Chereads / GAGAL MOVE ON / Chapter 29 - JANGAN GANGGU ISTRIKU!

Chapter 29 - JANGAN GANGGU ISTRIKU!

"Ehem."

Yunka dan Mauren langsung buru-buru permisi begitu melihat Leon dan Grant datang.

Tapi, Leon mencegahnya.

"Diam disitu dan jangan kemana-mana."

"B... Baik Pak."

"Memangnya ada apa sih Leon? Biarkan mereka pergi kalau kamu mau bicara denganku, atau kamu saja yang pergi biar aku bisa punya waktu bersama mereka."

Leon yang saat ini harus extra sabar menghadapi Natasha, hanya diam meski ekspresinya jelas dia menahan marah.

Sementara Yunka dan Mauren rasanya ingin membungkam mulut Natasha, tapi mereka sendiri saja tidak berani berkutik di depan Leon. Mereka sangat takut sekaligus hormat kepada suami Natasha itu.

Tanpa menanggapi Natasha, Leon dengan ekspresinya yang datar bertitah pada Grant, "Berikan padaku surat perjanjian itu Grant."

Grant mengangguk dengan hormat sambil menyerahkan surat perjanjian yang terbungkus map itu pada Leon.

Tanpa pikir panjang, Leon memperlihatkan pada Natasha sekilas sebelum dia menyobeknya dengan kasar.

Sontak, Natasha, Yunka dan Mauren membelalak kaget.

Berbeda dengan Grant yang terlihat datar seolah dia memang sudah mengetahuinya.

"Leon, kamu beneran menyobeknya?" Natasha masih sangat shock.

"Ya, dan kalian semua saksinya bahwa aku tidak akan pernah menceraikan Natasha."

Natasha membeku seketika, dia tidak tahu harus menangis atau bahagia.

"Jadi stop menyakiti janin itu karena aku tidak hanya memikirkannya, tapi juga memikirkanmu. Mengerti?"

Suara Leon bagaikan titah seorang raja yang sulit sekali ditolak.

"Aku pergi dulu, kalian berdua jaga Natasha."

"B... Baik Pak Leon." Hanya Mauren yang berani menjawab karena Yunka masih sangat shock sama seperti Natasha.

Mengabaikan Natasha yang sama sekali belum bereaksi apapun, Leon pergi diikuti oleh Grant.

Begitu Leon pergi, Mauren yang lebih dulu membuka obrolan.

"Nat, lalu nasib hubunganmu dengan Keenan?"

Barulah Natasha sadar bahwa dia memang benar-benar bodoh.

Dia memejamkan matanya dengan putus asa dan tidak bisa berkata apa-apa.

Berbeda dengan Yunka yang justru mencoba menenangkannya.

"Tidak ada salahnya mencoba jatuh cinta dengan Pak Leon. Lihatlah! Dia terlihat begitu tulus dan menyayangimu sejak kamu hamil anaknya."

Natasha mendesah tanpa daya dan dia entah kenapa setuju dengan Yunka.

"Kamu benar Yun. Lagipula ini juga salahku, aku terpancing perkataan Selena dan memarahi Leon. Meski aku belum mencintainya entah kenapa aku sakit hati sekali saat Selena bilang Leon masih mencintainya dan masih sering menemuinya mungkin efek aku hamil anaknya sekarang. Aku tidak tahu kalau kemarahanku pada Leon tadi justru berujung seperti ini hmmm."

"Selena? Direktur Selena Jasmine maksudmu?" kaget Yunka dan Mauren hampir bersamaan.

Natasha mengangguk santai dan dia menyandarkan punggungnya.

"Ya Tuhan, gak main-main ya mantannya Pak Leon."

Yunka langsung mencubit pinggang Mauren dengan keras hingga Mauren langsung meringis kesakitan.

"Sakit ah Yun."

Yunka memelototi Mauren.

sebelum kembali menghibur Natasha.

"Mau dia secantik apapun memangnya kenapa? Buktinya Pak Leon lebih memilih Natasha sekarang. Lagipula, Natasha kita juga gak kalah cantik kok."

Natasha tersenyum kaku.

Mauren benar, Selena memang terlihat sangat cantik dan berkelas. Meski Natasha juga tak kalah cantik, tapi Natasha merasa minder setiap kali dia mengingat Selena yang bak super model Victoria Secret.

"Sudahlah, jangan bahas dia lagi."

Natasha tiba-tiba merasa buruk jika terus membahas Selena.

"Baiklah!"

"By the way, Tante Andin tahu kamu di rumah sakit Nat?"

Natasha hanya menggeleng, moodnya masih sangat buruk.

"Aku telfonin Tante Andin ya."

"Iya."

Tapi baru saja Yunka mencari kontak mamanya Natasha, orangnya sudah lebih dulu muncul dengan heboh.

"Natasha, are you okay? Kenapa sampai masuk rumah sakit lagi Sayang?"

"Biasalah Ma, namanya juga hamil pertama."

"Hmm, lain kali kamu jangan banyak stress dong, kasihan calon cucu Mama."

Natasha hanya mengiyakannya dengan malas sebelum dia merebahkan tubuhnya.

"Lagian kamu mikirin apa sih Nat? Jangan bilang si Keenan lagi hmm."

Natasha mendesah dengan malas sambil melirik ke arah Yunka dan Mauren.

"Tante, aku rasa Natasha sudah melupakan Keenan." Yunka mencoba membantunya.

"Baguslah kalau begitu. Ingat ya Nat, sudah ada darah daging Leon tumbuh di rahimmu, jadi jangan pernah kamu memikirkan Keenan lagi."

"Iya Ma."

Hanya itu yang bisa ia janjikan pada Mamanya karena pada kenyataannya memang dia masih memikirkan Keenan.

***

Di apartemen Selena.

Leon mengetuk pintu kamar Selana dengan tidak sabar. Dia sangat murka begitu tahu penyebab Natasha seperti itu karena kekasihnya.

"Leon, akhirnya kamu datang juga ke sini."

Tanpa merasa bersalah, Selena langsung memeluk Leon dengan erat.

Leon masih tidak bereaksi apapun dan hanya ekspresi sedingin es yang ia tujukan pada kekasihnya itu.

"Ayo masuk Leon!"

Selena langsung menyeret Leon masuk ke apartemennya.

"Kamu mau minum apa?"

"Selena, stop berpura-pura di depanku!" suara Leon yang keras membuat Selena terkejut hingga dia terhuyung ke belakang.

"Apa maksud kamu Leon?"

"Kamu bilang apa pada Natasha?"

Leon sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya hingga dia mencekik leher Selena.

Selena berusaha melepaskan cengkeraman tangan Leon yang begitu kuat di lehernya.

"L... Lepaskan aku Leon!"

"Jawab aku!"

"A... Aku tidak mengatakan apapun."

Leon mendesis geram sambil membuang Selena ke tempat tidurnya dengan keras.

Selena langsung terbatuk-batuk begitu Leon melepaskannya.

"Selena ingat! Dia istriku sekarang dan juga dia sedang hamil anakku. Jadi jangan pernah lagi kau mengganggunya!"

Leon mengarahkan jari telunjuknya di depan wajah Selena dengan garang, membuat Selena gemetar ketakutan.

Ini pertama kalinya Selena melihat kemarahan Leon yang seperti raja iblis.

Setelah itu, Leon pergi dengan pintu yang terbanting keras.

"Kamu berhutang atas perlakuan Leon padaku hari ini, Natasha!"

Geram Selena murka.

Tiga tahun menjalani hubungan dengan Leon, baru kali ini Leon benar-benar sangat murka padanya dan entah apapun alasan Leon, dia sangat tidak terima.

Selena kemudian menghubungi Angel untuk mengatur rencana balas dendam.

"Angel, kamu dimana sekarang?"

"Aku lagi shopping, kenapa?"

"Pergi ke apartemenku sekarang!"

Angel langsung mengiyakannya.

Tak lama, Angel datang ke apartemen mewah Selena.

"Ada apa? Kau mengganggu kencanku hmm."

"Leon baru saja mencekikku Njel." Air mata buaya Selena pecah seketika.

Dia memang sengaja menarik perhatian Angel.

"Serius kamu?"

"Kamu pikir aku bohong?"

Tangisan Selena menjadi-jadi.

"Lihatlah leherku sampai merah!"

Angel langsung memeriksanya dan memang benar leher Selena merah seperti bekas cengkeraman kuat.

"Njel, aku tidak terima Leon memperlakukanku seperti itu! Hanya karena dia membela istrinya kenapa dia begitu tega padaku?"

Angel tidak tahu harus berkata apa. Lagipula apa yang harus dia lakukan? Hidup Angel juga sangat bergantung pada Leon beberapa tahun terakhir ini karena dia menolak kuliah bisnis oleh papanya.

Jadi mana mungkin Angel berani menegur Leon?

"Selena, aku rasa Kak Leon tidak akan mencekikmu kalau bukan tanpa alasan kan? Apa kamu mengganggu istrinya?"

"Angel, kamu berpihak pada Leon dan istrinya?"

Angel menggeleng dengan cepat.

"Bukan seperti itu, tapi..."

"Angel, ingat aku tahu semua rahasiamu dengan Keenan."