Keesekan pagi harinya Jihan seperti biasa diantarkan ibu nya ke sekolah. Dan memasuki ruang kelasnya lalu menduduki bangkunya.
"Jihannn." Ucap Karina sembari membalik ke belakang menghadap ke Jihan.
"Apaa?" Tanya Jihan sembari membenarkan rambutnya
"Gimana sama si Revan? Lu udah mulai menjauh kan dari si Revan?" Tanya Karina
"Apaansi, gak lah." Ucap Jihan
Karina hanya terdiam dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian Jeffran pun tiba ke kelas. Dan langsung menuju ke Jihan.
"Jihan, lu mau temenin Revan latihan basket lagi ga ntar?" Tanya Jeffran
"Hah? emang sekarang dia latihan?" Tanya Jihan dengan melongo.
"Iyaa, ntar sore. barengan sama gue." Ucap Jeffran
"Oke makasi info nya Jeff. Gue mau nemenin dia."
"Ehhh, kirain dah tau." Kata Jeffran
Jam pertama di mulai. pada saat itu kelas 10 IPS 1, waktunya jam olahraga. Mereka pun mengganti baju di toilet. Setelah selesai mengganti baju satu per satu mereka menuju ke lapangan. Jihan pun telah selesai mengganti baju dan memasukan baju seragamnya ke dalam loker. dan langsung menyusul teman temannya yang sudah berada di lapangan. Lapangan SMA CAKRAWALA BANGSA terlihat cukup luas, sehingga setiap harinya ada 3-4 kelas yang bersamaan pelajaran olahraga dengan guru yang berbeda. Kelas Revan dan Jihan pembelajaran olahraganya sama. Sehingga mereka pun bertemu di lapangan. Kemudian guru kelas 10 IPS 1 pun tiba, yaitu Pak Hendi.
"Halo semuanya, langsung buat barisan," Ucap pak Hendi
"Baik pa." Ucap semua siswa kelas 10 IPS 1 sembari membuat barisan. Ketika Jihan mau berbaris di belakangnya Karina, ia melihat Revan yang sama seperti dia sedang melakukan pembelajaran olahraga. Jihan terus melihat Revan secara diam-diam.
Sampai akhirnya pak Hendi menyadari Jihan, kenapa Jihan terus melihat ke kelas 10 IPA 2.
"Jihan, kamu kenapa terus melihat ke kelas 10 IPA 2?" tanya pak Hendi yang membuat semua siswa kelas 10 IPA 2 melirik ke Jihan.
"Eeee... gaada apa-apa ko pak." Ucap Jihan
Pak Hendi pun mulai berbicara dan mau menjelaskan tentang senam. Sembari pak Hendi berbicara, Jihan melirik-lirik Revan secara diam-diam. Kemudian Pak Hendi pun menyuruh siswa kelas 10 IPS 1 itu untuk melakukan senam dengan mengikuti senam dari pak Hendi. Jihan tidak sadar apa yang barusan dikatakan oleh pak Hendi untuk mengikuti gaya senamnya, dia hanya melihat ke Revan.
"Jihann," panggil pak Hendi
"Ehh, iya pa kenapa?" Tanya Jihan
"Ko tanya kenapa, ikuti senam saya. kamu ko malah diem." Ucap pak Hendi.
"Baik pa." Kata Jihan. Jihan dan semua siswa kelas 10 IPS 1 pun memulai senam.
Kemudian setelah cukup lama mereka berolahraga, Semua temannya Jihan berjalan menuju ke pinggir lapangan dekat tiang basket.
"Baik segini dulu pelajaran dari bapa. Jihan kamu kedepannya harus berkonsentrasi," Ucap pak Hendi
"Baik pa." Jawab Jihan
Kemudian pak Hendi pun meninggalkan siswa kelas 10 IPS 1, dan menuju ke ruang guru.
"Jihan lu kenapa si, pasti liatin si Revan," ucap Karina dengan menghadapkan badannya ke Jihan
"Iyaa, liat tuh si Revan, ganteng kan. Gue mau samperin dulu dia," ucap Jihan sembari berdiri.
"Jangann Hann." Kata Karina sembari menarik tangannya Jihan.
"Lahh kenapa si?" tanya Jihan
"ko tanya si, liat tuh kelas 10 IPA 2 banyak orang. Lu ga malu apa?"
Jihan pun kembali duduk yang di samping kananya ada Karina di samping kirinya ada Arlan. Setelah beberapa saat mereka duduk di lapangan dan beberapa kelas 10 IPS 1 pun memasuki kelas. Jihan pun berdiri lalu berlari menuju Revan.
"Revannn." Ucap Jihann sembari duduk di samping Revan
"Ngapain lu ke sini?" tanya Revan
"Jangan cuek-cuek gitu Rev,"
"Terserah gue lah," Ucap Revan
Karina dan temannya Jihan yang masih berada di lapangan melihat aksi gilanya Jihan menuju ke Revan. Padahal siswa kelas 10 IPA 2, belum semua bubar dan masih lumayan banyak yang berada di lapangan.
"Ihhh si Jihan berani beraninya dia samperin si Revan, padahal lagi banyak orang gitu" ucap Karina
"Lahh iya, si Jihan suka sama si Revan kah?" tanya Reygan
"Yaa gitu deh," ucap Karina
Jihan terus melihat Revan yang berada di pinggirnya itu. Sedangkan Revan menatap ke depan
"Lu kenapa si liatin gue. Ada yang salah?" tanya Revan
"Iyaa ada, salahnya Revan terlalu ganteng. Dan sangat cocok buat ada di hatinya Jihan" Kata Jihan
"Cieee," ucap siswa kelas 10 IPA 2 yang mendengar perkataan Jihan tersebut.
"Rian ponsel gue ada di lu kan?" tanya Revan ke Rian yang berada di pinggir kanannya.
"Iya ada, bentar gue ambilin di loker." Kata Rian sembari berdiri lalu berjalan menuju ke loker
"Revan nanti pulang sekolah latihan basket ya?" Tanya Jihan
"Iya"
"Jihan ikut nonton boleh ga?"
"Terserah"
Kemudian Rian pun datang sembari membawa ponselnya Revan.
"Nii Rev ponselnya," seraya memberikan ponselnya ke Revan.
"Makasi." Ucap Revan, sembari mengeluarkan headsheat dari sakunya lalu ia pakaikan ke ponselnya dan mendengarkan musik dari headsheat itu. Dan Revan mengacuhkan Jihan.
"Idih, si Revan gitu amat si, ga ngehargain banget si Jihan" ucap Karina sembari menatap Jihan yang sedang berada disampingnya Revan.
"Samperin aja yu Kar," ucap Arlan sembari berdiri.
"Ayo lah." Ucap Karina sembari berdiri. Lalu mereka berdua pun menyusul Jihan
"Jihannn." Panggil Karina.
"Iya, kenapa?" tanya Jihan sembari menengok keatas
"Ayo ke kelas," ucap Karina sembari membungkuk ke Jihan yang sedang duduk disamping Revan.
"Nggak, Jihan mau masih disini, Karina duluan aja,"
Karina pun menarik tangannya Jihan sehingga Jihan pun berdiri. "AYO KE KELAS JIHAN" tegas Karina.
"Iya Jihan, ke kelas sekarang yu," sahut Arlan
Jihan menatap ke Revan. Revan tidak memperdulikannya, dia hanya mendengarkan alunan musik dari ponselnya lewat headsheat. Lalu Karina pun menuntunn Jihan meninggalkan lapangan. Dan Arlan mengikuti dari belakang. Revan sedikit melirik Jihan ketika ia pergi dari lapangan.
"Jihan lu itu kenapa si, tetep diem aja meski sama si Revan udah di cuekkin kaya gitu," ucap Karina dengan berjalan pelan sembari melepaskan tuntunan tangannya Jihan.
"Kan gue bilang, gue bakal susah buat jauhin dia. Meskipun dia diem aja gitu, gue gapapa ko."
"Terserah lu deh."
"Revan senyum ke gue aja, gue udah bahagia Kar."
"Terserah, pokonya pikiran lu itu semua tentang Revan." Ucap Karina sembari menyentuh kepalanya.
Jihan hanya terdiam sembari berjalan pelan bersama Karina di pinggirnya, dan Arlan dibelakangnya.
Memiliki Revan adalah harapan yang sangat ia inginkan. Seakan pikirannya pun sudah dipenuhi dengan Revan.
***