Dinda berbalik lagi menatap Jihan kalau ini dengan lebih berani. "Kita akan lulus SMA dalam beberapa bulan lagi kemungkinan besar aku tidak akan bertemu denganmu dan Bara lagi"
"Aku tidak bisa berjanji untuk tidak berbicara pada Bara selama itu, tapi aku berjanji untuk menjauhinya." setelah itu Dinda melangkah keluar dari ruangan.
Jihan tercengang ia tidak menyangka perempuan seperti Dinda bisa mengatakan hal yang demikian berani pada nya padahal Dinda bukanlah perempuan populer yang punya banyak teman satu geng seperti dirinya.
Jihan terduduk lemah ia tahu seharusnya ia merasa lega, tapi kenapa perasaanya mengatakan ia telah kalah dari si siswi Kampung?
Bulan-bulan berikutnya Dinda tidak sempat memikirkan perasaanya pada Bara hidupnya di penuhi sekolah, pelajaran, latihan soal, dan belajar sampai larut malam. Ia perlu membuktikan pada diri sendiri bahwa ia bisa lulus ujian.
Saat nilai ujian try-out yang dilakukan sekolah dibagikan, nilai Dinda tidak ada yang di bawah 6. Pak Bambang yang membagikan nilai tersebut pada Dinda menatapnya sambil tersenyum "Kau benar-benar sudah bekerja keras buktikan lagi hasil kerja kerasmu pada ujian nasional bulan depan."
Dinda mengangguk. "Terima kasih,pak. Saya akan berusaha keras supaya lulus dengan nilai memuaskan ."
"Selamat ya ," Kata Bara sambil tersenyum ketika Dinda akan berbalik ke tempat duduknya. Dinda balas tersenyum."Terima kasih."
Dinda mengetahui bahwa nilai Bara jauh di atasnya adang Dinda sedikit iri pada Bara yang pintar sepertinya cowok itu tidak perlu belajar terlalu keras untuk mendapatkan nilai bagus.
Beberapa bulan yang lalu, saat ulangan dadakan semua siswa kelas 3 IPA 1 mendapat nilai jelek kecuali Bara.
Bara selalu bisa memberikan jawaban yang benar pada setiap pertanyaan sampai Dinda pernah berharap mendapatkan setengah kepintaran Bara. Tapi tentu saja itu tidak mungkin memang ada orang seperti Bara yang terlahir dengan otak yang pintar.
Dinda sudah memenuhi janjinya pada Jihan untuk menjauhi Bara. Ia tidak pernah berbicara pada Bara selain didalam kelas saat jam pelajaran usai, Dinda langsung pulang ke rumah.
Hari berganti minggu, tanpa terasa ujian
Nasional telah datang hampir semua siswa kelas tiga meras gugup meghadapinya selalu ada perasaan takut yang menghinggapi benak mereka. Takut tidak bisa mengerjakan soal, takut tidak lulus ujian, takut mengulang kembali dan takut gagal.
"Semoga berhasil " Kata Bara pada Dinda ketika mereka akan menghadapi ujian.
"Kau juga" Balas Dinda.
Hari-hari berikutnya benar-benar sangat berat bagi Dinda ia tidak ingin mengulang ujiannya, terkadang larut malam Dinda terbangun dan tidak bisa tidur lagi.
Mama memergokinya suatu malam menenangkan hati putrinya. Mama menyeduh susu panas untuk Dinda dan menyuruhnya tenang. "Apapun yang terjadi " Kata mama perlahan.
"Kau masih memiliki mama. Mama percaya kau bisa melalui ujianmu dengan baik, mama percaya padamu."
"Thanks ma," Kata Dinda kata-kata mama menenangkan hatinya.
Ketika ujian selesai dan siswa kelas tiga berteriak kegirangan, Dinda juga ikut bersorak lega selanjutnya tinggal masa penantian hasil ujian. Memang hasil ujian masih beberapa minggu lagi, tapi Dinda merasa yakin pada dirinya sendiri dan kemampuanya.
Dinda pulang dengan perasaan lega. Ia mengerjakan tugas sehari-harinya di rumah dengan lebih tenang.
Tapi, sore harinya mama tiba dengan berita mengejutkan. Mama akan di pindahkan ke kantor pusat dan itu artinya mereka harus pindah rumah.
"Mereka meminta mama untuk berangkat secepatnya" Jelas mama "Tapi mama meminta mereka menunggu sampai kau mendapatkan ijazah terlebih dahulu."
Dinda kehabisan kata-kata ia tidak menyangka akan mengucapkan selamat tinggal pada kota yang telah dihuninya selama 10 tahun.
"Apakah kantor pusatnya jauh, ma?"tanya Dinda perlahan.
"Mama mengangguk sekitar 2 jam dari sini naik pesawat"
Hati Dinda terasa sesak ia tahu ia sudah berjanji pada diri sendiri bahwa ia akan melupakan Bara setelah lulus SMA. Tapi hatinya masih menyimpan sedikit rasa tak rela sekarang ia tidak punya kesempatan sama sekali untuk masuk universitas yang sama dengan Bara.
Dinda tentu saja tidak akan membiarkan mama sendirian, apapun yang terjadi.
"Maaf Dinda mama sudah berusaha menolak, tapi itu sudah keputusan kantor pusat," kata mama sedih. "Mama tahu kau ingin kuliah disini, Maaf."
Dinda memeluk mama dengan erat dan menggeleng."Tidak, mama. Tidak perlu meminta maaf."
Bukankah jarak yang jauh juga merupakan salah satu cara untuk melupakan seseorang? pikir Dinda. ia akan mengakhiri semua saat kelulusan nanti.
Pelajaran sekolah telah ditutup dengan ujian nasional, tetapi para siswa tetap masuk sekolah sambil menanti hasil ujian, para guru wali kelas tiga mulai memberikan gambaran seperti apa dunia kuliah yang nanti akan di masuki anak didiknya para guru menjelaskan bagaimana menentukan jurusan yang tepat di universitas nanti.
Bara melihat brosur universitas-universitas yang ada di kotanya.
"Kau sudah pasti masuk kedokteran, kan?" Tanya salah satu teman Bara padanya.
Bara menghela napas "Ya" Jawabnya tangannya membolak balik brosur universitas tanpa antusiasme. Tatapannya jatuh pada jurusan seni dia mengetuk-ngetuk brosur tersebut dimeja tanpa sadar.
Di belakangnya, Dinda belum bisa memutuskan akan masuk jurusan apa di universitas nanti kalau pun ujiannya bagus, rasanya ia tidak ingin memasuki jurusan yang tidak disukainya. Dinda berpikir akan lebih baik bila ia mempelajari hal yang ia suka juga.
"Kau mau melihat-lihat brosurmu?" Tanya teman Bara lagi. Bara menggeleng
"Aku sudah tahu mau masuk universitas mana. Ini, kau pilih saja ."
"Kau benar-benar beruntung, Bara " Kata temannya. "Saat kau lulus ujian nanti, sudah ada universitas yang akan menerimamu."
Bara hanya tersenyum singkat menanggapi hal itu. "Apakah benar aku seberuntung itu?" tanya Bara dalam hati. "Aku tahu tidak semua orang punya koneksi seperti papa dan bisa membuat putranya masuk fakultas kedokteran yang paling bagus. Tapi mengapa hatiku terasa berat?"
Setelah memutuskan untuk tidak memilh jurusan apapun hari itu, Dinda menatap Bara lagi. Hanya tersisa waktu 2 minggu untuk memandanginya. Setelah itu, ia tidak akan bertemu Bara lagi.
Dinda benar-benar berharap Bara bisa bahagia selama hidupnya. Ia sudah membayangkan Bara mengenakan jas putih, merawat pasien rumah sakit dengan perhatian. Dinda tertawa perlahan dan menutup matanya.
Hari yang ditunggu-tunggu para siswa kelas tiga akhirnya datang juga pengumuman hasil ujian nasional. Seluruh siswa kelas tiga berkumpul di lapangan sekolah. lalu para wali kelas memberikan amplop surat dengan nama mereka tertera di depannya.
Setelah pembagian amplop selesai, kepala sekolah beranjak menuju tengah lapangan.
"Di tangan kalian terdapat surat yang menyatakan apakah kalian lulus atau tidak atas ujian nasional yang kalian jalani dua minggu yang lalu. Pada hitungan ketiga, bapak ingin kalian membukanya bersama-sama"
Satu...Dua....Tiga...!!
Para siswa dengan tidak sabar merobek amplop surat tersebut dan membukanya untuk melihat hasil mereka.