Chereads / Fat or Slim? / Chapter 15 - Bab 15. Belum Cukup Berani

Chapter 15 - Bab 15. Belum Cukup Berani

"Sudah, kau jangan buat aku emosi dan terpancing untuk mengadukan persoalan ini ke kepala sekolah. Kau tidak ingin bukan di skors dari sekolah?"

Alina mengangkat satu sudut bibirnya ke atas. Dia benar-benar tidak menduga jika guru yang seharusnya bisa untuk menjaga para muridnya, ternyata Mala meminjam dan berniat untuk menjatuhkan mental.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu? kok ngejek atau kau mengira aku tidak serius akan menyebarkan video ini sehingga kau bisa dikeluarkan dari sekolah ini?" ancamnya lagi.

"Maaf, Buk. Tapi Alina bener-bener nggak melakukan tuduhan yang seperti Ibu katakan. Alina sendiri tidak tahu video apa yang Ibu bicarakan."

Karena kesal Alina terus saja mengelak dan tidak mau mengaku. Guru wanita itu memutar video Alina yang sedang mengganti pakaian di kamar mandi.

Matanya berwarna coklat besar dan jantungnya berdegup tak tenang. Alina hanya terdiam, dia membungkam mulut dengan kedua tangannya.

"Bagaimana bisa video itu ada di ponsel Ibu? Lalu siapa yang sudah meletakkan kamera di toilet?" tanyanya frustasi.

"Kamu yakin tidak merekam video ini sendirian?" tanya si guru dengan nada yang penasaran sekaligus menekan.

Gadis itu mengangguk dengan penuh keyakinan. "Bener, Buk. Demi Allah. Alina nggak mungkin ngerekam hal buruk seperti itu. Apalagi itu diri sendiri," katanya menahan sesak di dada.

"Bener juga ya apa yang kamu bilang. Jika dilihat dari segi ini, kau sama sekali tidak melihat ke arah kamera ataupun merasa ketakutan jika ada orang yang datang lalu mengetahuinya." sigung yang berkacamata itu menaikkan kacamatanya ke atas.

Mereka berdua terdiam beberapa menit. hal ini sudah tak bisa menahan rasa sesak di dadanya. Jangan lupakan segala kesedihan nya di depan guru BK.

Dia tidak tahu jika nanti akan disalahkan karena sudah menutupi pemulihan yang dia dapatkan dari teman-teman sekelasnya termasuk satu sekolah.

"Kenapa kau menangis?"

"Alina hanya kecewa dengan murid yang ada di sekolah ini. Kenapa mereka begitu ti ga sehingga mengambil video yang tak bagus ini, hiks!" isaknya.

"Apa kau memiliki musuh di sekolah ini?" Alina menggeleng cepat. "Tody, Buk. Jangankan musuh, teman saja enggak punya."

Si guru mulai prihatin dengan keadaan Andina yang terpukul. Dia kemudian meminta maaf karena sudah menuduh yang tidak-tidak.

"Jika benar begitu, pasti ada sekelompok orang yang ingin menjatuhkan kamu dan sudah pasti mereka tidak menyukai kamu."

"Iya, Buk. banyak orang yang membenci Alina karena memiliki tubuh yang gemuk dan tak kurus seperti mereka."

Si guru lebih kaget lagi dengan penuturan Alina. "Kau jangan sembarangan berbicara. Mana mungkin ada orang yang membenci gadis menggemaskan seperti kamu."

"Tapi tidak semua orang menyukai cewek bertubuh gemuk sepertiku, Buk. Ya ampun, Alina minta maaf karena sudah curhat sama Ibu," katanya.

"Kamu tidak perlu meminta maaf. bahkan sudah seharusnya kamu datang ke sini lah mengeluarkan semua isi hatimu tentang sekolah ini. Saya marah kepada kamu," kata si guru.

"Iya, Buk. Alina tahu dan sadar diri. orang seperti Alina tidak pantas untuk mendapatkan pujian. Anime pantas dimarahi, dikucilkan, dibully dan tak dianggap," katanya merendah.

"Bukan seperti itu Alina!" tangan seru bergerak mengangkat dagu Elina yang menunduk dan dia tersenyum ramah layaknya seperti sedang menasehati putrinya sendiri.

"jika kamu mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman-teman sekelas ataupun satu sekolah. Kamu harus melaporkannya kepada Ibu. Karena tugas Ibu di sini adalah untuk menerima masukan serta kritikan dan juga perihal apa saja yang dihadapi oleh murid-murid di SMA sejahtera ini."

Allah hanya terdiam. bahkan dia sudah beberapa kali mencoba untuk datang ke ruangan BK, namun ya terus aja ditolak dan tak mendapatkan waktu untuk bercerita.

"Tapi alinea sudah beberapa kali datang ke ruang BK untuk mengeluarkan keluh kesah. Tak ada 1 guru BK punya mau mendengarkan ucapan Alina, termasuk Ibu." Guru itu menghela napas.

Karena pernah tidak mau percaya dan tidak memberikan waktu kepada Alina.

dia termakan ucapan dari siswa maupun siswi yang datang mengakibatkan keburukan Alina. Akan tetapi dia juga tidak boleh terlalu percaya terhadap Alina maupun dengan murid yang lainnya.

Dia harus menyelidiki dan mengumpulkan bukti-bukti jika memang muridnya ini sudah mendapatkan body sharming.

"Jadi begini Alina, setelah keluar dari ruangan ini. Kamu seperti biasanya saja. Kamu tetap menjadi Alina yang pendiam dan tak berani melawan. Jangan sampai murid yang lain curiga jika kamu sudah bercerita kepada Ibu," katanya.

"Baik, Buk."

Alina keluar dengan perasaan sedikit lega. Setidaknya dia sudah memberitahu kepada ada satu anggota guru yang ada di SMA Sejahtera ini.

Ini juga sempat menyesal karena sudah berpikir buruk terhadap guru yang kurus itu. Dan kimia Lina sudah tahu alasannya, kenapa guru tersebut tidak mau mendengarkan curhatan Alina sebelumnya.

Sedangkan di ruangannya, wanita kurus berkacamata itu prihatin dengan keadaan Alina. Dia ingin membantu, namun dia hanyalah guru honorer yang baru 2 bulan ada di SMA Sejahtera ini.

******

Alina sampai di kelas disambut dengan tepung yang ada di kepala pintu lalu membuat putih seluruh badannya.

Dia menelan ludahnya. Fadel dan Bryan lemparkan ke badan gemuknya itu. "Gue yakin nih, pasti dia disuruh pulang sama guru BK."

"Yoi, Bos. Itu udah pasti. Palingan juga kenak scores kan dari sekolah."

Seisi kelas tertawa dan kembali melempar dengan kertas yang sudah diremuk.

"Apa kalian puas melihat aku seperti ini?" ujar Alina dengan suaranya yang besar dan juga menggelegar.

Alina juga tak tinggal diam, dia melemparkan kan tasnya kearah Bryan yang sedang memakan permen.

"Anjir, Lo mau carimasalah sama gua," kata Brayan yang tidak terima dengan lemparan Alina.

"Kenapa? Kenapa kamu marah dilempari dengan tas?" Alina mulai masuk ke dalam kelas. tangannya mengambil bungkus tepung yang berisi setengah lalu membuat seisi kelas putih dengan taburan tepung.

"Kalian pasti marah kalau diperlakukan dengan tidak baik, kan? Aku juga merasa seperti itu, marah. Tapi aku nggak bisa apa-apa, selain diam dan menerima perlakuan buruk dari kalian semua," jerit Alina. Dia berusaha untuk menahan tangisnya.

Alina lupa dengan ucapan guru BK tadi. Dia memperlihatkan sisi ganasnya. Bahkan beberapa orang mulai tak berani mengganggunya.

"Enggak usah drama deh lo, gendut! Lu kira kita takut sama badan lo yang gede itu?" kata Reva.

Disusul oleh Audia serta Sinta. Mereka menampar pipi Alina begitu kasar dan keras. Plak...

Alina memegangi pipinya yang berdenyut dan terasa perih. "Apa? Bisa lo ngebalasnya?" tutur Reva sembari menarik rambutnya dengan kasar.

Jika sudah begini, Alina tidak berani melawan. Keberaniannya hilang seketika dan kakinya gemetar. "Gemetaran dia anjir," kata Brayan terkekeh.

"Huh!"