***
"Apa kalian bertengkar?" Curiga Andin begitu mengantar Natasha kembali ke villa keesokan harinya.
Natasha hanya mengedikkan bahunya sambil berlalu pergi menuju kamar.
Andin mendengus melihat sikap putrinya dan dia beralih pada Leon.
"Leon, kamu dan Natasha bertengkar?"
"Tidak Ma."
"Lalu?"
Kali ini Leon yang mengedikkan bahunya dan permisi ke kamar.
Andin geleng-geleng kepala dan memilih pulang.
Di kamar, Leon membuka pintu dengan sopan dan kemudian berjalan menghampiri Natasha yang sudah tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Kamu tidak akan bisa bernafas jika tidur dengan cara seperti ini." Kata Leon sambil menurunkan selimut dari kepala Natasha.
Sementara Natasha hanya diam dan pura-pura tidak peduli.
Melihat Natasha tidak bereaksi, Leon keluar dari kamar dan pergi ke ruang kerjanya.
Sementara Natasha, begitu tahu Leon sudah keluar dari kamarnya. Dia langsung bangkit dengan wajah yang tertekuk marah.
Dia sangat kesal hingga tak berhenti mengumpat Leon.
"Dasar manusia kulkas, kenapa sih aku harus nikah sama dia? Bikin darah tinggi terus setiap hari. Argh!"
Natasha dengan kesal melempar semua bantal ke lantai dan melipat tangannya di dada dengan wajah cemberut.
"Kenapa sih susah sekali tinggal ngizinin aku kerja lagi? Aku kan bosan di rumah terus. Dasar kulkas!" keluh Natasha.
Dia kemudian menyambar ponselnya untuk menghubungi Yunka untuk mengajaknya hang out, tapi pada saat itu juga ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.
Awalnya Natasha ragu-ragu menerimanya, tapi feeling-nya entah kenapa berkata bahwa itu Keenan, jadi dia langsung tersenyum cerah, dan menerima panggilan itu dengan cepat.
"Halo!"
"Halo Natasha! Ini aku Keenan."
Senyum bahagia langsung mengembang di wajahnya bersamaan dengan degup jantung yang bertalu tak biasa.
Natasha sampai susah menjawabnya karena terlalu bahagianya.
"Natasha!"
"Iya Keenan, ada apa?" tanyanya gugup.
"Aku merindukanmu."
Natasha linglung sesaat karena terlalu bahagianya, dia juga sampai menutup mulutnya agar tidak menjerit.
"Ha?"
"Aku senang kamu menerima panggilanku dengan begitu cepat." Alih Keenan.
Natasha tersenyum malu-malu sebelum berkata, "Kebetulan saja pas aku lagi pegang hp."
"Oh, oke. Memangnya Leon tidak di rumah?"
"Ya di rumah, tapi dia sibuk kerja terus, lagipula bodo amat kalau ketahuan."
"Hmm, tumben kamu senekat itu."
"Aku lagi marah sama dia."
"Apa kamu ingin cerita?"
Natasha refleks mengangguk dengan cepat meski Keenan tidak bisa melihatnya.
"Kalau kamu tidak sibuk." Jawabnya malu-malu.
"Besok aku free."
"Tapi memangnya kamu sudah kembali ke Indonesia?"
"Baru saja tiba, makanya aku menghubungimu. Natasha, aku sangat merindukanmu. Aku sudah tidak peduli lagi Leon akan berbuat apa padaku jika ketahuan menghubungimu, itu karena aku sudah tidak bisa mengendalikan perasaanku lagi. Sudah cukup semua yang kemarin."
Bibir Natasha bergerak-gerak membentuk senyum haru bersamaan dengan bulir air mata yang perlahan menetes dari sudut matanya.
Ia juga sama seperti Keenan, yang masih sangat mencintai dan juga merindukannya.
"Natasha, kenapa kamu diam? Apa kamu tidak senang?"
Natasha buru-buru menyeka air matanya dan mengatur nafasnya untuk menyetabilkan perasaannya sebelum berkata, "Aku sangat senang Keenan, kamu tahu aku masih sangat mencintaimu, jadi tentu saja aku sama sepertimu, aku juga sangat merindukanmu."
"Baiklah, kalau begitu kita ketemu besok ya."
Natasha bergumam pendek sebelum bertanya dengan gugup, "Jam berapa?"
"Aku akan mengirimkan pesan untukmu nanti, see you tomorrow."
Keenan kemudian mematikan panggilannya.
Meski sedikit kecewa karena panggilan itu hanya sebentar, tapi tetap saja Natasha sangat senang.
Lagipula dengan suara yang sangat ramai sebelum panggilan berakhir pun, Natasha sudah bisa mengerti kalau fans fanatik Keenan pasti sedang menjemputnya di bandara, makanya Keenan segera mematikannya.
Di tengah kebahagiaannya itu, Natasha tiba-tiba mengalami morning sickness lagi hingga mengharuskannya berlari ke wastafel dengan buru-buru.
Begitu selesai, dia tiba-tiba menjadi sedih dan melihat perutnya yang masih sangat rata.
"Kalau Keenan tahu aku sedang hamil anak Leon, apakah dia masih mencintaiku?" batinnya.
Natasha mendengus dan kembali ke tempat tidurnya dengan perasaan gelisah.
Bersamaan hal itu, Leon membuka pintu kamar di saat Natasha sedang duduk memeluk lutunya sambil melamun di tempat tidur.
Leon mengerutkan keningnya sambil menghampirinya.
"Are you okay?"
Natasha langsung terkesiap. Dia sampai tidak menyadari kapan Leon datang kepadanya.
"Wajahmu sangat pucat, apa kamu sakit lagi atau baru saja morning sickness?"
Natasha masih tertegun, jadi dia diam saja dan menatap Leon dengan bingung.
Ya, dia bingung dengan sikap Leon yang kadang sangat menjengkelkan dan kadang juga sangat perhatian seperti sekarang.
"Kamu tidak mendengarku?"
Natasha hanya mengangguk sambil menunduk.
"Hmm, jadi mana yang benar?"
"Morning sickness." Jawab Natasha singkat.
Dia masih sangat kesal dengan Leon, ditambah lagi dia was-was Keenan akan menjauhi dan membencinya jika tahu dia sedang hamil anak Leon. Hal itu membuat kebencian Natasha semakin meningkat.
"Mau aku buatkan teh jahe?"
Natasha menggeleng cepat, "Pasti rasanya aneh."
"Aku bahkan baru akan membuatnya dan kamu sudah mengejudgenya, hmm."
"Tidak usah!"
"Lalu apa yang harus aku lakukan untukmu?"
"Tidak ada, pergilah!"
Tatapan Leon berubah sangat dingin, dia tentu saja sangat kesal dan merasa habis kesabarannya.
"Natasha, aku sudah mencoba bersabar untukmu."
"Aku tidak menyuruhmu seperti itu, jadi bukan salahku!"
Leon menarik nafasnya beberapa kali untuk meredakan emosinya. Dia sangat emosi, tapi dia tidak bisa marah pada Natasha.
Ya, tentu saja karena kehamilan Natasha sangat lemah dan dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Natasha atau calon anaknya.
"Kalau begitu lakukan apapun yang membuatmu senang, aku akan ke kantor."
Natasha pura-pura tidak peduli dan membiarkan Leon pergi begitu saja dari kamarnya.
Padahal di dalam hatinya dia sangat senang.
Dia kemudian menyambar ponselnya dan mengirim pesan pada Keenan.
[Keenan, aku sangat bosan. Apa tidak bisa kita ketemu sekarang?]
Lama dia menunggu, akhirnya Keenan membalasnya.
[Ya, tapi datanglah ke Villa Aurelia.]
Tanpa ragu, Natasha langsung menjawab.
[Baiklah, aku ke sana sekarang]
[Kamu dimana? Aku bisa menjemputmu]
[Tidak perlu]
Natasha kemudian menyimpan ponselnya kembali dan dia langsung bersiap-siap, tidak peduli dia saat ini sedang lemas karena belum bisa mengunyah apapun dan masih merasa sangat mual.
Natasha pergi ke kamar mandi dan berganti baju rapi, setelan blouse crop top dan rok pendek.
Dia kemudian pergi tanpa pamit kepada kepala pelayan dan langsung naik taksi yang sudah ia pesan.
Di dalam taksi, Natasha sangat deg-degan. Antara takut ketahuan Leon juga sangat senang karena bertemu Keenan lagi setelah sekian lama.
Hingga tak terasa taksi tiba di villa Aurelia dan Keenan sudah berada di depan untuk menyambutnya.
Begitu keluar dari taksi, Natasha langsung berlari memeluk Keenan.