"Ikannya sudah matang. Ayo kita makan Kak, Tuan Putri, mari!" Gressylia dan Putri Cerllynda menoleh ke samping kanan yang terdapat Rana berdiri di sana. Gressylia tersenyum kecil dan mengajak Putri Cerllynda untuk makan siang bersama.
Putri Cerllynda mengangguk pelan dan ikut serta makan bersama mereka bertiga. Tanpa ada rasa ragu ataupun malu beraktifitas bersama mereka. Dia bersikap seperti seorang teman pada Gressylia, bukan seorang putri dari kerajaan.
"Ini untukmu Tuan Putri," ucap Rina memberikan piring berisi ikan bakar yang sudah matang.
"Terimakasih, wanginya sangat lezat sekali," ujar Putri Cerllynda dengan seulas senyum yang mengembang di bibirnya.
Lain lagi dengan Gressylia yang sedikit kikuk dekat dengan Putri Cerllynda, lambat laun semua orang akan mengetahui kedekatan mereka berdua, apalagi Putri Cerllynda sering menemuinya. Gressylia tidak siap menerima cinta sang putri, dia terlalu malu dengan dirinya sendiri. Lagi pula, Raja Carlin pasti tidak akan menyetujui hubungan ini. Bagaimanapun dia hanyalah pemuda miskin yang hanya memiliki cinta.
"Terimakasih atas ikan yang lezat ini, manis. Aku akan pergi dulu, nanti kapan-kapan aku akan mengunjungi kalian dah!"
Putri Cerlkynda melepaskan tali kudanya yang terikat di pohon dan menaiki kuda tersebut, membawanya pergi jauh dari pandangan Gresylia.
"Kenapa Tuan Putri Cerllynda tampak sedang tidak baik? Apa ada masalah Kak?" tanya Rana yang melihat kakaknya itu hanya diam, bahkan tidak melihat kepergian Putri Cerllynda seperti biasanya.
"Dia baik-baik saja," ucap Gressylia sambil berlalu masuk ke dalam rumahnya.
Pemuda berumur 23 tahun itu merebahkan tubuhnya di atas papan yang dijadikan sebagai tempat tidur. Dia melihat sekilas ada kekecewaaan di mata Putri Cerllynda. Tapi, bagaimanapun dia terlaku malu dan tidak berani menerima cinta itu meski hatinya tak dapat berbohong jika dia sangat mencintai Putri Cerllynda.
"Sepertinya kakak kita pun sama tidak baik-baik seperti Tuan Putri Cerllynda," ucap Rina yang dibalas anggukan oleh Rana. Mereka berdua berdiri di ambang pintu melihat Gressylia yang terlihat gelisah.
"Sudah ayo! Jangan ganggu Kak Gress!" Rana menarik lengan Rina untuk meninggalkan rumah. Mereka berdua duduk di pinggir danau dengan angin yang berhembus menerpa mereka tanpa henti.
"Aku rasa Kak Gress menyukai Tuan Putti, begitu juga sebaliknya. Aku rasa sistem kasta ini yang membuat mereka tidak baik-baik saja," gumam Rana dengan pandangannya lurus ke danau sana.
"Kau anak kecil tahu apa?!" hardik Rina kepada saudarinya itu.
"Aku tahu kamu memahami ini kan Rin? Kita berdua dapat membaca setiap raut wajah semua orang."
Keduanya kembali diam. Dua anak kecil berumur 4 tahun itu seperti tengah menyelami sesuatu yang terjadi pada orang dewasa yang tak lain adalah Gressylia.
"Seandainya saja kita masih-"
"Hentikan! Jangan buat Kak Gress sedih!" tegur Rana menghentikan kalimat Rina.
Saudarinya itu langsung diam oleh teguran Rana. Mereka tidak pernah suka membahas ini semua karena akan membuat Gressyli sedih, masa lalu yang duku bahagia yang kemudian mengantarkan mereka bertiga menjadi seperti ini.
***
Putri Cerllynda sudah masuk ke dalam gerbang kerajaan, pelayan langsung menyambutnya dan membawa kuda itu kembali ke kandangnya. Putri Cerllynda hanya diam dengan raut wajah yang dipaksa untuk tersenyum. Dia menaiki anak tangga hingga tiba di kamarnya. Meleparkan tubuhnya itu ke atas kasur yang terasa empuk. Dia menangis, gadis itu meneteskan tetesan bening dari kelopak matanya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin menikah dengan siapa pun selain Gresaylia. Kenapa kau tidak ingin mengakui perasaanmu Gress? Kenapa? Padahal aku sudah membacanya lewat matamu, tapi kenapa lisanmu menolakku Gress? Kenapa kau menyakiti perasaanmu sendiri? Apa yang harus aku lakukan, apakah ayah akan menyetujuinya jika aku memilih Gressylia. Ya Tuhan, aku mencintai Gressylia."
Putri Cerllynd menangis tersedu-sedu di balik bantal yang menutupi wajahnya. Hatinya terasa sangat perih sekali mengetahui perasaan Gressylia yang mencintainya, tapi lisan menolak perasaan itu.
"Apakah aku harus memperkuangkan ini sendirian sebagai kasta tertinggi, agar Gressylia yakin dan mau menemaniku berjuang," lirih Putri Cerllynda yang akhirnya menyeka seluruh air matanya.
Setiap orang yang memiliki cinta di hatinya tentu saja akan memlerjuangkannya. Hanya orang pengecut dan tidak serius dalam cinta yang tidak akan lernah memperjuangkan cinta tersebut.
Besok adalah waktunya dia akan memilih siapa yang akan menjadi calon suaminya. Dia akan mengatakan jika memilih Gressylia sekaligus mengakui jika pemuda itu adalah kekasihnya yang sudah berjalan satu minggu ini. Ide itu terlintas begitu saja untuk memperjuangkan cintanya bersama Gressylia.
Putri Cerlkynda memilih membersihkan tubuhnya dan menenangkan pikirannya dengan duduk di balkon dengan ditemani teh hangat dan angin yang menerpanya sangat terasa sejuk, hari memang audah sore, jadi cuaca tidak terlalu terik.
Dia berdiam diri di sana hingga mentari tenggelam, langit yang awalnya sangat indah dengan warna semburat merah itu perlahan berubah menjadi langit yang hitam penuh oleh kegelapan.
Esok pagi adalah waktu di mana dia harus dapat mengatakan semua ini kepada ayahnya, setidaknya dia telah berkata jujur dan tidak terlalu membebaninya. Selama ini Raja Carlin sangat menyayanginya dan selalu menuruti semua keinginannha tanpa pernah ada penolakan. Dia sangat berharap ayahnya itu akan mengabulkan permintaannya kali ini. Dia tidak menginginkan pemuda manapun, dia hanya inginkan Gressylia yang menjadi suaminya.
Mungkin, cinta saat ini telah membutakan matanya. Cinta menutupi semua perbedaan, cinta selalu berhasil membuat siapa pun melakukan hal yang berbahaya sekalipun hanya untuk menyatukan cinta pada dua jiwa itu.
Namun, cinta sendiri terasa sangat indah bagi siapa pun yang tengah merasakannya. Cinta selalu dapat membuat siapa pun tersenyum hanya karena mengingat satu nama kekasihnya. Sangat indah sekali.
Namun, lain dengan Putri Cerllynda dan Gressylia, antara yakin dan tidak yakin dengan cinta yang ada dalam diri mereka. Akankah mereka menerima cinta ini dan memperjuangkan, ataukah hatus mundur karna kasta membentang luas nan kokoh di antara keduanya.
Kini, Putri Cerllynda maupun Gressylia masing-masing tengah memandangi langit malam. Langit yang gelap namun tetap terlihat indah karena banyak sekali bintang yang menghiasi langit gelap itu. Keduanya tampak melamun dan memikirkan satu sama lain tanpa tahu jika mereka saling memikirkan.
"Haruskah aku membutakan mataku dari kasta yang sebagai penghalang ini," gumam Gressylia seakan tengah berbisik pada angin yang terus berhembus lembut menerpa tubuhnya.
"Aku harap kali ini ayah megabulkan keinginanku. Aku ingin Gressylia yang menjadi suamiku bukan orang lain," lirih Putri Cerllynda menyapa seekor burung merpati gang menghampirinya. Dia mengelus lembut bulu burung tersebut dan kemudian mengikat gulungan kecil berwarna kecoklatan di kaki burung tersebut.
Burung itu kembali mengepakkan sayapnya dan terbang dalam kegelapan memenuhi printah tuannya. Burung merpati itu hinggap di bahu Gressylia yang tengah mematung di siai danau di temani angin yang tersi berhembus tanpa henti itu.
Dia yang menyadari burung merpati itu membawa secarik kertas di kakinya itu yang oastinya adalah sebuah surat. Gressylia dengan perlahan melepaskan tali yang mengikat surat tersebut pada kaki burung tersebut. Dengan perlahan Gressylia segera membuka gulungan kecil kertas tersebut.