Nafasnya yang memburu dan juga rahangnya yang berderik mengeras, menandakan bahwa dia sedang dalam kemarahan yang maksimal.
Pertanyaan yang datang secara tiba-tiba, dari anak pimpinan tertinggi JI CORP. Membuat Meimei yang sedang kewalahan dengan fotocopy-an berkas yang menggunung itu, tertunduk lemas.
"Astaga, apa yang sudah aku lakukan? Kenapa Tuan Ji bisa sampai datang ke sini dan lagi, dia bertanya tentang Annchi? Apa sebenarnya hubungan antara Tuan Ji dan juga Sekretaris penggoda itu? Apakah, jangan-jangan mereka ..." Meimei pun menghentikan ucapannya saat Fengying-lelaki yang sedang berdiri kesal di depannya itu, maju ke hadapannya dan memukul mesin fotocopy yang sedang dia gunakan.
"KAU TULI, HAH?! Aku bilang DI-MA-NA ANN-CHI??!" Fengying memelototkan matanya pada wanita itu.
Deg!
Seketika, Meimei pun langsung menjawabnya dengan rasa gugup yang maksimal. "A-aku tidak tahu, Tu-tuan Ji. Ta-tapi sekarang mungkin saja mereka sedang pulang ber-sama." Mendengar hal itu, Fengying pun langsung berlari meninggalkan ruangan itu, diikuti dengan tatapan bingung para karyawan, yang berdiri terpaku melihat bos mereka kalang-kabut seperti itu.
"Hei, apakah ini adalah masalah baru? Kau, apa yang sudah kau lakukan pada Sekretaris baru Tuan Ji?" tanya salah satu teman karyawannya pada Meimei.
"A-aku tidak tahu. Aku sama sekali tak tahu apa-apa." Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan kencang. Dia benar-benar tak tahu apa yang sedang terjadi pada Tuan muda yang sombong dan arogan itu.
"Sebaiknya, kita tak perlu mencari gara-gara dengan salah satu dari para wanita Tuan muda. Kalau kau mencari gara-gara dengan mereka, maka kau pasti akan jatuh ke dalam neraka bersama dengan amarah Tuan muda yang membara," lanjut salah satu teman karyawannya, memberikan saran.
***
Sementara itu, pada saat yang sama, Fengying-pria yang kala itu sedang mencoba menghubungi telepon Annchi, sama sekali tak mendapatkan jawaban darinya.
["Mohon maaf, nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan. Silakan tinggalkan pesan suara setelah bunyi-"]
Brak!
Pria itu membanting ponselnya sampai hancur berkeping-keping. "Kurang ajar! Sedang apa mereka sampai dia sama sekali tak mendengarkan ponselnya yang berbunyi dengan keras itu? Ataukah, jangan-jangan mereka sedang bersenang-senang? Cuih!" Fengying pun meludah dengan kesalnya. "Lihat saja kau perempuan murahan, aku pasti akan membuat kau menyesal karena sudah tidur dengan Jianying," ancamnya.
Kala itu, dia sudah berjanji bahwa dia akan mengikat Annchi di tempat yang sama sekali tak ada orangnya dan akan memperlakukan dia seperti slave yang tak bisa membalas balik.
Saat dia sedang tenggelam dalam amarah dan juga tenggelam dalam pikirannya yang sedang tidak dalam kondisi stabil itu, tiba-tiba saja, Sekretaris Bai-Bai Jiming datang ke hadapannya dan mengatakan bahwa dia sudah tahu dimana Annchi dan juga Jianying-saudara tirinya itu berada.
"Fengying, aku sudah tahu mereka ada di mana?" Seketika bola mata Fengying pun membulay sempurna, seakan-akan bola matanya itu akan segera keluar dari kelopak matanya. "Dia ada di hotel S di luar kota."
"Kurang ajar. Apa yang mereka lakukan sampai di luar kota?"
"Kau sama sekali tak tahu kan, tempat seperti apa itu? Itu adalah tempat para pria hidung belang mendapatkan wanita yang akan mereka tiduri," jawabnya.
Tanpa banyak pikir lagi, Fengying pun langsung menuju ke tempat itu dengan kecepatan mobil yang maksimal.
"Annchi, kalau sampai kau disentuh oleh para pria itu, maka aku akan membunuhmu," kata Fengying, dengan urat kepala yang terlihat di seluruh kepalanya.
***
Sementara itu, di sisi Annchi sekarang. Dia sedang duduk di tempat yang sama sekali tak dia ketahui setelah dia terbangun dari tidurnya.
"Hmm?" Mata bulat berbalutkan bulu mata tebal nan lentik itu, perlahan memutar ke segala arah, berusaha mencari tahu dimana dia sedang tertidur kala itu. "Dimana ini? Apakah aku sudah ada di rumah?" tanyanya sambil memegang kepalanya yang terasa sangat pusing tujuh keliling akibat meneguk minuman yang sama sekali tak dia ingat.
Perlahan-lahan, Annchi-wanita yang sedang berada sendirian di dalam ruangan kosong itu, bangun dari duduknya dan memegang kepalanya yang sakit. Dia berusaha mengingat kembali apa yang sudah terjadi padanya, sampai dia bisa berada di tempat yang sangat asing itu.
"Astaga, apa yang terjadi padaku? Tadi aku sedang bersama dengan Manager Jianying, tiba-tiba-" Annchi yang kala itu sedang berusaha mengingat kembali apa yang telah terjadi, tiba-tiba pintu ruangan tiga kali empat itu pun terbuka dan masuklah seorang Pak Tuan gendut yang sedang mabuk bersama dengan beberapa wanita dengan busana pendek nan tak pantas digunakan untuk seseorang.
"Apa yang sedang terjadi?" tanya Annchi, dengan matanya yang tak bisa dia tutup sama sekali saat melihat para wanita yang sedang memanjakan pria tua gendut di depannya.
"Hei, kau! Cepat datang ke sini dan buka bajumu!" perintah Pak tua gendut, yang sedang dikelilingi wanita-wanita cantik itu.
"Apa yang kau katakan?" Annchi berusaha bangkit dari duduknya, akan tetapi kepalanya yang masih pusing itu, membuatnya jatuh kembali ke bawah.
"Hei, kau jangan banyak bergerak. Sebaiknya kau datang saja bersama dengan kami. Puaskan Bos Tang ini," ujar salah satu dari wanita yang saat itu sedang memeluk pria tua gendut di depannya.
Annchi menatap mereka dengan jijik. "Kalian sudah gila, aku sampai mati pun tidak akan pernah mau melayani pria tua yang bau tanah itu," tegas Annchi, sambil berusaha bangkit dari sana dan keluar ke arah pintu keluar yang sedang terkunci di depannya.
Namun sayangnya, tangannya yang berusaha membuka pintu yang sedang terkunci kala itu, malah ditahan oleh pria tua yang katanya itu adalah bos Tang, pemilik dari perusahaan jasa yang lumayan terkenal di negara M.
"Hei, Nona manis. Kau jangan terlalu jual mahal padaku. Aku pasti akan membuatmu menjadi kaya raya, asal kau puaskan aku malam ini. Hahahah," katanya sambil terus menahan tangan Annchi dan berusaha untuk menciumi bibirnya dengan paksa.
"Kurang ajar. Lepaskan aku! Kau sudah gila? Aku bukan wanita seperti itu. Lepaskan aku! Kau pria mesum sialan!"
"Hahah, kau jangan seperti itu. Aku pasti akan membuat kau senang dan merasa puas. Sekarang, kau puaskan aku juga." Pria tua gendut nan kurang ajar itu, terus saja memaksakan dirinya pada Annchi, sampai Annchi pun kewalahan. Akan tetapi, Annchi smaa sekali tak menyerah.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku harus segera pergi dari sini jangan sampai dia-" seketika Annchi pun terbelalak, saat tangan pak tua yang biadab itu perlahan menyentuh dada Annchi dengan sengaja.
"Kurang ajar!" Annchi pun menggigit tangan pria tua itu hingga berdarah.
"Aaaaa, kurang ajar kau!" Pria tua itu pun memegang tangannya yang gemetaran setelah di gigit oleh Annchi.
Ekspresi puas dan juga senang tak bisa dia ekspresikan lagi kala itu. "Hahaha, rasakan kau. Dasar orang tua mesum. Sekarang juga aku harus pergi dari sini." Annchi kembali berusaha membuka pintu ruangan itu, akan tetapi, pintu itu masih saja tak bisa terbuka.
Wanita yang sedang dalam posisi bingung itu, perlahan ditarik dari rambutnya dan dijatuhkan ke tanah sambil diinjak tangannya hingga terkilir. "Aaaaaaa," teriak Annchi sambil menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tangannya.
"Wanita sialan. Aku pasti akan mengajarkanmu apa artinya sopan santun. Hahah, sekarang kau hanya harus menerima adik kecilku dan puaskan aku! Hahahha." Pria itu pun membuka celananya sambil tersenyum melihat Annchi yang sedang meringis kesakitan dengan tangannya yang bengkak itu.
Dalam hatinya, Annchi sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia hanya bisa pasrah dan memohon agar siapa saja bisa datang dan menolongnya saat itu. "Kumohon, tolonglah aku! Hiks, hiks."
Tiba-tiba...
Brak!
Buk. Bak. Buk. Bak.
Segerombolan orang pun datang bersama dengan pria yang sangat dia kenal.
"Annchi," teriak Fengying dengan wajahnya yang terlihat sangat khawatir pada wanita yang sedang terbaring meringis di depannya.
Dia pun membalikkan pandangannya pada pria tua yang sudah dia pukul hingga jatuh ke bawah. "KEPARAT KAU!!!"