sebagai pemungut kayu bakar untuk beberapa bangsawan yang selalu memesan kayu, selain itu juga menjualnya di pasar. Penghasilan dari itu semua cukup untuk makan sehari-hari mereka bertiga.
"Kakak, apakah kelincinya sudah matang, aku lapar," rengek Rina yang menghampiri Gressylia. Pemuda itu mengusak gemas rambut hitam Rina.
"Panggil Tuan Putri dan Rana ya. Kita akan memakannya."
Rina langsung sumringah dan mengangguk. Berlarian mendekati Putri Cerllynda dan Rana yang masih sibuk di air.
"Daging kelincinya sudah matang. Ayo Tuan Putri, kau harus mencobanya. Kakakku sangat jago memasak!" ujar Rina dengan wajah berseri-seri.
"Tentu saja manis. Ayo!"
Putri Cerllynda merangkul kedua gadis itu mendekati Gressylia yang sudah mengisi piring-piring dengan daging kelinci, juga ada beberapa sayuran segar dan buah-buahan yang akan menjadi penikmat daging tersebut.
"Waaah ini pasti sangat lezat!" seru Rana yang lengsung melahapnya dengan sangat anggun. Caranya makan sangat berbeda, ya seperti keluarga terhormat dengan etika yang tinggi, itulah yang Putri Cerllynda lihat dari mereka.
Dia ikut melahap dagingnya dan mengunyahnya dengan perlahan merasakan rasa gurih yang membuat lidahnya ingin menikmati daging ini lebih banyak.
"Ini sangat lezat Gress," puji Putri Cerllynda yang tentunya di balas dengan anggukan dan terimakasih atas pujian tersebut. Setelah hampir 30 menit mereka menikmati makanan tersebut. Akhirnya langit telah menunjukkan sore. Dia harus segera kembali ke kerajaan sebelum ayahnya memarahinya.
"Gress, Rana, Rina. Terimakasih untuk hari ini ya. Aku sangat bahagia dapat bermain dengan kalian berdua manis. Aku masih boleh datang ke mari bukan?"
"Tentu saja Tuan Putri," jawab dua gadis mungil kembar itu dengan serempak.
Putri Cerllynda tersenyum manis kepada mereka berdua. Ia menggerakkan jarinya yang kemudian kereta kuda datang dengan dua pengawal berkuda yang akan mengantarkan kemanapun sang putri pergi.
"Sampai jumpa nanti!" ujar Putri Cerllynda dengan ceria, matanya menatap Gressylia yang hanya diam dengan singkat. Masuk ke dalam keretanya, kereta itu mulai terlihat berjalan dan menjauh dari kediaman Gressylia hingga hilang dimakan jarak.
Hingga matahari hampir tenggelam Putri Cerllynda tiba di kerajaan. Tanpa suara dengan langkah anggun dia melangkah masuk ke dalam dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi terlentang, kedua tangannya terbuka lebar menguasai lebarnya kasurnya.
Dia tersenyum kecil saat membayangkan Gressylia, dari pertama kali dia bertemu hingga untuk yang kedua kalinya. Gressylia memiliki pesonan yang berbeda dalan dirinya. Ada aura indah yang terpancar dalan diri pria itu beserta kedua adik kembarnya.
"Ada apa denganku? Kenapa rasanya aku sangat bahagia bertemu dengannya? Gressylia, sangat tampan dan baik hati, juga kuat. Rasanya aku seperti menemukan seorang pria sempurna dalam hidupku. Astaga! Apa yang baru saja aku katakan? Apakah aku menyukai Gressylia?"
Putri Cerllynda kembali tersenyum saat kembali membayangkan senyuman Gressylia yang manis, matanya hitam kelam sangat indah dan menawan. Lagi dan lagi dia memikirkan Gressylia.
"Astaga! Ada apa dengaku!" pekik Putri Cerllynda sambil membalik tubuhnga dan menutup kepalanya dengan bantal. Sampai akhirnya dia beranjak pergi meninggalkan tempat tidur dan masuk ke kamar mandi untuke membersihkan tubuhnya.
Hari semakin gelap, matahari telah tenggelam dengan sempurna. Jam telah menentukan waktu makan. Dia harus turun ke lantai utama menemui ayahnya dan makan malam bersama.
"Ada empat pemuda yang melamarku, tapi aku tidak menginginkan mereka semua. Dalam kenyataannya, sepertinya aku jatuh cinta dengan Gressylia. Jadi, apa yang harus aku lakukan? Ayah tidak akan mudah menerima Gressylia yang memang rakyat biasa dan sangat miskin jika soal ekonomi dan kehormatan. Tapi, aku rasa kehormatan itu bukan diraih dengan gelar ataupun harta. Jadi? Apa yang harus aku lakukan?" gumam Putri Cerllynda sambil menuruni anak tangga menuju lantai utama.
Setelah semua anak tangga berhasil dia lalui, berbelok masuk ke ruangan dan menyusuri koridor hingga membuka salah satu pintu ruangan yang tak lain adalah ruangan makan. Di sana, Raja Carlin rupanya sudah tiba, dan tengah menunggunya untuk makan bersama.
"Ayo duduk Nak." Putri Cerllynda mengangguk dan duduk tepat di depan Raja Carlin. Dia mengambil beberapa makanan mengisi piring kosongnya. Melihat ayahnya yang sudah mulai makan dengan tenang, dia juga mulai melahap makanan yang masih hangat itu dengan perlahan.
Suasana di ruang makan hening nan sunyi, hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring. Keluarga yang terhormat memang selalu melakukan aktifitasnya dengan elegan, dari cara makan, berbicara, bersikap, bahkan semuanya. Jika semua itu tidak dilakukan selalu dianggap mencoreng kehormatan keluarga.
Hari ini kasta memisahkan segalanya, kasta bahkan tak pernah membiarkan berhubungan dengan yang lebih rendah. Kasta terendah sering kali diperlakukan bak seorang budak yang harus patuh. Kasta yang tinggi tidak akan dapat dekat dengan kasta bawah karena alasan mencoreng kehormatan keluarga. Ini terdengar gila, kasta membatasi dan membuat dinding menyeramkan seperti itu.
Putri Cerllynda terus memikirkan sistem kasta yang memang berlaku saat ini dan sebelumnya, dia baru menyadari hal ini ketika dia terus memikirkan Gressylia dan meng-klaim jika dirinya jatuh cinta pada pemuda dari kasta terendah itu.
"Putriku, beberapa hari lagi waktumu akan datang, di mana kau akan memilih salah satu dari pemuda yang melamarmu tadi pagi. Aku harap kau tidak menolak semuaanya dan tidak menginginkan pernikahan. Aku rasa kau kasihan pada Ayahmu yang sudah tua ini."
Putri Cerllynda hanya diam, bahkan dia tidak berani menatap ayahnya. Karena Raja Carlin selalu berhasil menebak segala hal tentangnya hanya dengan menatap mata Putri Cerllynda. Lambat lain, Raja Carlin pasti akan tahu tentang Gressylia.