Adelia masih diam, ini membuat Tristan penasaran. Dia coba memanggil Adelia. Mungkin saja Adelia sedang memikirkan jawabannya.
"Adelia ... Adelia ...."
"Ya, apa?"
"Pertanyaanku yang tadi."
"Pertanyaan apa?"
Sepertinya Adelia tidak mendengar pertanyaan yang tadi dilontarkan Tristan.
"Bukan, gak penting kok."
"Oh ...."
"Sabar Tristan, pasti momennya belum pas," batin Tristan.
Akhirnya mereka sampai di rumah Tristan. Segera Tristan langsung turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk Adelia. Hal yang dulu tak pernah dilakukan Tristan. Perubahan ini sangat dirasakan Adelia, Triatan yang sekarang lebih terbuka dan perhatian. Adelia keluar dari mobil, Tristan mempersilahkan Adelia jalan bersamanya. Mereka masuk ke dalam rumah, di ruang tamu Pak Tio sudah menunggu mereka dari tadi.
"Assalamu'alaikum," sapa Adelia dan Tristan.
"Wa'alaikumsallam," sahut Pak Tio.
"Adelia apa kabar?" tanya Pak Tio.
"Baik Papa," ucap Adelia.
"Tristan ajak masuk Adelia, Papa mau ke kamar sebentar," ucap Pak Tio.
"Iya Pa, mau aku antarkan dulu ke atas Pa?" tanya Tristan.
"Gak usah nak, nanti Papa minta Joni mengantar Papa ke kamar, kamu ajak Adelia ke dalam," ucap Pak Tio.
"Ya Pa," jawab Tristan.
Tristan dan Adelia masuk ke dalam ruang keluarga yang berdekatan dengan ruang makan. Adelia melihat semua ruangan itu masih sama interiornya seperti saat Adelia masih tinggal di rumah itu. Semua hiasan, pajangan, dan foto-foto masih di tempat yang sama.
"Adelia kamu mau makan apa? b iar Bi Siti memasak makanan yang kamu mau," ucap Tristan.
"Tidak usah repot-repot, bagaimana kalau aku yang masak?" tanya Adelia.
"Ya boleh, sudah lama Papa kangen masakanmu," jawab Tristan.
"Baiklah aku ke dapur dulu," kata Adelia.
"Aku mau ke atas sebentar," ucap Tristan.
"Iya," sahut Adelia.
Tristan berjalan menuju tangga, dia naik ke lantai atas sedangkan Adelia masuk ke dapur untuk memasak, Bi Siti ada di dapur sedang cuci piring. Melihat Adelia, Bi Siti langsung menghentikan aktifitasnya dan berjalan mendekati Adelia.
"Nyonya Adelia," sapa Bi Siti. Dia senang sekali bisa bertemu Adelia. Sudah lama Bi Siti tak bertemu dengan mantan istri majikannya.
"Bi Siti, apa kabar?" tanya Adelia.
"Baik Nyonya, wah Tuan besar pasti senang sekali anda datang ke sini. Beliau selalu menanyakan kapan Nyonya bisa datang ke sini. Beliau sangat menyayangi Nyonya sebagai menantunya," ujar Bibi Siti.
"Iya, aku juga rindu pada Papa dan Bibi Si, sejak berpisah dengan Tristan, aku tak pernah lagi bertemu kalian," ucap Adelia.
"Saya juga rindu dengan Nyonya Adelia," sahut Bi Siti.
Adelia tersenyum manis. Dia selalu baik dan ramah pada siapapun, sifat itulah yang membuat orang di sekelilingnya selalu mengingatnya.
"Tuan Tristan tak pernah membawa perempuan manapun selain Nyonya Adelia ke rumah ini," ucap Bibi Siti. Dia ingin sekali Adelia bisa rujuk dengan Tuan mudanya. Selama ini hanya Adelia satu-satunya wanita yang Tristan bawa ke rumah. Bagi Bi Siti kembali Adelia akan membuat rumah ini menghangat lagi.
"Oya Bi, aku mau masak untuk makan malam," ucap Adelia mengalihkan pembicaraan.
"Kalau begitu biar Bibi bantu," ucap Bi Siti.
"Oke, makasih Bi," ucap Adelia.
"Iya Nyonya Adelia," sahut Bi Siti.
Adelia mulai memasak ditemani Bi Siti, sementara itu Tristan mandi dan berganti pakaian, dia bolak balik mengganti pakaiannya sampai merasa cocok. Dia ingin memberi kesan baik pada Adelia. Setelah memilih baju yang cocok, Tristan keluar dari kamarnya. Dia berjalan menuju tangga dari belakang, Pak Tio memanggilnya.
"Tristan ... Tristan ...," panggil Pak Tio.
Tristan membalikkan tubuhnya ke belakang.
"Ya Pa," jawab Tristan.
"Kamu bantu Adelia masak sana, katanya mau pendekatan. Lakukan dari hal yang kecil, wanita suka hal-hal kecil tapi romantis," ucap Pak Tio.
"Begitu ya Pa?" tanya Tristan.
"Makanya jadi cowok peka sedikit, kalau gak kamu akan kehilangan Adelia. Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Buat Adelia membuka hatinya kembali untukmu," ujar Pak Tio.
"Baik Pa, aku turun ke dapur," ucap Tristan.
Tristan menuruni tangga menuju dapur, di sana ada Adelia dan Bi Siti sedang memotong sayuran. Saat Tristan masuk ke dapur, Bi Siti langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Dia ingin membiarkan keduanya melakukan pendekatan.
"Adelia ada yang bisa ku bantu?" tanya Tristan.
"Boleh, kau bisa mencuci sayur bayamnya," jawab Adelia.
"Baik aku akan mencuci sayur bayamnya," kata Tristan.
Tristan mengambil sayur bayam di atas meja dapur, dia mencuci sayur bayam itu sembari sesekali melirik wajah Adelia. Sebelumnya dia tak pernah sedekat ini dengan Adelia waktu mereka menikah dulu.
"Adelia sayur bayamnya sudah dicuci lalu apa lagi?" tanya Tristan.
"Sepertinya kalau sayur bayamnya ditambah wortel lebih bergizi," ucap Adelia.
"Yang mana wortel biar aku cuci?" tanya Tristan.
Adelia mengeluarkan wortel dari kulkas lalu memberikannya pada Tristan.
"Ini," ucap Adelia.
Tristan hanya diam, memegang wortel itu. Tatapan matanya fokus ke arah wortel yang dipegangnya.
"Tristan kenapa?" tanya Adelia.
Tiba-tiba Tristan melempar wortel itu hingga terjatuh di lantai.
"Jauhkan itu dariku Adelia! jauhkan!"ucap Tristan menjerit.
"Tristan ada apa memangnya?" tanya Adelia.
Tristan langsung menjauh dari wortel itu dan duduk di dekat meja dapur sambil memegangi telinganya dengan kedua tangannya. Melihat itu Adelia mendekati Tristan.
"Tristan ada apa?" tanya Adelia. Dia duduk di depan Tristan.
"Buang benda itu Adelia!" perintah Tristan.
"Kau tidak suka wortel ya? aku tidak akan masak wortel," ucap Adelia
Adelia mencoba mengambil kedua tangan Tristan yang menutupi kedua telinganya dan memandang wajah Tristan yang menunduk ke bawah.
"Tristan aku di sini, kau tidak apa-apa?" tanya Adelia.
Tristan menaikkan kembali kepalanya lalu memandang wajah Adelia. Matanya berkaca-kaca, ada sesuatu yang mengusik hatinya.
"Aku benci benda itu Adelia, jangan pernah memberinya padaku," ucap Tristan.
"Tidak, aku tidak akan memberikan wortel itu padamu lagi," ucap Adelia.
Emosi Tristan mulai stabil, akhirnya Adelia duduk di samping Tristan, lalu mengajak Tristan untuk menceritakan kenapa dia menbenci wortel.
"Tristan kenapa kau membenci wortel padahal wortel sayuran yang sehat?" tanya Adelia.
"Dulu saat aku masih kecil, aku lapar, ibuku tak pernah masak, dia selalu memberiku wortel mentah dan memaksaku makan wortel mentah itu sampai habis hampir setiap hari bahkan tak jarang dia memasukkan ke mulutku dengan paksa," ujar Tristan.
Adelia hanya diam mendengarkan Tristan bercerita. Hatinya begitu miris dengan cerita masa kecil Tristan yang begitu menyedihkan.
"Aku selalu takut minta makan pada ibuku, aku takut dia akan menyuruhku makan wortel mentah itu lagi," ucap Tristan.
Saat Adelia menikah dengan Tristan dulu, dia tidak diperbolehkan masak untuk Tristan, bahkan Tristan tidak mau makan masakan Adelia jika Adelia tetap memasak. Adelia hanya masak untuk Pak Tio. Itu sebabnya Adelia tidak tahu kalau Tristan takut dan benci wortel.
"Tristan sekarang kau tidak perlu takut, aku tidak akan memaksamu makan wortel bila kau tak suka wortel," ucap Adelia.
"Maafkan sikapku tadi Adelia, aku tidak bermaksud menakutimu," ucap Tristan.
"Iya aku tahu," sahut Adelia.
Tristan memandang wajah Adelia yang tersenyum padanya. Tristan mendekati wajah cantik Adelia perlahan dan perlahan semakin dekat. Jantungnya tak beraturan begitupun jantung Adelia. Wajah mereka begitu dekat.
"Maaf Tuan Tristan ada yang mencari anda," ucap Bi Siti yang berdiri di dekat meja dapur.
Tadinya Tristan ingin mencium Adelia, tapi belum waktunya.Tristan dan Adelia begitu canggung saat Bi Siti datang. Adelia langsung berdiri dan mulai memotong sayur, sedangkan Tristan langsung berdiri dan menuju ke halaman depan.