Satu-satunya kesempatan datang kembali saat Dinda akan naik ke kelas 3. Kelas 2 akan di acak dan kemungkinan para siswa juga akan berpindah Kelas.
Harapan nya jika ia sekelas nanti ia akan berbicara dengan Bara dan ada berkesempatan untuk berkenalan dengan nya, walaupun pada akhirnya ia hanya akan menjadi teman Bara.
Dinda tahu setidaknya ia punya kesempatan menjadi teman seseorang yang istimewa.
"Tunggu aku Bara " tekad Dinda dalam hati. "Aku pasti menjadi teman mu tahun depan "
Suasana sekolah masih sepi yang terdengar hanya langkah Dinda di lorong kelas. Hari ini hari pertama Dinda akan menempati kelas baru nya di kelas 3 seperti tahun sebelum nya .
Langkah nya terhenti di depan mading sekolah sekali lagi ia melihat daftar nama siswa di dinding tersebut. Jantung berdegup kecang, ia melihat daftar nama kelas 3 IPA 1 Namanya berada di daftar tersebut No.22 Dinda Wulandari.
Perlahan-lahan jarinya melihat daftar nama dibawahnya .
Lily...Rendy...Lily..Marganet..Michael..Moira...Natalie..Bara...jarinya berhenti No.29 "Bara!"
Dinda sampai harus melihat nya 2 kali untuk memastikan ia menutup mata nya kemudian membukanya lagi nama tersebut masih ada. Seulas senyum lebar menghiasi bibirnya. Akhirnya ia bisa sekelas juga dengan Bara, Dinda meloncat kegirangan .
Dinda berlari ke ruang kelas baru nya.
ia melihat seisi kelas yang masih kosong. Selama 1 tahun berikut nya ia akan menghabiskan sisa masa SMA nya diruang yang sama dengan Bara.
Dua hari kemudian Dinda memandangi Bara yang sedang memberikan tanda tangan untuk para siswa kelas 1.
Sebagai ketua Osis, Bara memang sangat sibuk saat orientasi sekolah tapi tidak seperti rekan-rekannya yang mengerjai adik kelas nya dan memberikan tanda tangan nya tanpa meminta mereka melakukan apapun.
Hal itu membuat Dinda semakin menyukainya. Tiba-tiba pandangan Bara menoleh ke arah Dinda bola mata keduanya saling bertemu dan menatap untuk beberapa saat. Jantung Dinda seakan berhenti berdetak wajahnya merah padam, Lalu ia memalingkan wajah dan kembali ke kelas .
Dengan lemas ia duduk dibangku nya. "Aku memang payah" keluh nya dalam hati.
Disinilah ia satu tahun setengah setelah dua perkataan "Maaf" dan "Thanks"yang dilontarkannya pada Bara.
Ia masih belum mempunyai keberanian untuk berbicara dengannya pandangan nya jatuh pada tempat duduk nya Bara dua bangku di depan nya.
Enam langkah, hanya enam langkah jaraknya kini dengan Bara tetapi Dinda masih belum bicara dengannya. dan pada akhirnya ia menyimpulkan ia memang tidak punya keberanian untuk berbicara dengan orang yang ia suka, saat masa orientasi sekolah usai.
Dan hari telah berganti minggu Dinda tetap tidak punya kesempatan untuk berbicara dengan Bara.
Bara selalu dikerumuni teman-temanya, terutama pacar nya Jihan dari kelas 3 IPA 2.
seperti biasa tatapan Dinda selalu jauh ke luar jendela memandangi rerumputan dari kaca jendela bus. Dinda mendesah ia benar- benar berharap diberi kesempatan Untuk berbicara dengan Bara sekali saja. Tiba-tiba bus yang dinaikinya berhenti.
Dinda membuka jendela bus dan melihat ke depan jalan sepertinya tak jauh dari sana baru terjadi tabrakan antara truk dan mobil barang.
Hal itu menyebabkan jalan dari dua arah tidak bisa dilalui Dinda melirik jam di tangannya.
Butuh waktu lama untuk tim derek mobil tiba dilokasi dan membuat jalan lancar kembali.
Dinda menelepon wali kelasnya dan memberitahu kemungkinan besar ia tidak bisa mengikuti setengah pelajaran pagi sampai istirahat. padahal jam pertama ada ulangan fisika pak Bambang sang wali kelas sekaligus guru fisika. untung saja pak Bambang memahami nya dan meminta dinda tidak usah khawatir karena bisa mengikuti ulangan susulan sepulang sekolah.
Waktu menunjukan pukul 10 ketika akhirnya dinda sampai di sekolah setelah buat laporan kepada guru piket Dinda melangkah ke kelasnya.
Terus terang menunggu 3 jam di dalam bus tanpa bergerak sama sekali benar-benar membuat nya bosan. Belum lagi ia harus mengikuti ulangan susulan sesuai sekolah dan dari perkataan teman sekelas yang didengarnya soal fisika tadi pagi sangat sulit .
" Apalagi usai sekolah nanti "keluhnya, "pasti lebih sulit lagi".
Saat itu Dinda menyadari masuk IPA dengan alasan supaya sekelas dengan orang yang disukai nya adalah alasan yang salah.
Ketika pak Bambang memberikan soal ulangan sesuai sekolah Dinda menerima nya dengan berat hati.
Ia melihat selembar kertas bolak balik berisi 10 soal yang pasti sebentar lagi bisa membuat kepala nya pusing. padahal ulangan kali itu open book. 15 menit berlalu tapi Dinda belum juga menemukan solusi untuk sebagian besar soal di depan nya.
pak Bambang duduk di meja guru dengan santai sambil baca koran tiba-tiba seorang pria masuk dan duduk dimeja sebelah Dinda.
Dinda menatap lelaki itu dan terkejut ternyata itu adalah Bara.
"Ah Bara" sapa pak Bambang sambil berdiri di depan meja Bara,
" Kamu juga tadi pagi tidak bisa ikut ulangan bapak kan? Ini soal ulangan nya ".
"Maaf pak tadi pagi ada rapat osis ," ujar Bara mencoba menjelaskan.
Pak bambang mengangguk mengerti tangan Dinda. Tidak bergerak selama beberapa saat.
Ia tidak menyangka Bara akan mengerjakan ulangan yang sama dengan nya.
jantung nya berdetak lagi dan kali ini lebih cepat ia sama sekali tidak bisa kosentrasi dengan ulangan nya sekarang.
Bara berada disebelah meja nya ia melihat lelaki itu membuka buku fisikanya lalu mulai mengerjakan soal.
Bagaimana mungkin Dinda bisa konsentrasi kalau dirinya hanya ingin memandang orang yang paling disukainya saat ini.?
Perkataan pak Bambang membuat Dinda tersentak dari pandangan nya pada Bara.
"Oke bapak pergi dulu, nanti kalau sudah selesai tinggalkan saja jawaban kalian di meja guru. oh ya, kalian tidak akan bekerja sama kan? " Dinda dan Bara menggeleng berbarengan.
" Bagus, bapak percaya pada kalian" pak Bambang keluar dari ruang kelas meninggalkan mereka bedua. kini hanya tinggal Dinda dan Bara di sana menamabah suasana canggung.
Dinda berusaha sekuat mungkin mengerjakan soal di depan nya tapi jawaban untuk soal -2 tersebut hilang entah kemana.
berbanding dengan dirinya, ia melihat Bara mengerjakan soal tanpa masalah 20 menit kemudian akhirnya Dinda menyerah.
Ia yakin ia tidak akan mendapat nilai yang bagus untuk ulangan nya kali ini.
"Apa yang harus kulakukan?" Batinya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Aku tidak bisa mengerjakan soal fisika kali ini".
Ketika ia membuka matanya lagi Bara sudah tidak ada disana Dinda menghela napas panjang.
"Dia pasti sudah selesai " pikirnya matanya kembali menatap soal di depannya.Tiba -tiba ia menyadari bahwa ada sehelai kertas terlipat di sebelah buku fisikanya.
Dinda membuka kertas berlipat 4 itu dengan hati-hati dan membaca-baca kata yang tertera disana
"jangan Menyerah!"
Perlahan-lahan Dinda tersenyum yakin Bara yang menulisnya sebelum keluar dari ruang kelas Senyum Dinda semakin lebar kini hatinya penuh dengan semangat baru. Perlahan tapi pasti Dinda menyelesaikan semua soal ulangan fisika itu.