Chereads / Kuhidup Dengan Siapa? / Chapter 2 - Alisa si Gadis Malam

Chapter 2 - Alisa si Gadis Malam

Sesampainya di diskotik, Alisa menyerahkan tas kertas berisi makanan tersebut kepada security yang berjaga di pintu samping sambil memberikan secarik kertas. Tampak security tersebut mengangguk-anggukan kepalanya dan menyerahkan bungkusan tersebut kepada salah seorang rekannya untuk dibawa masuk.

Alisa segera kembali ke restoran cepat saji, mengambil jaket dan menyalakan motornya, bersiap untuk mengarungi gemerlapnya malam di Ibu Kota.

***

Sementara itu, di sebuah rumah sakit tampak seorang perawat sedang terlihat sibuk menghubungi dokter karena salah satu pasien mereka mengalami perburukan kondisi.

Setelah berhasil perawat tersebut menyuntikkan sesuatu di kantong infus dan mengamati pasiennya sambil sesekali melirik arloji di pergelangan tangan.

"Sudah kamu coba hubungi anaknya?" Tanya perawat tersebut kepada rekannya.

"Sudah, dia dalam perjalanan kemari." Sahut perawat lain.

Belum selesai mereka melanjutkan obrolan, tampak seorang gadis dengan nafas yang tidak teratur membuka cepat pintu kamar rawat inap berisi empat ranjang tersebut.

"Papa!!" Teriaknya tertahan. "Gimana keadaan papa sekarang sus?"

"Saat ini papa mbak Alisa sudah sedikit membaik, dan sekarang sedang tertidur mungkin terkena pengaruh obat yang diberikan Dokter Maya. Sekitar 15 menit lagi saya akan kembali untuk mengganti infus, permisi." Ucap perawat tersebut.

Gadis itu yang tidak lain dan dan tidak bukan adalah Alisa tampak sedang memejamkan mata dan mengatur nafasnya. "Terimakasih banyak sus." Ucapnya.

Sepeninggal suster, Alisa duduk di kursi yang terletak disamping ranjang pasien sambil membelai kening sang papa yang sedang tertidur dengan beberapa selang yang tertempel di tubuhnya.

"Pa, lekas sembuh ya, Alisa janji kalo Papa sembuh bakal ajak papa ke warung nasi bebek kesukaan Papa. Hehe. Istirahat yang nyenyak ya Pa, Alisa kerjain tugas dulu. Nanti kena omel lagi ama dosen yang… huh entahlah, aku sendiri juga gak tau punya dosa apa sama dia." Ucap Alisa pelan karena takut membangunkan Papanya dan juga penghuni lain di kamar tersebut.

Dengan gerakan hati-hati dia mulai melepas ransel di punggungnya, mengambil laptop dan meletakkannya di nakas besi disamping ranjang pasien, dan tidak lama setelah laptop menyala, Alisa langsung masuk ke dalam dunianya, menggambar rancangan sebuah mall untuk dikumpulkan beberapa pekan lagi agar dia bisa lulus mata kuliah yang paling banyak menyita waktunya, dengan pembimbing seorang Dosen yang sepertinya benci padanya.

***

"Duh, si Alisa ini kemana sih udah jam segini belom dateng juga. Lupa apa dia kalo sekarang waktunya si dosen nyebelin itu yang isi materi?" Diana tampak cemas di studio kampusnya.

Bolak balik dia melihat arloji sambil menelpon Alisa yang tak kunjung diangkat.

Tidak lama kemudian, terdengar pintu dibuka dan masuklah seorang Pria tampan dengan tinggi sekitar 185cm memasuki studio.

Manik mata dinginnya langsung menyapu seisi studio. Banyak mahasiswi yang masih terkesima dan salah tingkah dengan ketampanan dosen muda mereka, kecuali Diana tentunya yang masih terlihat cemas walau dia sudah menyerah untuk menelpon Alisa.

Terlihat dosen tampan nan dingin itu menampakkan sedikit senyum mengejeknya tatkala melihat meja di sebelah Diana kosong. Ya, itu meja yang biasa dipakai Alisa.

***

Sementara itu di luar studio perancangan, nampak seorang gadis yang memperlambat laju larinya dan mencoba untuk mengatur nafas "Mampus Gue!" Alisa menatap nanar kaca kecil yang terpasang pintu studio menampakkan sebagian pemandangan di dalamnya, sang malaikat pencabut nyawa sedang menjelaskan tentang tema bangunan yang akan menjadi tugas para mahasiswa.

Sang Dosen muda sekelebat menangkap bayangan Alisa dari kaca kecil yang terpasang pada pintu studio. Nampak gadis itu masih betah berdiri bersandarkan railing di depan pintu sambil kembali mengatur nafas. Betis Alisa terasa keram sehabis berlari menaiki dua anak tangga sekaligus menuju lantai 4 tempat studionya berada karna akan terlalu lama jika menunggu lift yang dipenuhi oleh mahasiswa di jam-jam sibuk mereka mengejar waktu agar tidak terlambat.

***

Dosen dingin itu undur diri dari studio setelah selesai memberikan penjelsan materi kuliahnya.

Saat pintu terbuka, Alisa memberanikan diri untuk mendekati sang Dosen. "Maaf pak, saya terlambat, apakah bapak berkenan kalau saya melanjutkan tugas yang baru?" Ucapnya dengan nada sedikit bergetar.

Bagaikan angin, kata-kata Alisa sepertinya cuma lewat saja di telinga sang Dosen. Dengan angkuh dan tatapan tajamnya menghadap lurus ke depan Pria itu melanjutkan langkahnya, jangankan menjawab, bahkan melihat gadis itupun tidak.

Alisa langsung menundukkan kepala sambil menyisir rambut sebahunya dengan tangan setelah mendapat respon yang tidak diinginkan dari dosennya.

"Bagaimana ini? Gue kasih alesan apa coba? Masa gue harus jujur kalo tadi telat gara-gara ketiduran abis lembur tugas. Pasti dia nuduh yang tidak-tidak. Masa iya sampai harus jelasin alasan sesungguhnya kalo gue kerja part time di restoran cepat saji sampai tengah malam dan langsung ke rumah sakit untuk nemenin papa." Batin Alisa sampil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Alisa, si gadis malam. Sudah hampir setahun dia berteman dengan gemerlap malam Ibu Kota. Jangan bayangkan dia bersenang-senang. Malam-malamnya dia habiskan untuk bekerja, dan menjaga sang Papa yang sedang tidak berdaya di rumah sakit, dengan setumpuk Deadline tugas kuliahnya di Jurusan Arsitektur salah satu kampus ternama di Ibu Kota. Dan hanya Alisa yang tau untuk apa malam-malamnya dihabiskan dan tidur hanya beberapa jam karena dia harus melanjutkan paginya di kampus.