Chereads / Suami 4 / Chapter 11 - Polisi Ganteng Datang

Chapter 11 - Polisi Ganteng Datang

Eric sedang istirahat di ruangannya saat jam istirahat datang. Dia sedang memikirkan sesuatu untuk mendekati Adelia. Tak mudah memulai kembali sebuah hubungan yang telah lama terputus apalagi meninggalkan luka mendalam. Pendekatannya kali ini harus penuh pertimbangan, dia tidak ingin membuat Adelia tak nyaman. Jangan sampai kedua mantan suaminya lebih unggul dan baik dari pada dirinya. Dia harus jadi winner.

Eric sudah pernah pacaran tapi tidak tahu cara mendekati Adelia kembali. Dia takut salah tingkah dan aneh jika salah langkah. Di tengah kegalauannya, perawat masuk ke ruangan Eric untuk meletakkan berkas pasien di meja Eric.

"Suster Tari saya boleh bertanya?"

"Tanya apa Dok?" Suster Tari penasaran, dia merasa pertanyaan ini serius, terlihat dari ekspresi sang Dokter.

Eric ingin tahu pendapat Tari karena dia seorang wanita seperti Adelia. Kebetulan Eric lumayan dekat dengan Tari. Di antara semua perawat yang menjadi asisten Eric, Tari adalah orang yang paling bisa dipercaya dan menjaga rahasia. Tari juga dewasa dan bijaksana. Maka dari itu Eric berpikir untuk bertanya padanya.

"Kalau kita mau PDKT sama mantan gimana cara ya?"

"Dokter-dokter, saya ini belum pernah pacaran mana tahu urusan seperti itu, bukannya Dokter malah sudah pernah pacaran ya?"

"Iya, tapi yang ini beda, dia mantan istriku."

"Mantan istri, Dokter sudah pernah menikah? saya kira masih lajang."

"Dulu saya pernah menikah dengan seseorang wanita tapi hanya 6 bulan, setelah itu kami bercerai. Itu semua karena saya belum move on dari pacar saya."

"Wah susah kalau begitu Dok, paling tidak mantan istri Dokter pasti pernah sakit hati pada anda."

"Iya, saya juga merasa begitu. Apa dia akan mau kembali lagi dengan saya setelah saya menyakitinya?"

Eric menceritakan rumah tangganya yang telah usai dengan Adelia pada Tari. Dia berharap Tari memberikan dia saran yang baik agar dapat kembali mendekati Adelia.

"Dokter berusaha saja dulu, beri dia perhatian yang tulus. Batu saja yang keras jika ditetesi air setiap hari lama-lama hancur, itu perumpamaannya. Jika Dokter terus menerus memberinya perhatian lama-lama dia akan luluh juga, kalau kata orang Jawa Witing Tresno Jalaran Kulino."

"Apa maksudnya?"

"Cinta tumbuh karena terbiasa."

"Benar juga, makasih ya Sus."

"Iya sama-sama Dok, semoga Dokter bisa bersama dia lagi."

Eric berpikir untuk memberi perhatian lebih pada Adelia. Mungkin dengan begitu dia bisa mengambil hati Adia kembali. Apalagi Eric memiliki dua rival yang sama kuat. Jika dia bersantai dan lengah, dia bisa kehilangan Adelia.

***

Adelia menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam istirahat. Dia begitu semangat mengerjakan pekerjaannya karena ini hari pertamanya bekerja. Jam istirahat dimulai, Adelia keluar dari ruangan akunting menuju ke kantin perusahaan. Dia bersama beberapa teman stafnya menuju kantin itu. Adelia duduk bersama kedua teman barunya di meja itu.

"Oya Adelia, sudah tahu Presdir kita?"

"Oh, iya."

Adelia bukan hanya tahu lebih tepatnya sangat mengenal, Tristan mantan suami keduanya. Mereka pernah hidup bersama dan berbagi ranjang bersama.

"Dia itu ganteng, keren, cool, gagah, dan berkharisma tapi sayangnya cuek sama cewek," ucap Lina.

"Iya, kalau kita senyum sama Presdir, mana pernah dia mau balas senyum kita, udah kaya robot aja," ucap Nunung.

"Ada yang bilang dia pernah menikah sama seseorang tapi cuma sebentar gitu," ucap Lina.

"Ya mana ada yang tahan kalau didiemin terus, meskipun ganteng juga, makan hati," ucap Nunung.

Teman-teman Adelia tidak tahu kalau Adelia adalah mantan istri Tristan. Dulu pernikahan Tristan dan Adelia dilakukan secara privat. Hanya keluarga inti yang hadir dipernikahan itu. Tristan tidak mau pernikahan itu dirayakan dan dihadiri banyak orang. Dia belum siap memiliki hubungan secara terang-terangan karena trauma di masa lalunya. Dia takut menjalin hubungan. Saat berceraipun hanya pihak keluarga yang tahu.

"Tapi gak ada yang tahu siapa mantan istrinya, pasti orang yang sabar banget menghadapi manusia robot yang super cuek seperti itu," ucap Lina.

"Iya pasti, kalau kamu Adelia, menurutmu gimana kalau seandainya punya suami kaya dia?" tanya Nunung

Adelia bingung mau jawab apa, sudah jelas dia mengalami apa yang mereka semua bicarakan.

"Aku ... aku mau mengambil makanan dulu," ucap Adelia mengalihkan pembicaraan.

Adelia bingung harus menjawab apa pada kedua teman barunya. Dia tidak mau jika nanti temannya tahu kalau dia adalah mantan istri Tristan yang mereka bicarakan. Adelia berjalan menuju tempat prasmanan, dia mengambil makanan yang akan dimakan olehnya, kemudian membawa makanannya menuju meja tadi, saat dia berjalan ada seorang wanita cantik, seksi dan elegan sedang memainkan handphonenya sambil berjalan ke arahnya. Adelia berusaha menghindar tapi dia malah menabrak Adelia.

"Kamu punya mata ditaruh mana sih?" tanya Sasa.

"Maaf," jawab Adelia.

"Kamu tahu siapa saya? saya ini sekretarisnya Tristan, Presiden Direktur di sini," ucap Sasa.

"Iya," sahut Adelia.

"Lihat nih, baju mahal saya jadi kotor, gaji kamu gak cukup buat beli baju saya," ucap Sasa.

Tiba-tiba Tristan datang menghampiri Sasa dan Adelia.

"Sasa ada apa kamu marah-marah?" tanya Tristan.

"Tristan, pegawai bawahan ini menumpahkan makanan ke bajuku," ucap Sasa.

Adelia hanya diam. Dia tidak ingin mencari masalah di hari pertamanya bekerja. Apalagi pekerjaan ini penting untuknya.

"Dia yang menumpahkan makanan atau yang sebenarnya kamu yang tidak melihat jalan?" tanya Tristan.

"Kamu gak percaya sama aku Tristan?" tanya Sasa balik.

"Lihat peraturan di kantin ini, dilarang memainkan handphone saat berada di kantin dan kamu sudah menyalahi aturan yang ada," ujar Tristan.

"Tristan tapi aku ...," ucap Sasa.

"Sasa, kamu seharusnya memanggil namaku dengan jabatanku, ini di kantor," kata Tristan.

"Iya Presdir," ucap Sasa.

"Adelia kembalilah mengambil makanan lagi!" ucap Tristan.

Adelia mengangguk kemudian Tristan meninggalkan kantin itu setelah bicara. Adelia kembali mengambil makanan sedangkan Sasa yang kesal keluar dari kantin itu. Dia tidak menyangka akan dimarahi Tristan hanya demi pegawai bawahan seperti Adelia.

"Wanita itu membuatku malu di depan Tristan, sebelumnya Tristan tidak pernah peduli pada pegawai bawahan tapi sekarang kenapa dia begitu peduli, siapa wanita itu? menyebalkan," ucap Sasa sambil berjalan penuh kekesalan.

Hari mulai sore Adelia sudah menyelesaikan pekerjaannya. Jam kerja juga sudah mulai selesai. Beberapa karyawan mulai keluar dari ruangan akunting. Adelia membereskan perlengkapannya ke dalam tasnya. Dia keluar dari ruangan akunting bersama teman-temannya.

Tristan cepat-cepat membereskan pekerjaannya, dia berharap sore ini bisa mengantarkan Adelia pulang. Matanya sesekali melihat jam, dia takut telat menemui Adelia. Tristan membereskan berkas-berkas di mejanya. Dia bersiap keluar ruangannya.

***

Eric mengendarai mobilnya menuju perusahaan tempat Adelia bekerja. Sesuai nasihat suster Tari dia mencoba untuk mengantar pulang Adelia. Dia berharap Adelia mau diantarkan pulang olehnya. Eric masuk ke parkiran di depan perusahaan itu. Eric keluar dari mobilnya menuju lobi perusahaan itu. Pas sekali, Adelia baru keluar dari dalam menuju lobi. Adelia dan Ericpun saling bertemu.

"Kak Eric."

"Ee ... Adelia tadi aku tidak sengaja melewati depan perusahaan ini, kebetulan aku tahu kamu kerja di sini, jadi sekalian mampir dan ingin mengajakmu pulang bersama, gimana?"

Adelia bingung dan tidak enak jika menolak, tapi dia juga tidak mau kembali dekat dengan mantan suaminya.

"Kak Eric maaf, aku mau naik busway biar tidak macet."

"Iya ya, sore gini pasti macet, naik busway lebih cepat. Kalau gitu saya ikut naik busway juga."

"Silahkan, itu angkutan umum."

Eric memarkirkan mobilnya di parkiran umum. Dia akan berusaha tetap bersama Adelia meski harus bingung besok gara-gara mobilnya di parkirkan di tempat yang jauh dari rumahnya, yang penting bisa pedekate, susah belakangan.

Eric dan Adelia berjalan keluar dari lobi perusahaan. Sementara itu Tristan baru keluar dari dalam perusahaan, dia mencari Adelia dari tadi tapi tidak menemukannya. Tristan malah melihat Adelia sedang berjalan bersama Eric keluar area perusahaan.

"Sial, kenapa aku selalu tidak dapat kesempatan, ngapain Eric harus kesini," ucap Tristan kesal.

Tristan hanya bisa melihat Adelia dan Eric berjalan bersama. Untuk kesekian kali Tristan kalah star dari dua rivalnya. Eric berhasil mendapatkan kesempatan kali ini. Dia menjadi pemenang sementara dari dua rivalnya.

Adelia dan Eric naik busway. Mereka duduk bersampingan. Eric sengaja tak ingin jauh dari Adelia, strategi pepet terus menjadi pilihannya. Lupakan jaim, dari pada kalah telak dari dua rival lainnya. Adelia terlihat canggung duduk bersampingan dengan Eric.

"Adelia aku bawa permen, mau gak?"

Eric berusaha pedekate dari hal terkecil, selama ada celah, hajar terus.

"Iya."

Eric mengeluarkan permen lolipop dari saku bajunya. Kebetulan tadi ada perawat yang memberinya beberapa permen lolipop khas kota asalnya.

"Terimakasih," ucap Adelia sambil memegang permen lolipop itu.

Seorang anak kecil yang digendong ibunya menangis terus, mereka duduk tak jauh dari Adelia, melihat itu Adelia kasihan pada ibunya yang berusaha menenangkannya dari tadi. Dia memberikan permen lolipop pada anak kecil itu.

Seketika anak kecil itu berhenti menangis dan tersenyum.

"Terimakasih Nona," ucap ibunya anak kecil itu.

"Sama-sama," jawab Adelia.

Eric kagum melihat kebaikan Adelia. Dia merasa Adelia harus diperjuangkan, berlian itu bersinar dan dia ingin memilikinya. Hidupnya pasti bahagia saat bersama wanita yang baik hati seperti Adelia.

Adelia turun dari busway, Eric terus mengikutinya.

"Kak Eric turun di sini juga?"

"Iya, sudah lama tidak bertemu ibu, aku ingin silaturrahmi."

"Alasan klasik, gak masalah, lupakan malu, masa depan menanti," batin Eric.

"Oh gitu, ya sudah."

Eric dan Adelia berjalan hingga depan rumah Adelia. Di teras rumah ada seorang lelaki tampan berseragam polisi sedang mengobrol dengan Raisa.