Eric sedang bersiap untuk berangkat bekerja. Dia menemui ibunya yang sedang sarapan di ruang makan. Ibunya mengajak Eric sarapan bersama. Eric duduk di kursi, ikut sarapan bersama ibunya. Ibu Hana mengajaknya berbincang tentang Adelia.
"Eric bagaimana kalau kita mengundang Adelia makan malam di rumah?"
"Terserah Ibu."
"Kalau begitu sepulang kerja nanti jemput Adelia ya."
"Baik Bu."
Setelah sarapan Eric berangkat bekerja tak lupa dia mencium ibunya. Eric memang sangat menyayangi ibunya. Semenjak ayahnya meninggal ibunya adalah keluarga satu-satunya Eric. Apalagi sekarang ibunya semakin bertambah tua dan sering sakit-sakitan. Eric ingin sekali bisa membahagiakan ibunya. Dengan membawa Adelia kembali itulah cara membahagiakannya.
***
Irfan mengendarai mobilnya mengantarkan Qisya berangkat sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Irfan pergi dahulu ke rumah Adelia untuk memintanya menemani Qisya lomba memasak Ibu dan anak di sekolah Qisya.
"Pa nanti bilang sama Mama Adelia untuk menemaniku lomba memasak ya."
"Ya, Papa akan berusaha bicara pada Tante Adelia."
Mereka terus mengobrol tentang Adelia sepanjang perjalanan. Irfan harus sedikit mengalah dengan egonya demi kebahagiaan Qisya. Irfan tahu Qisya sangat ingin ditemani Adelia saat lomba memasak di sekolahnya. Mereka tiba di depan rumah Adelia. Kebetulan Adelia sedang menyiram bunga di depan rumahnya. Qisya langsung turun dari mobil dan berlari ke arah Adelia.
"Mama Adelia ... Mama Adelia...," panggil Qisya.
"Qisya ..., kenapa kamu disini?"
"Aku kesini dengan Papa, itu." Qisya menunjuk Papanya yang sedang berjalan mendekat ke arah Adelia.
"Pagi Adelia." Irfan mencoba menyapa Adelia. Biarpun canggung, dia harus terbiasa demi anaknya.
"Pagi."
"Kedatangan kami sebenarnya untuk meminta tolong padamu." Meskipun malu dengan permintaan yang tiba-tiba, Irfan tetap mengatakannya. Dia ingin Qisya bahagia. Hanya Adelia yang bisa membuat semua itu terwujud.
"Minta tolong untuk hal apa?"
"Hari ini Qisya ada lomba memasak ibu dan anak di sekolahnya, Qisya ingin sekali pergi bersamamu."
"Iya mama Adelia, Qisya mohon."
Adelia berpikir sejenak. Dia tidak tega jika harus menolak keinginan Qisya. Apalagi dia juga menyayanginya.
"Baiklah."
Adelia masuk ke dalam rumahnya setelah berbicara pada Irfan dan Qisya untuk memberi tahu ibunya. Setelah itu mereka berangkat ke sekolah Qisya. Sampai di sekolah, Adelia dan Qisya turun dari mobil Irfan.
"Adelia nanti kalau sudah selesai telpon saja, aku akan menjemput kalian pulang."
"Iya."
"Dah Papa."
Irfan meninggalkan Adelia dan Qisya di sekolah itu untuk pergi bekerja. Adelia dan Qisya masuk ke sekolah. Qisya senang sekali bisa ditemani Adelia. Dia memperkenalkan Adelia ke semua teman dan gurunya. Dia begitu gembira ini pertama kali setelah SD, dia baru membawa Adelia ke sekolahnya. Adelia dan Qisya mulai mendaftar lomba memasak ibu dan anak. Qisya senang akhirnya bisa memasak bersama Adelia. Lomba memasak itu bertema bekal anak berupa Bento. Adelia dan Qisya mulai memotong sayuran, ayam, dan buah-buahan.
"Qisya bantu Mama mencuci sayuran, ayam, dan buahnya ya, biar Mama yang memotong sayuran, ayam dan buahnya."
"Iya Mama Adelia."
Qisya mengikuti setiap perkataan Adelia. Dia senang sekali melakukan tugasnya, Adelia memberi Qisya tugas yang sesuai dengan usianya. Mereka memasak bersama. Disela-sela aktifitas itu, Qisya mulai menyicipi masakan Adelia.
"Ehm ... enak Mama Adelia."
"Benarkah? kalau begitu sekarang ayo kita susun untuk yang terakhir."
"Siap Mama."
Setelah selesai, Adelia dan Qisya membawa hasil masakan itu ke meja juri. Mereka menunggu pengumuman hasil lomba memasak di ruang tunggu.
***
Tristan sedang bekerja di ruangannya, dia bekerja sambil memikirkan Adelia. Tristan bingung harus memulainya dari mana. Sudah lama Tristan berpisah dengan Adelia. Akan sangat canggung jika tiba-tiba Tristan berusaha mendekati Adelia. Handphone Tristan berdering, sepertinya itu telpon dari agen bayaran itu.
"Hallo."
"Bos saya punya informasi."
"Ya apa?"
"Pagi tadi mantan suami Adelia, Irfan, menjemput Adelia pergi bersamanya."
"Apa?"
"Ya Boss."
"Terus mereka pergi kemana?"
"Belum tahu Boss."
"Ya sudah, cari tahu dan laporkan kalau sudah ada kabar."
"Baik Boss."
Tristan langsung cemas, ternyata bukan hanya dia yang ingin mendekati Adelia kembali, tapi dia juga memiliki rival lain yaitu mantan suami ketiga Adelia. Tristan merasa persaingan ini akan semakin sulit. Tristan berjalan mondar mandir di ruangannya memikirkan cara untuk mendekati Adelia kembali. Dia tidak mungkin berlama-lama berdiam diri sementara rivalnya sudah start duluan.
Hari mulai sore, setelah menyelesaikan pekerjaannya Tristan berpikir untuk pergi menemui Adelia di rumahnya. Tristan keluar dari kantornya mengendarai mobil pribadinya. Dia menyetir sendiri. Saat berada di jalan dia melihat toko bunga. Tristan berpikir untuk membelikan Adelia sebuah bunga. Dulu tak sekalipun Tristan memberikan bunga pada Adelia saat mereka masih menikah. Sekarang ini bunga pertama yang akan Tristan berikan pada Adelia. Tristan memarkir mobilnya di depan toko bunga itu. Dia masuk ke dalam toko bunga itu. Tristan memilih-milih bunga yang indah untuk diberikan pada Adelia. Pemilik toko menyarankan Tristan memberikan mawar merah untuk orang tercinta. Mendengar saran dari pemilik toko bunga itu, Tristan langsung membeli bunga mawar merah untuk Adelia. Setelah membeli bunga, Tristan kembali ke mobilnya menuju ke rumah Adelia.
"Semoga Adelia suka dengan bunga mawar yang ku belikan, diakan memang suka dengan bunga mawar," batin Tristan.
Tristan tersenyum sambil memikirkan Adelia saat menerima buket bunga yang akan diberikan pada. Dia berharap Adelia akan menyukainya. Dan hubungan mereka bisa dirajut kembali. Syukur-syukur mau rujuk dengan segera.
***
Irfan menjemput Adelia dan Qisya ke sekolah Qisya. Adelia dan Qisya sudah menunggu Irfan di depan sekolah itu. Saat mobil Irfan datang, Adelia dan Qisya masuk ke dalam mobil. Mereka berdua duduk di kursi belakang seperti tadi saat berangkat. Di dalam perjalanan Qisya menceritakan semua yang dilakukannya bersama Adelia.
"Papa aku dan Mama Adelia juara pertama lomba memasak lho."
"Wah hebat, selamat ya." Irfan memuji putrinya.
"Iya, ini semua berkat mama Adelia yang pandai memasaknya." Qisya memuji Adelia di depan Papanya. Dia berharap Papanya akan berterimakasih pada Adelia.
"Terimakasih atas semua bantuannya Adelia."
"Iya sama-sama."
Irfan mengantarkan Adelia pulang ke rumahnya sore itu. Saat sampai di depan rumah Adelia, ada seorang laki-laki berdiri di depan mobil miliknya. Laki-laki itu masih mengenakan jas putih. Irfan langsung memarkirkan mobilnya di dekat mobil laki-laki itu. Adelia turun dari mobil itu duluan dan melihat Eric di depannya.
"Kak Eric," sapa Adelia pada Eric yang berdiri tak jauh darinya.
"Adelia." Eric melihat ke arah Adelia.
Adelia terkejut mantan suami pertamanya ada di depan matanya. Dia tidak tahu kenapa Eric sudah ada di depan rumahnya.
"Adelia kau baru pulang kerja?"
"Iya."
Eric basa basi terlebih dahulu sebelum mengungkapkan tujuannya. Dia tak ingin terlihat terlalu terburu-buru, apalagi selama ini dia sudah menyakiti hati Adelia, pasti sulit untuk Adelia membuka hatinya kembali.
"Gimana ya aku ngomong ke Adelia, kalau aku mau mengajaknya makan malam dirumahku," batin Eric.
"Sekarang kau kerja dimana?" Eric basa basi untuk mencairkan kecanggungan di antara mereka.
"Di Perusahaan Andaran Group."
"Oh."
Eric dan Adelia terus berbincang-bingcang ringan. Di sisi lain, Qisya sedang tertidur di mobil, Irfan memutuskan turun dari mobilnya. Dia penasaran dengan laki-laki yang bersama Adelia. Irfan segera menghampiri mereka berdua.
"Siapa Adelia?"
"Ini ...," ucap Adelia yang bingung harus menjawab apa pada Irfan, mereka berdua sama-sama mantan suami Adelia. Rasanya risih bila menyinggung masalah mantan pada mantan.
"Ya Allah gimana ini? kedua mantan suamiku ada disini," batin Adelia.
"Saya Eric mantan suami pertama Adelia." Eric mengulurkan tangannya.
Adelia hanya diam. Kedua mantan suaminya sedang berkenalan.
"Saya Irfan mantan suami ketiga Adelia." Irfan mengulurkan tangannya juga.
"Oh ini mantan suami ketiga Adelia, tampan juga," batin Eric.
"Mantan suami pertama Adelia terlihat masih muda dan berkharisma, kalau gak salah dia seorang Dokter," batin Irfan.
Eric dan Irfan bersalaman dan saling memperkenalkan diri. Eric belum tahu siapa saja mantan suami Adelia, dia juga tidak tahu apa yang terjadi pada Adelia setelah bercerai darinya. Berbeda dengannya, Irfan tahu Adelia memiliki dua mantan suami sebelumnya tapi tidak kenal dan belum pernah bertemu.
"Ini pertama kali saya tahu kalau anda adalah mantan suami Adelia juga," ucap Eric.
"Ya, saya juga baru bertemu dengan anda walaupun Adelia pernah bercerita tentang mantan suami sebelumnya," ucap Irfan.
Adelia hanya diam membiarkan mereka berdua berbincang.
"Apa yang akan terjadi, semoga baik-baik saja Ya Allah," batin Adelia.
Saat mereka sedang berbincang-bincang mobil Tristan sampai di depan rumah Adelia. Tristan heran melihat ada dua mobil di depan rumah Adelia. Tristan juga melihat ada dua laki-laki yang sedang bersama Adelia. Dia tidak mengenal kedua laki-laki itu. Saat menikah dengan Adelia, dia tidak pernah menanyakan siapa mantan suami pertama Adelia. Baginya yang penting Adelia mau menikah dengannya. Tristan turun dari mobil itu berjalan mendekati mereka bertiga.
"Maaf kalian berdua siapa ya?" tanya Tristan.
Tristan melihat kedua lelaki yang mengerumuni Adelia. Dia tidak tahu untuk tujuan apa mereka menemui Adelia.
"Siapa mereka? apa mereka punya tujuan yang sama denganku. Jangan-jangan mereka?" batin Tristan.
"Tristan." Adelia semakin terkejut bertemu ketiga mantan suaminya sekaligus.
"Perkenalkan saya Eric suami pertama Adelia." Eric mengulurkan tangannya pada Tristan.
"Apa? mantan suami pertama Adelia," batin Tristan.
"Saya Tristan mantan suami kedua Adelia." Tristan sambil mengulurkan tangannya pada Eric.
"Kenapa saat aku mau mendekati Adelia, mantan suami kedua dan mantan suami ketiganya terlihat mau mendekati Adelia juga," batin Eric.
"Ini ngapain lagi mantan suami pertama ada disini? apa dia mau pedekate juga?" batin Tristan.
Setelah berkenalan satu sama lain kemudian Tristan melihat ke arah Irfan. Dia ingin tahu siapa lagi laki-laki di samping Adelia itu.
"Anda siapa?" tanya Tristan.
"Perkenalkan saya Irfan mantan suami ketiga Adelia." Irfan mengulurkan tangannya pada Tristan.
"Apa? mantan suami ketiga Adelia? gak salah nih kenapa jadi reonian gini," batin Tristan.
"Saya Tristan mantan suami kedua Adelia, senang bertemu dengan anda." Tristan mengulurkan tangannya pada Irfan.
"Hari ini aku bertemu dua mantan suami Adelia sekaligus, sepertinya langkahku tak akan mudah," batin Irfan.
Adelia hanya diam tak berkutik. Membiarkan para mantan suaminya berkenalan dan berbincang.
"Ya Allah ketiga mantan suamiku ada disini, aku harus bicara apa?" batin Adelia.
"Oya maaf saya undur diri, anak saya menunggu di mobil. Saya harus segera pulang, senang bertemu dan berkenalan dengan kalian. Adelia saya pulang dulu, terimakasih ya," ucap Irfan.
"Iya, sama-sama."
Irfan meninggalkan mereka bertiga. Ini menjadi pertama kali Irfan bertemu kedua mantan suami Adelia sebelumnya. Irfan merasa bukan hanya dia yang akan berusaha mendekati kembali Adelia tapi mungkin kedua mantan suaminya juga. Terlihat dari mata Eric dan Tristan yang memperhatikan Adelia. Irfan miliki dua rival sekaligus.
Eric dan Tristan masih berada di antara Adelia. Adelia hanya diam, bingung ingin bicara apa. Suasana begitu canggung ini membuat Adelia mati kutu. Sementara itu Eric dan Tristan masih berbincang.
"Anda kesini untuk apa?" Tristan bertanya dengan sinis.
"Maksud kedatangan saya kesini untuk mengundang Adelia makan malam bersama, ini permintaan ibu saya, bagaimana Adelia?"
Adelia berpikir sejenak. Undangan makan itu dari Ibu Hana tidak mungkin dia menolaknya, biarbagaimanapun Adelia sangat menghormatinya.
"Baik saya bersedia karena ini permintaan Ibunya Eric."
Tristan diam. Dia merasa sudah keduluan Eric. Dia kesal mantan suami pertamanya menggunakan ibunya sebagai trik untuk mendekati Adelia.
"Oya, Anda sendiri mau apa kesini?" Eric bertanya pada Tristan.
"Saya ... saya ..., saya mau mengingatkan Adelia kalau besok sudah mulai bekerja di perusahaan saya." Tristan mencari alasan lain.
"Ooo ... begitu."
"Tristan terimakasih sudah mengingatkan, besok saya akan berangkat tepat waktu."
"Baik kalau begitu saya undur diri, senang bertemu dengan anda Eric, terimakasih Adelia." Tristan pamit untuk pergi.
"Iya," jawab Eric dan Adelia bersamaan.
Tristan meninggalkan Adelia dan Eric. Dia tidak jadi memberikan bunga mawar merah pada Adelia. Tristan sangat kecewa dengan dirinya sendiri yang belum punya keberanian untuk memberikan langsung bunga mawar merah itu pada Adelia. Dia merasa memiliki dua rival sekaligus dalam satu waktu. Dan setiap posisi mereka memiliki peluang yang sama. Tristan harus berusaha keras untuk mendapatkan Adelia kembali.
"Bunga mawarnya tidak jadi ku berikan pada Adelia, momennya belum pas, kenapa ada kedua mantan suami Adelia?" batin Tristan.