Putri Cerllynda lebih banyak diam setiap kali Raja Cerlin membicarakan untuk memilih dari keempat pemuda yang beberapa hari lalu mendatanginya.
"Ayah, kau akan menyetujui siapa pun yang aku pilih bukan?" tanya Alesia dengan suara lirih. Dia takut untuk mengatakan jika menolak mereka semua dan memilih pemuda biasa yang miskin.
"Tentu saja Nak. Kau pasti memilih pria yang baik dan tentunya kau sukai bukan?"
Putri Cerllynda terdiam, dia memainkan jemari lentiknya, terlihat gugup dan bingung. Raja Carlin tersenyum tipis melihat Putrinya yang memainkan jemarinya, dia tahu betul jika putrinya tengah gugup dengan apa yang akan dikatakannya pada Raja Carlin.
"Ada apa Nak, baik-baik saja bukan? Apakah kau sudah memilih salah satu dari mereka? Kalau begitu beritahulah aku Nak," ucap Raja Carlin dengan lembut dan sabar menantikan pemuda mana yang akan dipilih putrinya.
"Ayah, aku harap Ayahanda tidak akan marah padaku atas semua yang akan aku pilih. Aku, tentu aku akan memilih pria yang baik untukku juga Ayah. Tapi, aku khawatir Ayah tidak menyetujuinya," ujar Putri Cerllynda dengan suara lirih.
"Katakanlah Nak, siapa pria yang kau pilih?"
Putri Cerllynda kembali diam, pandangannya menunduk dengan jemarinya yang dimainkan satu sama lain. Dia ingin menyebutkan nama Gressylia pada Raja Carlin, tapi dia terlalu takut lantas kasta memisahkan segalanya.
"Ayahanda. Mungkin, aku akan mengatakannya jika sudah siap dan yakin. Aku ingin keluar istana, tapi aku tak ingin pelayan ikut serta denganku. Tolong ijinkan aku Ayahanda."
Akhirnya Putri Cerllynda menjauhi pembahasan tersebut. Dia harus berpikir lebih lama untuk menolak keempat pria itu juga mengatakan jika dia ingin menikah dengan Gressylia, pemuda yang berhasil membuatnya terus menyebut nama itu dan selalu rindu untuk berjumpa dan bermain dengan dua gadis mungil kembar tersebut.
"Baiklah. Pulang sebelum matahari tenggelam," ujar Raja Carlin mengijinkan putrinya keluar dari kerajaan, dia mengira jika Putri Cerllynda tengah butuh sendiri untuk memikirkan pilihan yang matang tentang pemuda yang akan mendampinginya di masa depan.
"Baik Ayahanda, terimakasih," ucap Putri Cerllynda yang kemudian berlalu dari sana setelah memberi salam beranjak pergi ke luar dari kerajaan dan meminta pelayan untuk menyiapkan kudanya.
Setelah semuanya siap, Putri Cerllynda langsung menunggangi kudanya dan memacu hewan yang menjadi alat transportasi berjalan keluar dari gerbang kerajaan yang menjulang tinggi mengikuti kepada sang tuan inginkan pergi.
"Baiklah, mungkin aku akan mencoba mengatakan ini kepada Gressylia," gumamnya dengan perasaan yang ragu.
"Apa benar aku menyukai Gressylia?"
Putri Cerllynda terus saja memikirkan Gressylia dan mengklain dirinya menyukai pemuda itu. Rasanya berbeda setiap kali memgingat nama Gressylia.
Kudanya terus melaju membelah keramaian di pedesaan dengan berbagai altifitas orang-orang sekitar. Semua orang yang dilaluinya memberikan jalan berserta membungkukkan tubuhnya, memberi salam kepada Putri Mahkota Carvandalle. Putri Cerllynda sendiri bersikap ramah dan menyapa beberapa orang yang dilaluinya, tentu saja membuat semua orang menyukai sifat sang putri yang demikian.
Dia menghentikan laju kudanya saat melihat Gressylia yang membawa seikat kayu bakar di kedua pundaknya, pria itu menaruh seikat kayu bakar tepat di samping rumah bangsawan, setelah mendapatkan sejumlah uang dia berlalu dari rumah bangsawan tersebut.
Putri Cerllynda segera kembali memacu kudanya mendekati Gressylia, saat sudah lebih dekat dia turun dari punggung sang kuda yang kemudian menuntun kufanya berjalan di sampingnya mendekati Gressylia.
"Salam Tuan Putri Cerllynda."
Gressylia yang sadar atas kehadiran Putri Cerllynda memberikan salam dengan sedikit membungkukkan tubuhnya tanda hormat pada Putri Mahkota Kerajaan Carvandalle.
"Apakah aku mengganggu pekerjaanmu Gress?" tanya Putri Cerllynda yang khawatir Gressylia tengah mengirim beberapa ikat kayu bakar pada para bangsawan. Dengan sopan Gressylia menggelengkan kepalanya.
"Sama sekali tidak Tuan Putri, omong-omong ada apa Tuan Putri?" tanya Gressylia yang memang merasa jika Putri Cerllynda mendatanginya.
"Tidak ada hal yang penting Gress. Tapi, bisakah kau luangkan waktu sejenak untuk menemaniku?" tanya Putri Cerllynda sekaligus meminta Gressylia memenuhi keinginannya.
"Tentu saja Tuan Putri, tapi sebelumnya Hamba harus mengirimkan seikat kayu bakar dulu pada salah satu bangsawan," jawab Gressylia dengan wajah sedikit khawatir karena memang dia harus mengirimkan seikat kayu kabar lagi.
"Tidak masalah, setidaknya aku dapat menunggu sambil bermain dengan adik-adik manismu Gress," jawab Putri Cerllynda dengan seulas senyum kepada Gressylia.
Kini, mereka berdua berjalan beriringan, untuk menghormati Putri Cerllynda, Gressylia meminta Putri Cerllynda untuk duduk di atas kuda, sedangkan dirinya akan berjalan kaki sambil menuntun kuda tersebut. Tentu saja Putri Cerllynda menurutinya karena dia sendiri tidak ingin terlihat aneh di mata rakyat biasa yang berjalan berdampingan dengan Gressylia, setidaknya Gressylia lebih mirip dengan seorang pelayan pribadinya.
"Rana! Rina!" teriak Gressylia mencari keberadaan kedua adiknya.
Dua gadis kembar itu tidak ada di danau ataupun rumah. Biasanya mereka akan bermain di sekitar rumah, karena Gressylia melarang mereka berdua bermain jauh dari rumah.
"Kami di sini Kak!" seru Rana yang muncul dari dalam air danau dengan kedua tangannya penuh dengan ikan yang cukup besar.
"Oh ada Tuan Putri, salam Tuan Putri," ujar Rana sambil keluar dari dalam air danau.
"Di mana Rina?" tanya Gressylia yang tak kunjung melihat adiknya yang satu lagi. Rana sendiri celingukan ke segala arah mencoba menemukan keberadaan adik kembarnya itu.
"Aku di sini! Lihatlah aku mendapatkan seekor kelinci!" seru Rina yang tiba-tiba keluar dari hutan terdekat dengan gerakannya yang cepat, sepertinya dia habis berburu hewan.
"Oh ada Tuan Putri, salam Tuan Putri." Rina memberikan salam serta hormat kepada Putri Cerllynda.
"Bukankah ada satu ikat kayu bakar lagi yang belum kau kirim Kak? Kami berencana akan membuatkan makan siang untukmu. Kau pasti lelah," ujar Rina dengan suara yang menggemaskan itu menunjukkan rasa perhatiannya kepada sang kakak.
"Iya Rina, kalian berdua temani Tuan Putri Cerllynda, aku akan mengantarkan seikat kayu lagi."
"Baik Kak!" seru Rana dan Rina bersamaan dengan tangan kiri yang di taruh pada kening bagian kanan seperti tengah memberi hormat.
Gressylia tersenyum kecil dan mengusak kedua rambut adiknya itu dengan gemas. Dia berlalu dari sana setelah mengatakan beberapa hal dan membawa kembali seikat kayu bakar di atas kedua pundaknya untuk diantarkan pada salah satu bangsawan yang memesannya.
"Kakak kalian hebat ya, sama seperti kalian," ucap Putri Cerllynda dengan seulas senyum pada dua gadis mungil tersebut.
"Dia selalu bekerja keras untuk dapat menghidupi kami, aku merasa iba karena Kak Gress selalu kembali dengan peluh dan terlihat sangat lelah, belum lagi mengurus kita berdua. Aku ingin cepat dewasa dan membantu pekerjaan Kak Gress," lirih Rana sambil melihat langkah kaki Gressylia yang pelan berusaha tetap tegak membawa beban berat di pundaknya.
"Iya, dia pria yang sangat hebat," timbal Putri Cerllynda.