Setelah Tristan pergi, Adelia mengajak Eric untuk masuk ke rumahnya dulu untuk menunggu Adelia mandi dan berganti pakaian. Eric masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan Ibu Ayu yang sedang berada di ruang tamu. Dia menyalami ibu Ayu, duduk di sofa dan mengobrol dengannya sambil menunggu Adelia.
"Nak Eric sudah lama tidak bersilaturrahmi seperti ini."
"Iya Bu, maaf kemarin-kemarin saya sibuk. Ibu bagaimana kabarnya?"
"Baik, semenjak check up terakhir saya lumayan enakkan."
"Yang terpenting ibu tidak boleh kecapean, stress, jaga pola makan, olahraga ringan dan istirahat yang cukup. Kalau ada keluhan bisa telpon saya langsung. Nomor telpon saya masih sama."
"Terimakasih nak Eric."
Mereka terus berbincang-bincang hingga Adelia keluar dari kamarnya. Adelia terlihat cantik dan anggun mengenakan dress berwarna merah. Eric melihat Adelia yang berjalan ke arahnya. Dia yang dulu tak pernah memperhatikan seperti apa Adelia, kini pandangan fokus pada Adelia. Matanya yang dulu tertutup hanya untuk pacarnya kini mulai melihat Adelia sebagai seseorang yang baru dan mulai spesial dihidup Eric yang baru dimulai.
"Adelia cantik sekali, selama ini mataku buta. Mungkin karena aku hanya memikirkan Sera. Aku sungguh menyia-nyiakan wanita yang baik dan cantik," batin Eric. Penyesalan itu baru dirasakan olehnya. Seharusnya dulu dia membuka mata dan hatinya. Tentunya kini hidupnya sudah bahagia bersama Adelia, tapi semua itu hanya penyesalan yang tak ada gunanya, sekarang waktunya untuk Eric kembali mengejar Adelia diantara persaingannya dengan dua mantan suami lainnya.
Eric pamit pada Ibu Ayu untuk mengajak Adelia ke rumahnya. Dengan izin dari Ibu Ayu, Eric mantap mengajak sang mantan istri pergi bersamanya. Mereka berdua berjalan keluar dari rumah. Eric membukakan pintu mobil depan untuk Adelia. Dia berusaha memperbaiki kesalahannya dari hal yang terkecil, memberi perhatian salah satu cara memperbaiki kesalahan di masa lalu dan merajut kembali kedekatan diantara mereka berdua.
Adelia masuk ke dalam mobil itu. Sepanjang perjalanan mereka begitu canggung. Walaupun dulu mereka adalah pasangan suami istri sebelumnya, tapi itu sudah sangat lama sekali. Dan sekarang mereka hanya orang lain satu sama lain.
Sambil menyetir sesekali Eric melirik ke sampingnya. Adelia hanya diam tak berkata apapun, membuat Eric berpikir harus mencairkan suasana, dia ingin dekat kembali jadi harus ada yang dimulai olehnya.
"Adelia, apa AC mobilnya kurang dingin?"
"Cukup dingin kok Kak Eric."
"Oke."
Eric bingung harus tanya apa lagi, dia ingin suasana diantara mereka jadi hangat.
"Ngomong apa lagi?" batin Eric.
"Raisa sekarang udah kuliah ya?" tanya Eric.
"Iya, sudah semester 8," jawab Adelia.
Eric memikirkan wacana apalagi yang bisa membuat mereka dekat. Tidak mungkin membahas perasaan atau sedang dekat dengan siapa, terlalu terburu-buru untuk saat ini.
"Adelia ...," ucap Eric.
"Iya," sahut Adelia.
"Katakan enggak ya? tapi perempuan suka dipuji," batin Eric.
"Kau cantik," puji Eric pada Adelia.
Adelia menunduk mendapat pujian dari Eric. Ini pertama kali dia mendengar mantan suaminya berkata seperti itu.
"Gombal sekali ucapanku tadi, Adelia akan berpikir aku cowok playboy gak ya?" batin Eric.
Eric dan Adelia sama-sama canggung dan terdiam, apalagi kata-kata pujian tadi membuat suasanya semakin canggung.
Sampai di rumah Eric, Adelia turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Ibu Hana sudah menunggu mereka di ruang makan. Adelia mencium tangan mantan ibu mertuanya. Ibu Hana senang sekali bisa bertemu Adelia kembali. Harapannya untuk menjodohkan Adelia dan Eric kembali sepertinya baru dimulai dari makan malam bersama ini.
"Ayo Adelia duduk, ibu sudah masak banyak makanan. Ibu juga masak masakan kesukaan Adelia," ucap Ibu Hana mengajak Adelia duduk.
"Terimakasih Bu," ucap Adelia sambil duduk.
"Iya sama-sama nak. Bagaimana kabar ibu dan adikmu?" tanya Ibu Hana.
"Alhamdulillah baik," ucap Adelia.
Ibu Hana melihat ke arah putra semata wayangnya. Dia harus mendekatkan anak dan mantan menantunya agar bisa kembali dekat lagi.
"Eric ambilkan Adelia piringnya!" perintah Ibu Hana.
"Baik Bu," jawab Eric lalu mengambilkan Adelia piring.
Mereka makan bersama, suasana canggung mulai mencair karena hadirnya Ibu Hana. Mereka bertiga makan bersama. Sesekali Eric memperhatikan Adelia, Ibu Hana menyadari hal itu, dia tahu anaknya sudah mulai membuka hatinya untuk Adelia. Tinggal menunggu Adelia membuka hati untuk anaknya.
"Bagus, ada kemajuan. Eric memang harus melihat betapa baiknya Adelia," batin Ibu Hana.
Selesai makan Eric membantu Adelia merapikan meja makan dan mencuci piring di dapur. Ibu Hana membiarkan Eric melakukan pendekatan pada Adelia.
"Adelia beginikan?" tanya Eric yang membilas piring yang baru saja dicuci memakai sabun cuci piring oleh Adelia.
"Iya, dibilas sampai busanya hilang," jawab Adelia.
Eric membilas semua piring. Dia membantu Adelia sampai sampai selesai, kemudian mereka berjalan keluar dari dapur.
"Adelia aku masih ingat saat kau memasak opor ayam untukku, rasanya enak. Aku belum pernah menjumpai opor ayam yang seenak buatanmu," ucap Eric menceritakan masa lalu mereka. Mungkin dengan sedikit nostalgia akan membuat kemistri diantara mereka terjalin kembali.
Adelia hanya membalas dengan senyuman tipis tanpa berkata apapun.
"Dulu aku sudah membuatmu sedih, maafkan aku," ucap Eric.
"Aku sudah memaafkanmu Kak Eric, semua sudah berlalu," ucap Adelia.
"Kalau aku nembak sekarang? tapi gimana kalau Adelia jadi ilfeel, gak, nunggu dulu sampai momen yang pas," batin Eric.
Eric dan Adelia menuju ke ruang tengah menyusul Ibu Hana yang duduk di sofa. Adelia duduk di samping Ibu Hana sedangkan Eric duduk di seberangnya.
"Adelia apa kau sudah punya seseorang yang spesial?" tanya Ibu Hana.
"Belum Bu," ucap Adelia.
"Sama dong, Eric juga belum punya," ucap Ibu Hana.
Adelia dan Eric hanya diam. Pembicaraan ini membuat mereka malu.
"Apa Adelia punya niatan untuk menikah kembali?" tanya Ibu Hana.
"Ee ... belum Bu," ucap Adelia mulai canggung.
"Obrolan ini membuat Adelia malu dan canggung, sebaiknya aku pergi membiarkan Ibu dan Adelia mengobrol berdua," batin Eric.
"Ibu aku ke kamar sebentar," ucap Eric.
"Iya," sahut Ibu Hana.
Eric meninggalkan Ibu Hana dan Adelia mengorbol berdua. Dia tahu ini akan bertambah canggung jika dia tetap ada di sana. Sementara itu Ibu Hana masih mengajak Adelia berbincang. Dia ingin mendekatkan Adelia dengan Eric. Siapa tahu Adelia mau membuka kembali hatinya dan memberi Eric kesempatan.
"Adelia menurutmu Eric bagaimana orangnya?" tanya Ibu Hana.
"Kak Eric baik, ramah, dan penyayang," ucap Adelia.
"Kalau seandainya saja Adelia bisa menjadi menantu ibu lagi, pasti ibu sangat senang," ucap Ibu Hana.
Adelia bingung harus menjawab apa. Jika dia menolak atau membantah sepertinya tak sopan dan tidak pantas untuk melakukan hal itu pada orang yang lebih tua.
"Apa yang harus ku jawab?" batin Adelia.
"Eric sudah berubah nak, dia akan berusaha membahagiakanmu asal kau mau memberi kesempatan kedua untuknya," ucap Ibu Hana.
"Maaf sebelumnya Bu, Ibu saya sedang sakit, saya hanya ingin fokus dulu pada ibu, adik, dan pekerjaan saya," ucap Adelia dengan sopan.
Adelia memang sudah memutuskan untuk fokus pada keluarganya. Dia belum ingin memiliki pendamping dalam waktu dekat ini. Apalagi kegagalan di masa lalunya membuatnya harus lebih hati-hati lagi saat memutuskan menikah.
"Oh begitu ya, tapi tidak apa-apakan jika Eric berusaha mendekatimu kembali?" tanya Ibu Hana.
Deg
Pertanyaan yang membuat jantung Adelia berdetak kencang. Jawaban yang sulit diucapkan olehnya. Kembali dekat berarti siap membuka luka lama dan mengobatinya perlahan-lahan.