Hari ini Putri Cerllynda berdandan sangat cantik, meski memang diaa selalu terlihat cantik setiap harinya. Bagaimana tidak, kulitnya yang seputih susu, rambut pirang yang selalu terurai rapi, mata yang indah, juga gaun yang indah nan menawan. Gadis yang sangat sempurna menjadi dambaan bagi seluruh pria.
Namun, di sisi semua itu, banyak pula yang mengaguminya diam-diam. Kebanyakan dari mereka adalah anak bangsawan dan rakyat biasa. Tentu saja membuat para pemuda dari kalangan rendah itu merasa tidak percaya diri dengan tidak tahu dirinya menginginkan sang putri yang cantik jelita itu.
"Ini dia Putri Cerllynda," ujar Raja Carlin kepada para pemuda yang ditemani ayah mereka itu saat Cerllynda tiba di ruang tamu. Semua pemuda yang melihat Cerllynda tentu saja terpesonan dengan kecantikannya, apalagi memang Putri Cerllynda jarang keluar kerajaan dan lebih sibuk di academi.
"Putriku cerllynda, ini Pangeran Cardwell dari Kerajaan Kallost, Pangeran Alberen dari Kerajaan Afkattar, Dario, dan Freedx dari bangsa bangsawan." Raja Carlin mengenalkan satu persatu daei keempat pemuda tersebut.
Rasanya kepalanya akan pecah melihat keempat pemuda yang terlihat jelas terkagum-kagum menatapnya. Memang sudah biasa mendapatkan tatapan demikian, tapi bagaimanapun kali ini dia tidak terlalu menyukai semua ini.
Putri Cerllynda ikut duduk di samping Raja Carlin dan mendengarkan semua yang mereka bicarakan tanpa membuka mulut untuk mengatakan sepatah kata pun. Dari salah satu pemuda itu, dia mengenal Pangeran Cardwell yang memang satu academi dengannya. Pemuda yang selalu membuat onar dan sulit di atur, lebih parahnya sok kuat dan sok pemimpin itu.
"Bagaimana Putriku, siapa yang akan kau pilih sebagai calon suamimu?" tanya Raja Carlin menyadarkannya dari lamunan kelakuan Pangeran Cardwell di academi. Dia mengagkat wajahnya dan melihat wajah mereka satu persatu. Mereka para pemberani yang meminangnya. Dia sangat ingin menolak semua ini, tapi bagaimana caranya tanpa membuat ayahnya marah?
"Ayah, bolehkah aku berpikir beberapa hari untuk menentukan siapa yang akan menjadi calon suamiku nanti," pintanya berusah mengulir waktu lebih banyak untuk mencari cara menolak mereka semua.
"Bagaimana? Apa Pangeran dan Tuan-Tuan tidak keberatan dengan keinginan Putri Cerllynda?" tanya Raja Carlin meminta persetujuan.
"Tentu Baginda Raja, Tuan Putri berhak memikirkannya," jawab Dario dengan soapn yang akhirnya dibalas oleh anggukan yang lainnya mengetuhui.
Putri Cerllynda melihat Dario yang sopan itu tampak lebih baik dari yang lainnya. Tapi, sama saja, dia tidak ingin memilih siapa pun di antara mereeka berempat. Setelah persetujuan itu, Raja Carlin mengajak semuanya untuk makan siang bersama yang juga bertujuan mendekatkan mereka semua dengan putrinya Cerllynda. Setelah makan siang usai, mereka semua kembali ke kediaman masing-masing.
Putri Cerllynda berdiri di balkon kamarnya menatap ke bawah sana, menyaksikan keempat pemuda itu meninggalkan kerajaan, dia menghembuskan napas leganya.
"Bunda, aku harus bagaimana? Aku tidak ingin menikahi orang yang tidak aku sukai," lirih Putri Cerllynda sambil memandangi perkampungan yang terlihat kecil dan hijau dari ketinggian.
Tiba-tiba terlintas satu nama seorang pemuda dalam benaknya, pemuda yang menyelamatkan nyawanya dari para bandit juga dua gadis mungil yang menggemaskan itu. Dia ingin sekali bertemu mereka bertiga untuk kedua kalinya.
"Baiklah, aaku akan mencoba untuk menemuinya. Tapi, bagaimana cara mengatakan ini pada ayah. Ah ya, aku belum menceritakan kepada ayah tentang itu. Aku yakin ayah pasti mengijinkanku. Baiklah, ayo!"
Putri Cerllynda langsung meninggalkan balkon kamarnya dan mengambil dua kalung untuk Rana dan Rina sebagai hadiah, dia akan meminta ijin untuk memberikan hadiah pada orang yang telah menyelamatkan nyawanya.
Dia berlatian kecil keluar dari dalam kamarnya, menuruni anak tangga satu persatu hingga tiba dilantai bawah dan menyusuri koridor panjang melewati ruangan demi ruangan hingga tiba disingasana yang megah nan agung itu. Di sana ayahnya tengah duduk manis di singasananya dan berbicara dengan beberapa orang yang diyakinini petinggi beberapa kampung.
Putri Cerllynda memberi salam bersamaan dengan petinggi kamlung yang meninggalkan kediamanan raja.
"Ada apa Putriku?" tanyanya dengan lembut.
"Ayah, aku ingin pergi ke suatu kampung untuk menemui seseorang yang telah menyelamatkanku dari para bandit saat aku kemali kemari Ayah. Tolong ijinkan aku, aku ingin memberikan hadiah ini kepadanya," ucap Putri Cerllynda menceritakan tragedi menyeramkan itu sekaligus menunjukkan dua kalung indah yang tentunya itu adalah miliknya.
"Baiklah Putriku, kau boleh pergi. Tapi, bawalah pengawal." Putri Cerllilynda mengangguk juga berterimakasih. Sudah diduga jika ayahnya akan mengijinkannya pergi menemui pemuda itu.
Dua pengawal pribadinya itu menyiapkan kereta kuda untuk dinaiki Putri Cerllynda. Mereka pun ikut serta dalam perjalanan untuk melindungi Putri Cerllynda.
Dengan senang hati Putri Cerllynda masuk ke dalam kereta kuda. Beberapa detik kemudian kereta itu bergerak dan mulai berjalan dengan perlahan. Dia sudah merencanakan akan mengajak dua gadis mungil itu untuk bermain bersamanya.
Dia terus mengarahkan kusir ke rumah mungil yang lebih tepatnya sebuah gubuk. Dari kejauhan, dia dapat melihat anak kembar yang memang tengah asyik bermain air di danau. Setelah dekat dengan danau, keretanya berhenti yang juga membuat kedua anak kecil itu berhenti bermain dan melihat kereta kuda yang diyakini milik keluarga kerajaan.
Kemudian mereka dapat melihat seorang gadis dengan gaun yang sangat indah itu keluar dari keretanya. Tidak salah lagi jika itu adalah Putri Mahkota Kerajaan Carvandalle, Putri Cerllynda yang dua hari lalu mereka tolong.
"Salam Tuan Putri." Rana dan Rina memberi salam kepada Putri Cerllynda.
"Kalian, tinggalkan aku di sini. Pergilah!" titah Putri Cerllynda yang tentunya dipatuhi oleh pelayannya tersebut.
"Anak manis, lihatlah! Aku membawa hadiah untuk kelian berdua," ucap Putri Cerllynda sambil berjongkok di depan dua gadis mungil itu, menunjukan dua kalung kemar dengan permata yang berbeda warna.
"Itu untuk kami, sangat cantik sekali," ujar Rina dengan wajah berseri-seri karena memang itu kalung yang mahal dan sangat indah yang pertama kalinya dia lihat.
"Kemarilah, biarkan aku memakaikannya!"
Putri Cerllynda memakaikan kalung bermata biru itu pada Rina dan merah pada Rani. Kedua anak mungil itu terlihat sangat menggemaskan dengan wajah bahagianya.
"Kalian sangat cantik, di mana kakak kalian?" Putri Cerllynda sangat pas memilihkan kalung tersebut untuk mereka berdua.
"Bukan kami Tuan Putri, tapi kalung ini yang cantik," jawab Rana dengan malu-malu.
"Oh Kak Gress ada di hutan. Dia sedang memburu kelinci sepertinya," ucap Rina memberitahu keberadaan Gressylia.
Akhirnya kedua gadis mungil itu mengantar Putri Cerllynda ke temlat Gresslylia berada. Tak jauh dari gubuk mereka berada, pemuda dengan tubuh gagah itu tengah membidik seekor kelinci. Dia melihatnya dengan seksama, tampan dan gagah, itulah yang kini ada pada mata Putri Cerllynda. Gressylia akhirnya melepaskan anak panahnya yang tepat mengenai perut kelinci tersebut.
"Sangat tepat sasaran Kak. Lihatlah! Siapa yang ingin menemuimu!" Gresslya melirik ke belakang, terdapat kedua adik kembarnya dengan gadis cantik yang tak lain adalah Putri Cerllynda.