Tristan keluar ke halaman depan, ada dua orang menemui Tristan. Mereka melaporkan pekerjaan mereka sudah beres. Semua yang dipesan Tristan sudah diletakkan di tempat yang diinginkan Tristan.
"Bos tugas kami sudah selesai, semua sudah tertata dengan rapi dan benar," ucap Iman.
"Bagus, ini upah untuk kalian dan pembayaran untuk semua yang aku pesan," ucap Tristan sambil memberikan amplop berisi uang.
"Makasih Bos," ucap Iman.
"Iya," ucap Tristan.
Kedua orang itu meninggalkan rumah besar. Tristan kembali masuk ke dalam rumah. Dia menuju ke dalam dapur, melihat Adelia yang sibuk memasak bersama Bi Siti. Tristan mengeluarkan handphone-nya lalu memfoto Adelia tanpa diketahuinya. Tristan menjadikan foto yang diambilnya itu menjadi wallpaper handphonenya. Dia duduk di meja menunggu Adelia memasak dengan Bi Siti. Tak lama Adelia menghidangkan Gurame asam manis di meja makan.
"Baunya harum," ucap Tristan.
"Kau suka gurame asam manis?" tanya Adelia.
"Iya, asal tidak ada benda yang tadi," ucap Tristan sambil melihat hidangan di depannya.
"Wortel maksudnya?" tanya Adelia. Dia mulai tau hal yang membuat Tristan trauma. Meski buat orang lain wortel itu makanan bergizi tapi untuk Tristan, wortel mengingatkannya pada peristiwa kelam di masa kecilnya.
"Iya," jawab Tristan.
Adelia kembali membawa berbagai lauk pauk ke meja. Banyak jenis makanan yang dia masak. Kebetulan Adelia memang suka masak. Selain itu dia terampil urusan dapur. Beberapa hidangan sudah berjejer di atas meja. Melihat itu Tristan ingin membantu Adelia.
"Adelia ada yang bisa ku bantu?" tanya Tristan.
"Ada, bantu aku meletakkan lauk pauknya di meja makan," jawab Adelia.
"Oke, itu mudah," ucap Tristan.
Tristan menuju dapur, mengikuti Adelia mengambil lauk pauk untuk diletakkan di meja makan itu. Dia begitu kaku saat membawa lauk pauk. Selama ini dia tak pernah menginjakkan kaki di dapur apalagi ikut membantu memasak atau membantu meletakkan lauk pauk.
Setelah semua hidangan disajikan, Tristan menawari Adelia untuk mandi.
"Adelia kau mau mandi?" tanya Tristan.
"Iya, tapi aku tidak membawa baju ganti," ucap Adelia.
"Baju lamamu masih ada di kamar kita," ujar Tristan.
Adelia terkejut mendengar ucapan Tristan, dia pikir setelah bercerai Tristan akan membuang semua barangnya yang tertinggal tapi ternyata masih menyimpannya.
"Maksudku bajumu ada di kamar yang dulu kita tempati saat menikah," ucap Tristan.
"Oh oke, aku mau mandi kebetulan sudah berkeringat setelah memasak tadi," ujar Adelia.
"Ayo ku antarkan ke atas," ajak Tristan.
Adelia mengangguk. Dia mengikuti Tristan naik ke atas, menuju kamar mereka yang dulu ditempati bersama. Kamar itu masih di tempati Tristan sampai sekarang.
Tristan membuka pintu kamarnya, mempersilahkan Adelia masuk ke dalam kamar, Dia berjalan tepat di belakangnya. Adelia melihat semua hal yang ada di kamar itu. Foto pernikahan mereka dulu yang terpajang di dinding, beberapa barang milik Adelia yang masih tertata rapi di kamar itu. Adelia sedikit malu melihat semua itu, dia merasa seperti sedang bernostalgia.
"Adelia aku tinggal dulu keluar, semua barang yang kau butuhkan masih ada di tempat yang sama seperti dulu," ucap Tristan.
Adelia berbalik, melihat ke arah Tristan yang berdiri di depannya.
"Iya, makasih Tristan," ucap Adelia.
Tristan meninggalkan Adelia di kamarnya. Setelah menutup pintu, Adelia berjalan menuju lemari yang dulu menjadi lemarinya saat masih tinggal di kamar itu. Adelia membuka lemari, beberapa baju milik Adelia masih ada, tertata dengan rapi. Baju-baju itu dulu pemberian Tristan saat mereka masih menikah. Tristan pernah membelikan Adelia beberapa baju yang dipilihnya sendiri untuk Adelia saat itu.
Adelia mengambil handuk lalu dia berjalan masuk ke toilet. Selesai mandi, Adelia memakai dress panjang terbuat dari bahan brukat berwarna pink. Baju itu dibeli Tristan saat dia pergi keluar kota sebagai oleh-olehnya untuk Adelia. Bajunya masih muat ditubuh Adelia.
"Ternyata masih sama seperti dulu," ucap Adelia saat bercermin. Dress yang dipakainya dulu sempat membuat Tristan memandangnya walau sekian detik. Kenangan itu masih diingatnya.
Adelia keluar dari kamar, ternyata Tristan sudah menunggunya di luar kamar dari tadi. Melihat Adelia mengenakan dress yang dibelinya, Tristan tercengang, Adelia begitu cantik dan anggun.
"Adelia kau cantik memakai baju itu," puji Tristan.
"Terimakasih, aku memakai baju yang dulu kau belikan untukku," jawab Adelia.
"Kau masih ingat itu?" tanya Tristan.
Adelia mengangguk. Tristan bahagia, ternyata mantan istrinya masih mengingat kenangan saat bersamanya.
"Ayo ke bawah Papa sudah menunggu di meja makan," ajak Tristan.
"Iya Tristan," sahut Adelia.
Tristan dan Adelia turun ke bawah menuju ruang makan. Mereka duduk bersampingan sedangkan Pak Tio duduk di depan mereka.
"Ayo kita mulai makan, dari tadi Papa sudah tidak sabar makan masakan Adelia," ucap Pak Tio.
"Mari Pa, biar Adelia ambilkan," ucap Adelia.
"Iya nak," sahut Pak Tio.
Adelia mengambilkan Pak Tio makanan untuknya, lalu Adelia kembali duduk di kursinya.
"Tristan, ambilkan Adelia piring!" perintah Pak Tio.
"Iya Pa," jawab Tristan.
"Tidak usah, biar aku yang mengambilkan piringnya untukmu," ucap Adelia.
Tristan mengangguk. Dia memperhatikan Adelia yang mengambil piring untuknya. Adelia juga menaruh nasi dan lauk pauk di piring Tristan.
"Adelia banyakin sayurannya, sekalian gurame asam manis sama udang goreng tepungnya," ucap Tristan.
"Iya, kau mau juga ayam gorengnya?" tanya Adelia.
"Boleh," jawab Tristan.
Adelia menaruh semua lauk pauk dan sayuran di piring Tristan kemudian menaruh gantian di piringnya. Pemandangan ini membuat Pak Tio senang, dia berharap ke depan pemandangan seperti ini akan sering dilihatnya.
Mereka bertiga mulai makan. Pak Tio begitu menikmati hidangan yang dimasak Adelia.
"Adelia memang juara kalau masak, ini yang Papa selalu rindukan," puji Pak Tio.
"Terimakasih Pa," ucap Adelia.
"Tristan cari istri itu harus yang baik hati dan pintar masak seperti Adelia," ucap Pak Tio menyindir Tristan.
"Ya Pa," ucap Tristan malu dengan pertanyaan spontan Papanya.
Adelia hanya diam, dia begitu malu saat Pak Tio berkata seperti itu. Begitupun dengan Tristan, walaupun malu dia memang ingin sekali rujuk dengan Adelia, meskipun harus bersaing ketat dengan tiga rivalnya.
Selesai makan malam, Tristan mengajak Adelia ke halaman di samping rumah besar itu. Tristan mau memberi kejutan untuk Adelia yang dari tadi sudah dipersiapkannya.
"Kita mau kemana Tristan?" tanya Adelia.
"Ke rumah kaca dekat taman bunga," jawab Tristan.
Dekat taman bunga, ada rumah kaca yang ditanami berbagai bunga. Dulu Adelia yang menanam bunga di rumah kaca itu. Semua jenis bunga di tanam Adelia, saat mengisi waktu luangnya.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah kaca, baru masuk ke pintu, tiba-tiba lampu menyala kelap kelip begitu terang, burung-burung merpati berterbangan di dalam rumah kaca itu dan banyak kupu-kupu hinggap dan berterbangan di atas bunga-bunga.
"Indah sekali," ucap Adelia.
"Kau suka Adelia?" tanya Tristan.
"Ya aku suka," jawab Adelia.
"Aku tahu dari dulu kau suka kupu-kupu dan burung merpati, jadi aku mempersiapkan semua ini untukmu," ucap Tristan.
"Terimakasih Tristan," ucap Adelia.
"Ayo kita lihat ke dalam," ajak Tristan.
"Iya," jawab Adelia.
Tristan dan Adelia masuk ke dalam rumah kaca. Adelia masih tercengang melihat semua itu. Dia tak menyangka seorang Tristan yang tertutup dan dingin menyiapkan semua itu untuknya. Semua telah berlalu, meski pernah terluka tapi Adelia merasa Tristan yang sekarang sudah berubah, apalagi trauma yang dialaminya membuat Adelia mulai mengenalnya dan ingin tahu lebih banyak tentang Tristan.
Burung-burung merpati hinggap di ranting pohon, Tristan menangkap satu ekor burung merpati dan diberikan pada Adelia. Merpati putih yang lucu, membuat Adelia gemas, tangannya memegang dan mengelus merpati itu dengan lembut.
"Adelia bolehkah, aku memfotomu?" tanya Tristan.
Adelia mengangguk. Segera Tristan memfoto Adelia yang sedang memegang burung merpati itu. Mereka menikmati keindahan malam bersama. Adelia tidak tahu kalau Tristan bisa seromantis itu. Padahal dulu dia begitu acuh, cuek dan tidak peduli dengan Adelia. Kini Tristan yang berdiri di sampingnya ini seperti seseorang yang baru dikenal Adelia.