Kereta kuda yang dinaiki Putri Cerllynda sudah mulai memasuki gerbang Kerajaan Carvandalle saat hari nyaris pagi. Kabar kedatangan seorang Putri Mahkota pun sampai pada telinga Raja Carlin, yang tak lain adalah Raja Kerajaan Carvandalle, ayah dari Putri Cerllynda.
"Oh Cerllynda putriku! Selamat datang Nak!" sambut Raja Carlin sambil merentangkan kedua tangannya di amabang pintu utama yang terbuka lebar.
Putri Cerllynda yang mendapat sambutan hangat itu tersenyum manis dan menubruk ayahnya dengan pelukan erat. Dia merindukan pria yang kini sudah hampir 60 tahun umurnya.
"Ayo masuk sayang. Ini sangat mengejutkan Ayahmu ini Nak. Kenapa kau tidak mengabariku jika akan kembali hari ini," ujar Raja Carlin sambil merangkul tubuh kurus putrinya, membawanya ke dalam kerajaan.
"Maafkan aku Ayah. Aku ingin membuat kejutan di hari ulang tahunmu malam ini," jawab Putri Cerllynda dengan senyumannya yang seakan tak pernah luntur.
"Duduklah!"
Raja Carlin mendudukkan tubuh putrinya yang tetap terlihat mungil baginya, sangat mirip dengan mendiang istrinya Ratu Villy, tubuhnya mungil, rambut pirang panjang, mata biru laut yang jernih nan indah, hanya sedikit bagian tubuh putrinya itu yang mirip dengannya, bahkan hampir tidak terlihat.
Beberapa pelayan berdatangan membawakan hidangan makanan yang masih hangat dan menatanya di atas meja. Setelah berbagai makanan hangat dengan baunya yang menggoda perut itu tertata rapih di atas meja makan berbentuk persegi panjang.
"Ayo makan Nak! Omong-omong bagaimana di academi?"
Putti Cerllynda melahap sesuap makanannya dan melirik ayahnya yang ternyata menanyakan tentang academinya di negeri utara.
"Sayang menyenangkan Ayah. Lihatlah! Aku mendapat nilai sempurna dan lulus dengan baik," ucap Putri Cerllynda memberikan secatik kertas putih yang berisi angka nilai academinya yang membuat Raja Carlin sangat bahagia melihat nilai sempurna ini. Anak gadisnya memang sangat pintar dan sebentar lagi akan menjadi pewarisnya sebagai pemimpin Kerajaan Carvandalle.
"Ayah sangat bangga padamu Nak." Putri Cerllynda tersenyum sumringah. Kapan pula dia tidak membanggakannya, bahkan mungkin setiap hari Raja Carlin membanggakan putri tunggalnya.
Mereka makan dengan tenang, meski sesekali membicarakan beberapa hal tentang keseruan Putri Cerllynda di academi atau membahas masa lalu, sebelum Putri Cerllynda dikirim ke academi untuk belajar menjadi seorang pemimpin. Ya, academi yang hanya berisi putra dan putri kerajaan. Mereka yang akan menjadi penerus ayahnya ada di academi tersebut.
"Ayah, kau tahu Putrimu ini nyaris tidak dapat istirahat di perjalanan. Aku akan pergi ke kamar dan membersihkan tubuhku," ujar Putri Cerllynda sambil menaruh alat makannya pada piring putih yang sudah kosong.
"Tentu Nak. Beristirahatlah dengan tenang."
Putri Cerllynda mengangguk dan memberikan salam kepada Raja Carlin dan berlalu dari ruangan makan, menaiki anak tangga menuju lantai atas di mana kamarnya berada.
Putri Cerllynda membuka pintu bercat putih itu dengan perlahan, tepat di depan kamarnya ada dua prajurit khusus menjaga kamarnya. Gadis itu masuk ke dalam sana dan menutup pintu tersebut.
Mengedarkan matanya, melihat kamarnya yang tak pernah berubah itu. Kamar yang memiliki tiga ruangan, yang tak lain adalah kamar tidur, ruang tamu khusus dan kamar mandi. Tempat yang sangat luas dengan dinding bercatkan putih bersih. Lemari hias berada tepat di samping pintu kamar tidurnya, di sana tertata banyak barang koleksinya yang sangat indah sekali menjadi pajangan yang menawan. Ada satu kursi panjang dan dua kursi pendek di ruang tamu tersebut, ditata dengan rapi hingga menyerupai huruf 'C', di tengah-tengahnya sda beda bundar dengan ukuran sedang, tertata bunga indah di tengah-tengahnya juga buah-buahan segar beserta teko minuman.
"Aku senang kamarku tak pernah berubah," ujarnya beralih melihat lukisan keluarganya. Terlihat ketiga orang dalam lukisan itu sangat bahagia dengan senyuman yang mengembang pada bibir mereka, keluarga kecil yang bahagia.
"Ibunda, aku sangat merindukanmu Bunda," lirihnya menyentuh wanita anggun nan cantik itu di lukisan tersebut. Dia tersenyum kecil mengikuti bagaimana sang bunda tersenyum manis di sana.
Putri Cerllynda beralih masuk ke kamar tidurnya, dia sudah puas mengamati kamarnya yang besar ini. Kamar tidurnya pun tidak berubah, ranjang yang besar, lemari pakaian yang mewah, meja rias yang pastinya mewah itu. Semua barang di kamarnya ini sangatlah mewah nan menawan.
Putri Cerllynda kali ini merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi terlentang, tatapannya tepat melihat ke atas sana. Yakni, langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih seperti warna dinding kamarnya.
"Tok, tok, tok." Terdengar suara pintu yang diketuk itu membuatnya mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Mendengus dengan pelan, istirahatanya terganggu.
"Sayang, apa Ayah mengganggumu?" Putri Cerllynda langsung bangkit dari tempat tidurnya, berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Ayah, tentu saja kau menggangguku," rengeknya dengan manjat, sambil bergelayut manja pada tangan besar ayahnya.
"Maaf sayang, tapi Ayah ingin mengatakan sesuatu padamu. Ayo duduk!" Raja Carlin membawa anak gadisnya itu duduk di shofa ruang tamu, tersenyum kecil padanya.
"Ada apa Ayah?" tanyanya dengan manja. Ya, Putri Cerllynda memang sedikit manja jika dia tengah bersama orang tuanya. Tapi lain lagi jika ada di tempat ramai atau di depan seluruh prajurit dan pelayan kerajaan.
"Ayahmu ini sudah cukup tua untuk terus memimpin Carvandalle." Raja Carlin mengawali pembicaraannya, di memang sudah berumur 60 tahun, cukup tua untuk memimpin daerah yang sangat luas ini.
"Ayah sudah lama mendambakan pendamping hidupmu Nak. Kata lain, Ayah ingin kau menikah dan menggantikan kepemimpinan Ayah nanti. Kau sudah cukup umur untuk menikah sayang."
Putri Cerllynda langsung bungkam. Dia tidak pernah berpikir untuk menikah pada umurnya yang sekarang menginjak 20 tahun ini. Bahkan, dia tidak memiliki kekasih yang akan bersiap untuk menikahinya.
Ayahnya memang terlalu tua, sudah seharusnya dia beristirahat danenyerahkan tahtanya kepada anaknya. Dia pria tua yang juga mengharapkan seorang cucu dari putri tunggalnya yang selalu dibanggakannya itu.
"Tapi Ayah, aku-" Putri Cerllynda menundukkan pandangannya, dia tak ingin menatap wajah ayahnya yang memang sudah berumur itu. Langkah apa yang akan dia ambil? Haruskah dia menerima keinginan ayahnya?
"Ayah berencana menjodohkanmu dengan seorang Pangeran Cardwell. Selain itu pula, ternyat banyak yang mendatangi Ayah untuk meminangmu Nak, baik dari kalangan kerajaan ataupun bangsawan. Di antaranya adaalah Pangeran Cardwell, Pangeran Alberen, Dario, dan Freedx. Terserah kau akan memilih siapa di antara mereka semua."
Putri Cerllynda meminat pelipisnya dengan pelan. Kenapa kepulangannya ke kerajaan malah jadi seperti ini? Di belum menginginkan pernikahan, dan lebih parahnya dia tidak mengenal mereka semua. Haruskah dia menolak ini?
"Ayah, jika itu maumu. Ijinkan aku bertemu mereka satu persatu dan aku akan memikirkan siapa yang cocok untukku," jawabnya dengan berat hati.
Selama ini Raja Carlin telah membesarkannya sendirian tanpa Ratu Villy. Karena Ratu Villy meninggal saat Putri Cerllynda berumur 12 tahun. Demi ayahnya yang selama ini membesarkannya dengan kasih sayang, Putri Cerllynda mengambil langkah pertamanya. Terlihat Raja Carlin bahagia dengan jawaban putri tunggalnya itu.