Chereads / Tiba-tiba cinta / Chapter 6 - Bab 6

Chapter 6 - Bab 6

Dinda mengangguk " Iya, tadi aku sempat meminta bantuan ketua klub fotografi agar menyediakan tempat kosong di aula aku rasa gambar-gambar mu bisa berada disana."

Bara berpikir panjang " Aku tidak pernah memperlihatkan gambar ku pada orang lain" "Gambarmu indah Bara " kata Dinda gigih.

"Aku yakin orang lain yang melihatnya beranggapan sama."

"Entahlah, apa kau yakin gambarku sebagus itu?" tanya Bara.

"Kenapa tidak kamu buktikan besok dengan memamerkannya di aula? Toh kamu tidak akan rugi apa pun kalau orang-orang suka gambarmu itu hal bagus walaupun tidak, tidak apa-apa bukan? yang penting kamu sudah berusaha."

Bara memandang gadis dihadapannya dengan perspektif baru dia tidak menyangka Dinda bisa sangat persuasif.

"Aku yakin seorang ketua OSIS tidak akan mengalami krisis percaya diri tidak mungkin kamu takut gagal bukan?" kata Dinda menyakinkan.

Bara tersenyum "Aku tidak menyangka kamu bisa cukup persuasif"

Mendegar ucapan Bara, Dinda tertegun ia sangat mengingat hampir dua tahun lalu ia tidak bisa berbicara pada Bara kini ia sudah bisa berbicara layaknya teman lama. Sebagian karena Dinda menyadari bahwa masa-masa nya bersama Bara akan berakhir, toh ia tidak akan kehilangan Bara karena ia memang tidak pernah memilikinya dan sebagai teman, ia ingin Bara menghargai hobinya.

"Jadi " lanjut Dinda "kamu akan melakukannya?". "Aku akan memikirkannya dulu " kata Bara perlahan.

"Kamu punya waktu sampai besok pagi " kata Dinda "Aku tidak yakin seseorang yang pernah menulis 'JANGAN MENYERAH' padaku akan menyerah besok pagi "

Bara tertawa "Kita lihat saja besok pagi. 'Thanks Dinda. Aku benar-benar menghargai bantuanmu."

"Sama-sama" Balas Dinda.("kau tidak tahu kau sudah membuatku melakukan hal yang sebelumnya tidak mungkin kulakukan.").

"Wah, baunya enak kau sedang masak apa?" tanya mama sepulang kantor.

"Masakan untuk bazar besok " kata Dinda sambil mengaduk potongan daging ayam di wajan.

"Kau membuat ayam rica?" tanya mama penasaran sambil menengok ayam yang sedang ditumis putrinya.

Dinda menggeleng. " Bukan, aku sedang mencoba resep baru CHIKEN SPAGHETTI."

Kelas lain menyuguhkan masakan restoran ternama, tapi aku ingin coba membuatnya sendiri." Mama mengambil sendok lalu mencicipi masakan buatan Dinda .

"Hm....Enak!! mama rasa kau bisa memenangkan perlombaan besok."

"Aku harap begitu "Dinda mematikan kompor lalu mengambil spaghetti yang telah ia rebus sebelumnya dan menambahkan bumbu ayam tadi kesana.

"Menu makan malam kali ini " CHICKEN SPAGHETTI" kata Dinda bangga.

Bazar sekolah dimulai pukul 10.00. Dinda sudah sampai di sekolah pukul 06.30 untuk mempersiapkan bahan-bahan masakannya. kemudian, memasak spaghetti yang sudah ia coba masak kemarin dirumah.

Selain untuk siswa sekolah, bazar kali ini juga dibuka untuk umum, sambil bernyanyi dalam hati Dinda menjerang air di panci dan mulai merebus spaghetti.

Setelah itu menyiapkan wajan untuk memasak bumbu ayamnya. Sekitar pukul 09.00 Dinda sudah menyelesaikan sekitar Dua panci besar spaghetti beserta bumbunya.

"Butuh bantuan ?" tanya Bara yang baru sampai di sekolah .

"Masakannya sudah selesai " kata Dinda lega "Tinggal membawa panci-panci ini ke kios 3 IPA 1." Bara menatap Dinda dengan sedikit tercengang "Kau datang dari jam berapa ?"

"Hm?" gumam Dinda yang sedang membersihkan meja "Sekitar jam setengah tujuh."

Bara memandang Dinda dengan tatapan kagum. Dinda berhasil membuat Makanannya dalam waktu kurang dari 3 jam dan ia melakukannya sendirian, tanpa bantuan siapa pun.

"Bolehkan aku mencicipi masakanmu dulu?" tanya Bara.

Dinda mengangguk. " Tentu saja" katanya sambil mengambil piring dan garpu, lalu menyuguhkan spaghetti buatannya ketangan Bara. "Cobalah."

Bara mencicipi spaghetti buatan Dinda dengan tersenyum.

Dia mengunyahnya dengan perlahan lalu menelannya.

"Spaghetti buatan mu sungguh enak kau benar- benar pintar masak."

Mendapat pujian dari Bara hati Dinda sangat senang. "Terima kasih aku senang kau menyukainya."

"Aku yakin orang lain juga akan menyukainya " Kata Bara.

"Aku mau minta tolong boleh tidak? Bisakah kau membawakan panci-panci ini? sementara kau membawakan panci aku mencuci piring kotor dahulu?" tanya Dinda.

Bara mengangguk Setelah Bara pergi meninggalkan ruangan tata boga, Dinda mencuci piring sambil tersenyum lebar Ia tahu kemarin mama sudah memuji masakannya. Tapi pujian dari Bara memberikan kesan yang lain. Untuk pertama kalinya, ada orang lain selain mama yang memujinya ketika bazar.

Dibuka satu jam kemudian, kios Dinda sudah siap. Ia sudah memasang harga dan membereskan piring plastik yang akan di pakainya untuk berjualan. Melihat hal itu, Jihan merasa kesal.

Dari kejauhan ia melihat Dinda dan Bara terlihat kompak mempersiapkan segala sesuatunya.

"Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan makanan?" geramnya. Cepat-cepat Jihan melangkah mendekati kios Dinda.

"Wah, kau jualan Spaghetti, ya?".

Dinda menghentikan pembicaraannya dengan Bara untuk menanggapi jihan. "Hai Jihan, selamat datang di kios 3 IPA 1. Kau mau mencoba spaghetti nya?"

"Tentu," katanya "penasaran, ngomong-ngomong kau membeli saaghettinya direstoran mana, Dinda?" ("Karena aku sudah berusaha supaya semua pedagang di kantin tidak menerima pesanan dari mu")

Bara tertawa mendengar pertanyaan Jihan. "Dinda memasak sendiri."

Jihan terkejut mendegar jawaban bara.("pantas saja"). Dengan berat hati Jihan mencicipi spaghetti buatan Dinda.

("masakannya sangat lezat") Jihan semakin kesal. "Berapa harganya?" tanya Jihan sambil mengeluarkan dompetnya untuk membeli masakan Dinda yang sudah dicicipinya.

Dinda menggeleng "Tidak apa-apa, Jihan kau tidak perlu membayar, anggap saja sebagai hadiah karena kau pelanggan pertama yang mengujungi kios kami."

"Terima kasih," kata Jihan tersenyum palsu ("Kau pasti berlagak di depan Bara ingin terlihat baik dimatanya .Tapi aku tahu kau pasti sengaja merencakan ini semua").

Jam pertama, Dinda sampai kewalahan melayani konsumen yang datang membeli di kiosnya. Untung saja ada Bara yang membantunya melewati saat-saat sibuk tersebut.

"Kalau penjualannya seperti ini terus sampai sore kelas kita bisa juara nih," kata Bara optimis disela-sela waktu melayani konsumen.

Dinda tersenyum. "Semoga saja begitu "

Saat jam istirahat siang, Dinda dan Bara bergantian menjaga kios dengan teman sekelas mereka yang lain. kini, setelah bisa beristirahat Dinda menuju aula. Foto-foto pemandangan memenuhi dinding aula.Tapi di ujung foto tersebut terdapat sepuluh gambar.

Dinda mendekati gambar-gambar itu.Ia mengenali gambar cincin bintang yang pernah ia berikan pada Bara dulu, sembilan gambar lain tidak kalah menariknya. Semua berisi rancangan perhiasan, mulai dari gelang, cincin, kalung, sampai anting-anting.

"Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya suara di belakangnya.

Dinda mengenali suara Bara. "Membuatku ingin mengenakan semua yang ada di gambarmu. kau sangat berbakat kau bisa menjadi perancang Perhiasan yang hebat." ucap Dinda takjub

"orangtuaku tidak akan menyetujuinya " kata Bara sedih.

"Mereka sudah mempersiapkan aku untuk menjadi dokter, sama seperti mereka."

Melihat kesedihan Bara, Dinda jadi ikut sedih "Kau pernah mencoba bicara pada mereka?" Dinda berusaha membangkitkan semangat Bara.

Tampaknya pemuda sempurna yang dulu di kaguminya itu tidak sesempurna yang ia bayangkan sebelumnya Bara tidak bisa menentukan masa depannya sendiri.

Bara tersenyum sedih " Puluhan kali tapi mereka tidak mau mendegarnya mereka hanya menggangap gambarku sebagai hobi "

Dinda memandang gambar Bara lagi " Aku pikir setiap orang bisa melakukan apapun yang di inginkan untuk masa depan mereka."

"Aku harap bisa semudah itu " Bara memandang satu gambarnya dan mengelusnya perlahan "Bagaimanapun, mereka tetap orang tuaku."