Eric pulang dengan mobilnya selepas mengantarkan Adelia. Mukanya sedikit cemberut karena kesal bertemu dengan Frey tadi. Eric tak tahu kenapa ada rival lain lagi dalam memperebutkan Adelia. Dulu Adelia pernah jadi istrinya tapi sekarang mau menjadikannya istri kembali sepertinya tak semudah yang dibayangkannya. Rivalnya juga memiliki peran dan kelebihannya masing-masing. Tristan seorang CEO dari perusahaan besar, Irfan seorang Dosen Akuntansi di universitas ternama dan Frey seorang anggota kepolisian yang masih muda. Usaha Eric mendekati Adelia bisa saja gagal, Adelia mungkin akan memilih selain dirinya.
"Frey sepertinya juga menyukai Adelia, aku harus bersaing dengan tiga rival sekaligus. Bagaimana caranya aku mendekati Adelia?" Eric bingung, posisinya sekarang sulit, peluangnya satu banding empat. Adelia juga belum terlihat merespon perhatiaannya.
Sampai di rumah Eric langsung pergi ke kamarnya. Eric mencari kembali foto pernikahannya bersama Adelia. Untung foto itu masih ada tersimpan di dalam kardus bersama beberapa barang Adelia selama 6 bulan hidup bersamanya.
"Aku tak menyangka secara tidak sengaja melukai hati Adelia selama 6 bulan lamanya. Aku bahkan masih kencan dengan Sera saat aku menjadi suami Adelia. Mungkin semua ini balasan atas kesalahanku," ucap Eric.
Eric hanya memandangi foto pernikahan itu penuh penyesalan. Waktu tak dibisa diulang oleh Eric, kesalahan di masa lalunya pada Adelia membuatnya begitu menyesal. Seandainya diberi kesempatan kedua, Eric takkan menyia-nyiakannya. Dia akan memperbaiki semuanya dan mencintai Adelia sepenuh hati.
Tak lama terdengar ketukan pintu kamarnya. Suara Ibu Hana memanggil Eric. Segera Eric berjalan menuju pintu, perlahan membuka pintu kamarnya.
Ibu Hana sudah ada di depannya.
"Eric kau tidak makan?"
"Belum laper Bu."
"Tumben pulang gak bawa mobil, kamu naik apa ke rumah?"
"Tadi aku pergi ke kantor tempat Adelia bekerja, aku ingin mengantar Adelia pulang, tapi kami justru naik busway, jadi mobil ada di parkiran umum dekat kantor Adelia."
"Oh pantes, terus gimana, kamu udah bilang ingin rujuk sama Adelia belum?"
Eric terdiam. Jangankan bilang rujuk, mau pedekate saja ada gangguannya. Langkahnya semakin sulit, dia pesimis bisa rujuk kembali.
"Ibu tahu kamu pasti belum bilang minta rujukkan?"
"Iya Bu, ternyata yang mau deket sama Adelia bukan aku aja, dua mantan suaminya juga mendekati Adelia, belum lagi ada seorang lelaki yang juga mendekati Adelia."
"Ini namanya kamu dapet balasan dari kesalahanmu di masa lalu, coba aja dulu kamu gak mentingin Sera, Adelia masih jadi istrimu, mungkin ibu juga udah punya cucu."
Eric merasa apa yang ibunya katakan benar, semua ini terjadi karena kesalahannya. Apa yang dia perbuat di masa lalu akan dia dapatkan hasilnya di masa sekarang, dulu dia menyakiti hati Adelia, kini dia tersiksa karena kesulitan mendapatkan Adelia kembali.
"Aku minta maaf Bu, seharusnya dulu aku lebih dewasa dan tahu mana yang benar, seharusnya aku memperlakukan Adelia dengan baik."
"Ya udah nak, menyesal memang selalu belakangan, itu sebabnya jangan salah langkah, apapun dipikirkan baik buruknya, semoga Allah memberi jalan."
"Amin."
"Kalau kamu gak makan, tidaurnya jangan malam-malam ya."
"Iya Bu."
Setelah berbincang dengan ibunya, Eric mengantarkan ibunya ke kamarnya, kemudian dia kembali ke kamar. Eric berbaring di ranjang sambil memikirkan Adelia, berharap waktu akan akan mrngembalikan Adelia padanya.
***
Frey dan Raisa masih menunggu Adelia selesai mandi. Tak lama Adelia keluar dari kamarnya. Frey melihat ke arah Adelia. Lama sekali belum bertemu dengan Adelia lagi. Raisa meninggalkan mereka berdua di ruang tamu itu. Adelia duduk berseberangan dengan Frey. Kebetulan Ibu Ayu sedang istirahat dikamarnya jadi Adelia hanya berdua diruang tamu itu.
"Adelia sudah lama tak bertemu denganmu."
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Dulu saat masa orientasi siswa SMA kau terlambat karena mengantarkan temanmu ke UKS, lalu temanku Toni memarahimu. Melihat itu aku datang menanyakan alasanmu terlambat."
Adelia mencoba mengingat peristiwa di masa lalu, masa saat dia baru masuk SMA. Peristiwa itu sudah lama berlalu tapi Adelia masih ingat.
"Frey ketua OSIS saat masa orientasi siswa ya?"
"Iya betul, sejak saat itu aku selalu mengingatmu."
Adelia bingung harus bicara apa. Dia tidak mengenal dekat Frey, terakhir bertemu saat perpisahaan kelas tiga. Adelia hanya mengenal Frey sebagai ketua OSIS tidak lebih dari itu. Selama bersekolah, Frey juga tak pernah datang ke kelasnya atau menghampiri Adelia, itu sebabnya Adelia tidak ingat siapa Frey.
"Sejak lama aku mengagumimu Adelia tapi belum ada waktu yang tepat untuk mendekatimu."
Adelia diam. Dia baru bertemu kembali dengan Frey, tapi lelaki itu sudah mulai mengatakan kekagumannya pada Adelia. Saat ini Adelia belum bisa dekat dengan lelaki manapun, banyak pertimbangan yang harus dipikirkan.
"Aku tidak memaksamu untuk menerima kehadiranku tapi beri aku kesempatan untuk memperjuangkanmu kali ini. Aku tak kan kehilanganmu untuk yang ketiga kalinya."
Adelia masih diam, lelaki yang duduk di dekatnya ini mengatakan cinta padanya dengan bahasa yang berbeda. Dia tidak tahu harus menjawab apa, Frey orang baru dalam hidupnya, tidak mudah untuk Adelia membuka hati pada orang yang sama sekali belum dikenal dekat olehnya, kegagalan di masa lalu menjadi pembelajaran untuk Adelia, agar lebih hati-hati memilih pasangan hidup yang baru.
"Mungkin kau masih belum bisa membuka hatimu untuk orang lain tapi biarkan aku yang berusaha membukanya."
"Beri aku kesempatan untuk itu."
"Aku masih belum bisa menjalani hubungan dengan siapapun, tapi aku tidak bisa melarangmu untuk berusaha mendekatiku, karena itu hakmu."
"Terimakasih Adelia, ini cukup untukku."
Setelah mengobrol beberapa saat dengan Adelia, Frey pamitan pada Adelia dan Raisa untuk pulang ke rumahnya. Dia meninggalkan rumah Adelia dengan perasaan bahagia, apa yang ditunggunya kini tiba juga, Frey akan berusaha memperjuangkan Adelia kali ini, meskipun tak mudah.
Frey sampai di rumahnya, Ibu Rahma sudah menunggu Frey dari tadi. Dia tidak pernah tidur duluan sebelum anakknya pulang. Frey menghampiri ibunya, mencium tangannya, kebiasaan itu selalu dilakukan Frey setiap berangkat dan pulang ke rumah. Dia begitu menyayangi ibunya.
"Ibu tadi aku ke rumah Adelia."
"Akhirnya kau bisa bertemu Adelia Frey. Bertahun-tahun lamanya kau menunggu Adelia."
"Iya Bu, dulu saat aku sudah menjadi polisi aku ingin sekali mendekati Adelia tapi aku malah ditugaskan ke pelosok desa, kemudian saat aku kembali Adelia sudah menikah dengan Eric. Berapa tahun kemudian aku bertemu dengan Adelia di restoran, dia sedang berkencan dengan seorang laki-laki. Aku kehilangannya lagi untuk yang kedua kalinya Bu. Setelah beberapa tahun, aku melihat Adelia bersama laki-laki di taman bersama anak kecil. Aku pikir Adelia sudah bahagia, dan waktunya aku melupakannya. Ternyata semua itu membuat Adelia terluka. Tapi sekarang aku akan memperjuangkan Adelia Bu."
"Iya kau harus memperjuangkan Adelia, jangan pernah kehilangannya lagi."
Frey mengangguk. Dia akan berusaha mendapatkan Adelia setelah menunggu bertahun-tahun lamanya. Meskipun dia tahu semua mantan Adelia. Selama ini Frey sebenarnya tahu perkembangan kehidupan Adelia. Dia menunggu dan menunggu sampai akhirnya kehilangan Adelia berkali-kali.
***
Tristan mengecek handphonenya berkali-kali. Dia terus melihat foto kontak Adelia. Dia ingin mengirim pesan atau menelponnya tapi bingung mengawali pembicaraannya. Tak lama handphone-nya berdering. Telpon dari agen bayarannya.
"Hallo."
"Bos saya dari TKP, tadi ada laki-laki sepertinya anggota kepolisian namanya Frey. Dia masuk ke rumah Adelia."
"Frey?"
"Iya Bos."
"Cari tahu latar belakangnya dan apa hubungannya dengan Adelia."
"Siap Bos."
Tristan menutup handphone-nya, dia kesal sekali rivalnya bertambah satu lagi. Belum juga dia mendekati Adelia tapi sudah ditikung sana sini oleh semua rivalnya. Tristan berpikir untuk menelpon Adelia untuk mengajaknya makan bersama di rumahnya. Mungkin dengan begitu dia punya kesempatan mendekati Adelia, dari pada kehilangan kesempatan lagi. Tristan melihat kembali kontak Adelia, dia memberanikan diri untuk menelpon mantan istrinya itu.
"Hallo, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsallam."
"Tristan."
"Ternyata Adelia masih menyimpan nomor telponku," batin Tristan.
"Iya ini Tristan."
"Ada apa ya Tristan?"
"Besok ..., maukah kamu makan bersama di rumahku? Papa rindu padamu." Tristan mencari alasan.
"Semoga Adelia mau," batin Tristan.
Adelia belum juga menjawab. Tristan mulai cemas. Baru kali ini dia takut ditolak Adelia.
"Iya, aku juga sudah lama tidak bertemu Papa Tio."
"Yes," batin Tristan kegirangan mendengar jawaban mantan istrinya.
"Pulang bekerja aku akan ke ruanganmu, kita berangkat ke rumahku bersama."
"Iya."
"Selamat malam Adelia."
"Selamat malam Tristan."
Adelia mematikan handphone-nya, Tristan langsung melompat karena senangnya mendapat jawaban iya dari Adelia. Akhirnya dia punya kesempatan untuk lebih dekat dengan Adelia.
"Yes! akhirnya aku punya kesempatan, aku harus membuat sesuatu yang romantis."
Tristan mencari kembali foto pernikahannya bersama Adelia. Dia memasang kembali foto pernikahan itu di dinding kamarnya. Dia juga meletakkan kembali semua barang-barang milik Adelia dulu ke tempat semula. Seperti baju tidur, sikat gigi, sisir, jepit rambut dan beberapa barang milik Adelia yang masih disimpannya.
"Semua barang ini sudah kembali tertata pada tempatnya, rasanya seperti Adelia ada di kamar ini. Dulu saat menikah tak pernah aku berani menyentuhnya sedikitpun, bahkan aku mengacuhkannya. Aku membuatnya jadi pajangan di rumahku. Adelia pasti sangat terluka, aku harus memperbaiki semuanya."
Tristan senang semua barang Adelia kembali di tempatnya. Dia merasa Adelia seperti ada di kamarnya seperti dulu.Adelia selalu menunggu Tristan pulang bekerja hingga larut malam, tapi Tristan selalu mengacuhkannya. Tak jarang mereka tidur terpisah meskipun satu kamar.Tristan hanya menikahi Adelia untuk menyembuhkan trauma di masa lalunya, tapi Tristan tak memberi kesempatan Adelia untuk masuk ke dalam hatinya. Dia selalu menjaga jarak dari Adelia.